"AAA!"Pagi ini, Arya dikejutkan dengan teriakan histeris Abia. Teriakan perempuan itu bahkan membuat beberapa pelayan juga Neo berlari ke kamar mereka.Iya, kamar mereka. Satu hal yang membuat perempuan itu kaget bukan main. Dia tidak tahu bagaimana jelasnya. Tapi, kenapa pagi ini dia malah terbangun di dalam dekapan Arya?Apa semalam Abia salah kamar? "Kau kenapa?" tanya Arya panik dan sedikit linglung. Efek baru bangun tidur."B-bagaimana bisa kita tidur seranjang?" tanya Abia yang sudah duduk di sisi ranjang dengan wajah bangun tidurnya.Arya tak langsung menjawab, namun ia memperhatikan wajah Abia yang tampak kusut serta rambut berantakan. Anehnya, Arya bisa melihat bahwa Abia cantik, meski baru bangun tidur. "Kenapa kalian berdiri di sana?! Pergi!" usir Arya galak pada beberapa pelayan yang berdiri di ambang pintu.Merasa diabaikan, Abia mendengkus sebal. Melirik pakaiannya yang masih sama dan lengkap seperti semalam, perempuan itu menghela lega. Tanpa sadar, gerak-geriknya me
"Mas."Arya menoleh sejenak sebelum kemudian kembali fokus menyetir. Wajahnya tampak datar dan dingin. Membuat Abia sedikit bergidik takut."Mas Arya," panggil Abia lagi."Hm." Pria itu menjawab dengan deheman.Abia memalingkan wajah. Menyadari suaminya sedang dalam suasana hati yang buruk dan tidak ingin diganggu."Daddy, ada kecelakaan di depan!" ucap Neo sambil menunjuk kerumunan orang yang menutupi jalan.BUGH!"Ck ... merepotkan saja!" maki Arya sambil memukul setir. Abia dan Neo saling berpandangan. Terkejut dengan kemarahan pria itu."Biya!" panggil Neo lirih sambil menarik ujung baju sang Mama."Kenapa?""Apa Daddy marah karena aku mau makan nasi goreng sendiri?" tanya bocah sipit itu polos.Abia mengangguk. "Iya. Jadi, lain kali berbagilah dengannya, ya?" pesan Abia setengah berbohong.Neo mengangguk patuh. Bocah itu duduk anteng di belakang lagi. Berbanding terbalik dengan Abia yang memandang Arya lekat.Jadi, Aluna---perempuan cantik sekaligus aktris terkenal pada masanya
Sepanjang perjalanan pulang, Abia tidak banyak berbicara. Perempuan itu lebih banyak melamun dan melotot linglung begitu Arya memanggil atau menanyainya sesuatu. Sebenarnya, Arya sedikit merasa bersalah karena mendiami istrinya sedari pagi tadi. Sejak mantan istrinya tiba-tiba datang ke rumah seolah di antara mereka tidak pernah ada apa pun yang terjadi.Arya marah karena Aluna menemuinya setelah Neo besar. Di saat bocah itu sudah tidak merengek ingin mengetahui siapa dan dimana Ibunya. Di saat namanya sudah tidak ada di hati Arya.Terutama, di saat dia dan Neo sudah menemukan pengganti perempuan itu. Sekarang, untuk apa mantan istrinya ke sini? Apa karena Arya sudah kaya dan mapan?"Eung ... Mas!" Panggilan Abia membuat Arya menoleh."Ada apa?" tanya Arya kali ini dengan nada lebih lembut. Berbanding terbalik dengan caranya menatap dan berbicara pada Abia pagi tadi."Kenapa Mas Arya mengumumkan status hubungan kita pada semua orang di kantor?" tanya Abia akhirnya mengutarakan kebing
