Share

92. Rencana Sky

Penulis: Pixie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-17 08:09:13
Begitu duduk di paviliun, Sky langsung membongkar tas ranselnya. Ia keluarkan dua buah buku dari dalam sana. Disusunnya dengan rapi di atas meja.

Kemudian, ia mendongak menatap sang ibu di seberang meja. Kedua tangannya ditumpuk seperti seorang murid sekolahan yang sudah siap belajar.

"Mama tahu? Aku sudah selesai melakukan analisis."

Mata Alice membulat. "Analisis?"

Sky mengangguk mantap. "Ya, belakangan ini aku mengamati gerak-gerik semua orang. Aku melakukan analisis dan sudah menemukan kesimpulannya."

Alice tercengang. Hatinya tergelitik oleh kelakuan putri kecilnya itu. "Baiklah. Apa kesimpulan yang kamu dapat?"

Dengan raut serius, Sky menarik salah satu buku dan membukanya. Alice pun mencondongkan kepalanya maju. Gambar-gambar lucu telah memenuhi halaman.

"Aku membuat ini semalam," Sky menancapkan telunjuk di atas kertas. "Ini adalah rangkuman dari intaksi Mama dengan Nenek dan Giselle."

Alice berkedip-kedip dengan senyum tertahan. "Apakah yang kamu maksud interaksi?"

Bi
Pixie

Hayooo, kejutan siapa yang akan berhasil?

| Sukai
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Pixie
Okeeee, let's see
goodnovel comment avatar
puji amriani
kejutan sky dong sama mama Alice . kasih pelajaran tuh Sama Giselle dan nenek jahat wkwwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Presdir yang Hilang   93. Kekesalan Elizabeth

    "Mana mungkin aku melupakan ulang tahun calon suamiku? Edmund adalah laki-laki yang paling kucintai. Tentu saja aku harus menyiapkan kejutan besar untuknya," tutur Giselle sembari tersenyum simpul. Elizabeth menjadi semakin tertarik. "Memangnya apa yang kau rencanakan untuk Ed?" Giselle melirik Elizabeth dengan tatapan penuh makna. "Aku akan memperlihatkan sesuatu yang membuat Edmund tercengang. Dia akan langsung sadar bahwa aku bukanlah perempuan biasa. Dia pasti menyesal telah mengabaikanku dan lebih memilih Alice dulu." Elizabeth tidak mengerti apa yang Giselle katakan. Namun, melihat kepercayaan diri gadis itu, ia ikut tersenyum. "Kau yakin rencanamu kali ini akan berhasil?" "Ya, aku yakin dia akan bertekuk lutut padaku. Dia pasti mengagumiku dan mulai berpikir untuk meninggalkan Alice, asalkan ...." Gisel sengaja menggantungkan perkataannya. Penasaran dengan kelanjutannya, Elizabeth memajukan kepala. "Asalkan apa?" Sambil tersenyum simpul, Giselle mengangkat sebelah bahu. "A

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-17
  • Istri Presdir yang Hilang   94. Batas Atas

    Alice berkedip-kedip heran. Bukan karena apa yang dituduhkan sang mertua, tetapi karena penampilannya. "Mama, apakah kau baik-baik saja? Kenapa mukamu begitu merah?" "Jangan mengalihkan pembicaraan! Aku tanya kenapa kau berani berfoya-foya? Kau pikir itu uangmu? Itu uang putraku!" Alice tidak memedulikan omelan Elizabeth. Ia perhatikan angka yang berkedip-kedip pada layar. Bukan hanya detak jantung Elizabeth yang meningkat, tetapi juga tekanan darahnya. "Astaga," desah Alice samar. Sebelah tangannya langsung meraih pundak Sky. "Sayang, bisa tolong kau panggilkan perawat?" "Apakah Nenek sakit parah lagi?" Gadis mungil itu terbelalak. Dalam hati, ia merasa was-was. Ia sudah membuat Elizabeth kesal tadi. "Ya, tolong cepat panggil dia.""Baiklah, Mama."Sementara Sky berlari keluar, Alice menatap Elizabeth lekat-lekat. "Ma, tolong jangan marah-marah. Tensimu tinggi lagi.""Tinggi apanya? Aku baik-baik saja. Kau jangan mengada-ada. Apakah kau takut aku memintamu untuk mengembalikan u

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • Istri Presdir yang Hilang   95. Membuat Kejutan Rahasia