Pagi ini, Abia terbangun dengan sekujur tubuh yang terasa sakit. Berbanding terbalik dengan Arya yang pagi ini sudah rapi dengan setelan jas kerjanya.Pria itu duduk di sisi ranjang. Memandang Abia yang masih berbaring telungkup dengan punggung polos. Wajah perempuan itu tampak berantakan. Rambut pirang kecokelatannya tergerai menutupi senagian punggung.Perempuan itu masih tanpa busana. Hanya selimut yang menutupi tubuh polosnya. Melihat itu, tanpa sadar Arya tersenyum. Mengingat apa yang sudah mereka lakukan semalam membuat pria itu senang."Apa hari ini kau tidak akan pergi bekerja?" tanya Arya sambil menarik selimut di tubuh istrinya.Abia mengerang. "Maaas!" rengeknya sebal sambil mempertahankan selimut yang menutupi punggung."Kenapa? Aku kan sudah melihat semuanya semalam," jawab Arya santai.Abia menenggelamkan wajahnya di kasur. Dia malu. Sangat malu. Kenapa Arya harus membahasnya sepagi ini? Suaminya menyebalkan sekali."Jadi bagaimana? Kau tidak ikut ke kantor?" tanya Arya
"Kau sudah pulang?" Pertanyaan dengan nada semangat itu membuat Arya menoleh.Abia berlari menghampirinya dengan wajah bangun tidurnya. Sepertinya perempuan itu ada di ruang tengah karena menunggu Arya pulang."Kenapa kau belum tidur? Ini sudah hampir jam satu malam," tanya Arya heran.Biasanya, jangankan sampai jam 12. Sejak tinggal bersamanya, Abia bahkan tidak pernah tidur di bawah jam 10 malam. "Kenapa kau bertanya? Seharusnya aku yang bertanya padamu," sahut Abia sambil berkacak pinggang."Kau kemana saja? Kenapa sampai jam segini baru sampai rumah? Apa di kantor sedang ada masalah?" tanya perempuan dengan piyama satin hitam itu beruntun. Arya tersenyum. Bahkan kecerewetan perempuan ini membuat suasana hatinya jadi membaik dalam sekejap. Seharusnya Arya pulang lebih cepat saja tadi. Bukannya berkeliling tanpa tujuan guna menenangkan pikiran yang malah semakin kacau."Kenapa kau hanya tersenyum? Aku menunggumu pulang dari tadi. Kutelepon juga kau tidak angkat, nomormu tidak akti
Begitu kembali dari taman dengan tubuh basah kuyup, Abia berjalan mengendap di teras rumah. Perempuan itu mengintip dari jendela apa ada sang suami di ruang tengah.Begitu dirasa aman, ia membuka pintu dengan sangat pelan. Tapi, baru saja membawa tubuhnya melewati ambang pintu, sebuah deheman singkat membuat Abia terlonjak kaget."Ehem!""E-eh, Mas. Sejak kapan kau di sini? Aku tidak melihatmu tadi," tanya Abia mencoba terdengar biasa saja. "Memangnya kenapa? Ini rumahku. Aku berhak berada di sisi mana saja," jawab Arya sarkas."Aku tahu," jawab Abia lirih."Kau sudah bertemu dengan teman 'perempuan'mu itu?" tanya Arya sengaja mempertegas kata 'perempuan' di dalam kalimatnya."Sudah," jawab Abia singkat sambil berjalan menaiki tangga berniat menuju kamarnya.Bajunya basah kuyup. Di luar juga masih hujan deras. Setidaknya pria ini membiarkannya berganti pakaian terlebih dahulu. Bukan menanyainya sesuatu."Apa yang kalian bicarakan sampai harus bertemu sambil hujan-hujanan begini?" tan
Arya pikir, dampak dari ulah Keanu tidak akan separah ini. Tapi rupanya, harga saham Star Group turun drastis sejak rumor tentang Keanu yang keluar dari agensi muncul ke permukaan.Entah informasi itu muncul darimana, yang jelas, Star Group lumayan terancam sekarang. Arya bisa meminta Keanu kembali sebenarnya. Tapi, dia tidak ingin melepaskan Abia.Pria itu sudah bilang hanya akan kembali jika Arya menceraikan Abia. Dia tidak akan pernah melepaskan istrinya untuk hal semacam ini.Meski agensi ini dirintisnya dari nol. Meski usaha Arya untuk membesarkan Star Group selama beberapa tahun ini berakhir, dia tidak akan pernah merelakan istrinya untuk Keanu. Meski pria itu adalah sahabat atau bisa juga disebut adiknya."Pak, bagaimana---""Aku sedang tidak ingin diganggu! Beraninya kau masuk ke ruanganku!" teriak Arya murka membuat Lintang segera undur diri.Begitu sampai di luar, lagi-lagi, pria berkacamata itu harus terkejut menemukan istri sang atasan berdiri di ambang pintu. Perempuan it
"Kenapa kau baru pulang?" tanya Arya heran begitu mendapati Abia baru sampai rumah pada pukul 5 sore. Tadi, saat Arya bertanya pada tim humas, mereka bilang istrinya pulang lebih dulu. Tapi dia tidak memberi penjelasan akan kemana."Aku bertemu seseorang," jawab Abia sambil duduk di sofa ruang tengah. Tepat di samping suaminya.Wajah perempuan itu tampak lesu. Arya jadi sedikit curiga 'seseorang' yang dimaksud istrinya adalah Keanu. Waktu itu, Abia juga berbohong untuk bertemu pria itu, kan?"Aku mencarimu ke ruangaan tim humas tadi. Tapi kata mereka kau izin pulang lebih awal," jelas Arya jujur."Benarkah?" tanya Abia terkejut.Arya mengangguk."Maaf, aku benar-benar ada urusan penting tadi." Abia melingkari lengannya pada lengan kiri sang suami.Kepala perempuan itu bahkan bersandar di bahunya. Membuat Arya terkekeh geli dengan sikap sang istri."Akhir-akhir ini, kau jadi lebih romantis, ya? Biasanya orang yang berselingkuh melakukan ini karena rasa bersalah atau ingin menutupi per
Selesai beristirahat sebentar, Naya memutuskan untuk bermain bulutangkis lagi. Tentu saja setelah perdebatan panjang lebar dengan si cerewet Neo."Kau tidak mau berhenti? Lihat wajah suamimu sudah semenyeramkan itu," tanya Arya di sela permainan seru mereka.Sedari tadi, pria sipit itu memang duduk menunggu di sisi area permainan sambil terus melotot pada sang istri. Naya yang dipelototi tentu saja tidak merasa sama sekali. Sebab jika sudah terlalu fokus pada permainannya, perempuan itu tidak akan memperhatikan hal lain lagi."Biarkan saja, Yah. Dia memang selebay itu," jawab Naya santai yang hanya dibalas Arya dengan kekehan kecil.Pria itu juga bermain dengan kelewat fokus melawan sang menantu. Meski hanya mengeluarkan sebagian kecil kemampuan bermainnya, pukulan yang dilayangkan Naya begitu berbahaya.Perempuan itu juga jarang sekali 'error'. Bidikan-bidikannya pun tepat dan cepat membuat Arya tidak bisa menjangkau dan menebak ke mana bola tersebut diarahkan.Sejujurnya, bermain de
Neo terbangun karena merasa terganggu dengan gerakan gelisah di sampingnya. Begitu melihat sang istri rupanya masih terjaga, pria sipit itu mengernyit heran. Ada apa dengan perempuan ini sehingga masih bangun di tengah malam begini?“Hei, bodoh! Kenapa kau masih bangun?” tanya Neo tidak habis pikir begitu perempuan itu menoleh terkejut padanya yang juga ikut bangun.“Apa aku mengganggu tidurmu? Aku hanya tidak bisa tidur,” tanya Naya merasa sedikit tidak enak hati.“Setidaknya jika tidak bisa tidur, kau jangan mengganggu tidur orang lain! Kenapa kau begitu menyebalkan? Apa kau tidak tahu ini jamnya orang normal untuk beristirahat? Ck ... kau memang bukan orang normal sepertinya,” omel Neo kelewat sebal.“Iya-iya! Maafkan aku, aku akan berusaha untuk tidak bersuara lagi.” Naya menyahut cepat sambil membenarkan posisi berbaringnya.Berikutnya, Neo memilih untuk memejamkan mata lagi sambil berbaring menghadap sang istri. Tapi, beberapa saat kemudian pria itu kembali membuka mata dan mena
Sejak kembali dari supermarket, Abia menyadari wajah sang menantu sedikit murung. Perempuan itu terus diam sedari tadi tanpa mengatakan apa-apa setelah pertemuannya dengan sang suami juga sang adik. Abia yakin perempuan itu merasa sedikit dikhianati oleh kelakuan Neo yang malah pergi berkencan dengan sang adik bukannya menemaninya selaku istri pria itu.“Apa kau butuh sesuatu? Atau ada yang membuatmu merasa terganggu?” tanya Abia meski sebenarnya dia sudah tahu betul masalah perempuan itu.“Hah? Tidak ada, Bunda. Kenapa malah bertanya begitu?” tanya Naya sambil menggeleng keras.“Tidak apa-apa. Bunda hanya sedikit khawatir karena kau terus diam dari tadi,” jawab Abia yang dibalas Naya dengan oooh singkat.“Aku tidak apa-apa. Mungkn aku hanya sedikit mengantuk, apa aku boleh pergi tidur?” tanya Naya sekaligus meminta izin untuk kembali ke kamar.“Tentu saja! Jika kau takut tidak bisa ikut memasak, Bunda akan menunggumu. Lagipula ini juga belum waktunya untuk memasak, kan?” tanya Abia
"Eh ... eh eh! Kenapa dia terus memberikan pukulan panjang?! Kenapa dia begitu bodoh?! Sepertinya dia hanya bermain dengan tenaga tanpa otak!" Naya terus memaki sambil menatap fokus pada layar pipih yang ada di ruang tengah tersebut.Abia yang penasaran dengan suara ribut itu dari arah dapur, kontan segera keluar dan melihat apa alasan kehebohan menantunya. Begitu menyadari perempuan itu tengah menonton pertandingan bulutangkis super series antar negara di televisi, Abia tersenyum senang."Kau sepertinya fokus sekali menonton, ya?" komentar Abia sambil berjalan mendekat dan duduk di samping perempuan yang terlihat sangat berat mengalihkan pandangan dari arah televisi itu."Eh, Bunda. Maaf, apa suaraku begitu berisik sampai Bunda bisa mendengarnya meski di dapur?" tanya Naya sambil menatap Abia sesekali."Iya, ini pertama kalinya Bunda mendengarmu seheboh itu. Ini juga pertama kalinya Bunda melihat matamu berbinar seantusias itu saat melihat sesuatu," jujur Abia yang sejenak membuat Na
"Pak, ada putrinya Tuan Bintang yang menunggumu di luar." Cindy, sekretaris pribadi Neo memberitahu."Kenapa dia mencariku ke kantor? Apa dia begitu tidak punya pekerjaan di rumah?" gumam Neo sambil meletakkan berkas yang tadi dibacanya sejenak."Bilang saja tunggu dulu. Aku masih punya banyak pekerjaan. Kau tidak lihat?" tanya Neo galak yang sejenak membuat perempuan itu sedikit terperangah."Bapak serius menyuruh Bu Nara menunggu? Biasanya kan Bapak langsung menemuinya. Apa karena Bapak sudah menikah jadi Pak Neo ingin menjaga perasaan istri Anda?" tanya Cindy serius yang kontan membuat Neo menoleh terkejut."Maksudmu yang ada di luar itu Nara? Kenapa tidak bilang?! Kan kukira Naya!" maki Neo malah semakin emosi.Cindy menggaruk tengkuknya bingung. Dia memang selalu terlihat serba salah begini di hadapan atasannya yang satu ini.Padahal, sudah sekitar enam tahun Cindy bekerja pada pria itu. Bagaimana bisa dia kadang masih merasa kebingungan menghadapi makhluk sipit ini?"Yasudah, Pa
Pagi ini, Neo tidak berangkat bekerja karena hujan. Meeting yang sudah mereka jadwalkan dengan client pun terpaksa dilakukan secara daring atau online. Tidak terkecuali Arya yang juga lebih memilih bolos ke kantor dan sibuk bermanja pada istri cantiknya.Ini memang sudah memasuki musim hujan. Biasanya, saat hujan mulai gemar datang begini, Naya akan bermalas-malasan di asrama bersama atlet lain. Karena ada begitu banyak alasan untuk tidak latihan."Biasanya aku bahkan menyeduh mie instan dengan kopi hangat bersama Tama," gumam Naya sambil bersila pada dinding kaca belakang rumah yang langsung menampilkan pemandangan taman belakang.Perempuan itu jadi teringat pada Bagas sekarang. Aditama Bagaskara, satu-satunya atlet ganda campuran yang mampu bertahan menjadi pasangannya di pertandingan internasional juga mampu menyeimbangkan permainan Naya.Peringkat mereka bahkan sudah berada di 10 besar dunia. Mana mungkin dia bisa lupa pada pria itu? Bagas selalu menemaninya pada setiap moment pen
Begitu terbangun dari tidurnya, Naya mendapati dirinya sudah berada di kamar. Seingatnya, tadi dia masih berbaring di sofa karena bosan menunggu Neo yang malah sibuk dengan game di ponselnya.Lalu, siapa yang memindahkannya ke kamar? Tidak mungkin dia berjalan sendiri ke sini. Begitu mendengar suara pintu kamar mandi terbuka, Naya menoleh cepat."Eh, kau sudah bangun?" tanya Neo sambil mengacak-acak rambutnya yang masih basah setelah mandi dan keramas.Sejenak, Naya terpaku melihat betapa se ksi pria itu. Dengan telan jang dada serta handuk yang hanya melilit sampai perutnya, sang suami entah kenapa terlihat bertambah menawan berkali-kali lipat.Gambaran pria dewasa dengan tubuh sempurna yang ada dalam hayalan Naya. Meski dikenal bahkan dirumorkan sudah tidak tertarik pada lawan jenis, tidak ada yang tahu bahwa sebenarnya kriteria Naya begitu tinggi untuk urusan lelaki.Perempuan itu tidak suka tubuh atlet, karena dia sudah terlalu bosan melihatnya. Dia menyukai pria dengan proporsi
Begitu Ayahnya pulang dari rumah sang suami, Naya segera kembali ke kamarnya. Entah kenapa, dia jadi mudah merasa lelah akhir-akhir ini. Sekarang, Naya bahkan merasa mengantuk. Tapi, baru saja akan memejamkan mata, suara bantingan pintu membuat perempuan itu terlonjak kaget.BRAK!"Apa kau tidak bisa membuka pintu dengan biasa-biasa saja?" tanya Naya tidak habis pikir dengan putra tunggal Arya Januar Malik itu."Kenapa kau mengaturku? Apa pedulimu tentang caraku membuka atau menutup pintu?" tanya Neo malah sensi sendiri.Naya mengernyit heran dengan jawaban bernada sarkas sang suami. Ada apa dengan pria ini? Kenapa suasana hatinya terus berubah dalam jangka waktu yang sangat singkat?"Kau mau apa berbaring di kamar saat masih siang begini? Seharusnya kau di luar menemani Biya atau melakukan kegiatan yang lain," komentar Neo begitu melihat perempuan itu kembali berbaring di ranjang sambil memejamkan mata."Kenapa kau mengaturku? Apa pedulimu tentang di mana aku jam segini?" tanya Naya
Jam menunjukkan pukul 2 siang saat sang Ayah berkunjung ke rumah Neo. Tepatnya rumah baru Naya juga. Pria itu beralasan ingin bermain catur dengan Arya---sang ayah mertua, dan Naya mempercayai saja.Padahal, nyatanya Bintang datang hanya untuk melihat keadaan sang putri. Apa perempuan itu betah di rumah suaminya juga apakah perempuan itu baik-baik saja. Bintang hanya ingin mengetahui hal tersebut."Kenapa kau tidak mengajakku main catur daritadi?" tanya Bintang heran begitu pria itu hanya menyuguhkan kopi dan makanan ringan di atas meja ruang tengah."Kau tidak perlu terlalu banyak bersandiwara. Jika memang ingin melihat keadaan putrimu, kau bisa datang kapan saja. Jangan gunakan alasan murahan seperti ini lagi!" tegur Arya to the point.Bintang terkekeh kikuk. Memang lumayan susah untuk berbohong pada pria yang juga rekan bisinis sekaligus sahabatnya ini. Pria galak ini terlalu jujur dalam menghujatnya."Aku masih agak malu pada Naya. Setelah menamparnya waktu itu, aku masih merasa b