    Sambil menggembungkan pipi, Sky berkacak pinggang. "Nenek menyebalkan sekali. Dia sedang sakit tapi masih bisa menyulitkan Mama. Lihat saja kalau dia sudah sembuh nanti. Aku akan menasihatinya panjang lebar."Alice membelai rambut Sky dengan lembut. Ia bisa memaklumi kekesalan putrinya. "Apakah kamu butuh yang lain untuk membantumu?" Sky menggeleng. "Tidak, Mama. Ini adalah hadiah spesial dari kita untuk Paman Ed. Hanya kita berdua yang boleh mengerjakannya." "Baiklah, kalau begitu, Mama harus menjalankan tugas sekarang. Kalau kamu butuh bantuan, jangan sungkan untuk memanggil Mama, hmm?" "Oke, Mama."Dengan berat hati, Alice pergi ke ruang kerja Edmund. Di hadapan rak yang penuh dengan album foto, ia mendesah pasrah. "Ini demi Edmund. Dia pasti sedih kalau harus kehilangan ibunya," gumam Alice, memberi kekuatan untuk dirinya sendiri. "Mari memulai dari album foto yang paling tua."*** Sepulang kerja, Edmund langsung memeriksa kamar Sky. Ia mengira Alice berbaring di sana. Namun,

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • Istri Presdir yang Hilang   96. Tidak Sabar

    "Halo, Paman Ed." "Oh, halo, Sayang. Aku pikir ibumu yang menelepon. Ada apa?" Sky menutupi mulut dengan sebelah tangan, takut kegembiraannya terdengar. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya penasaran kapan Paman pulang. Paman jadi pulang cepat, kan?" "Ya, pekerjaanku sudah hampir selesai. Aku tinggal membereskan beberapa hal, lalu pulang. Kau sudah tidak sabar berkemas untuk perjalanan besok, hmm?" Sky melompat kecil. Gaun di tubuhnya mengembang terisi angin. "Ya! Aku benar-benar sudah tidak sabar. Seminggu ini kita tidak sempat bermain. Kita bahkan jarang berbincang. Aku punya banyak hal untuk diceritakan." Edmund terkekeh. "Oke, tunggulah sekitar satu jam lagi. Begitu aku sampai di rumah, mari bersenang-senang." "Ya!" Begitu percakapan berakhir, Edmund meletakkan ponsel sambil geleng-geleng kepala. Melihat keceriaan di wajah yang lelah itu, Scott tersenyum tipis. "Apakah itu Sky? Aku bisa mendengar semangatnya dari sini." "Ya, dia sudah tidak sabar ingin bermain denganku. Walaupun

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Istri Presdir yang Hilang   97. Menumpas Gangguan

    Sky melirik Alice dengan bibir mencebik. "Ya. Paman mau bicara dengan Mama?" "Ya." Sky menyodorkan ponsel dengan raut jengkel. "Paman mau bicara dengan Mama. Dia pasti mau meminta Mama untuk menghiburku karena dia tidak bisa menepati janji." Hati Edmund bertambah berat mendengar gerutuan itu. Saat suara resah Alice menyambutnya, dadanya terasa sedikit sakit. "Alice, maaf. Mereka meminta penandatanganan kontrak dimajukan ke hari ini. Presdir mereka harus terbang ke luar negeri besok pagi. Tidak ada waktu lagi." Alice sebetulnya juga sedih, apalagi, Sky sudah berhenti menari-nari. Ia tidak tega melihat pundak sang putri terkulai lesu. Namun, demi meringankan beban Edmund, ia harus menahan diri. "Kontrak akan ditandatangani malam ini? Bukankah itu kabar baik? Wah, kita harus merayakannya! Bagaimana kalau kita mengadakan makan malam spesial hari ini? Aku bisa meminta para pelayan untuk menyiapkan menu kesukaanmu dan Sky."Mendengar suara ceria sang ibu, kepala Sky kembali tegak. Kese

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Istri Presdir yang Hilang   98. Bersabar dalam Penantian

    "Apakah kau sedang meledekku? Kau menyebutku kekanakan dan bodoh?" Pita suara Elizabeth semakin terjepit. Matanya pun terpelotot. Khawatir tensi mertuanya naik lagi, Alice menepuk pundak Sky. "Sayang, cukup. Jangan membuat Nenek marah. Dia bisa sakit lagi," bisiknya. Bukannya menggubris, Sky malah meruncingkan telunjuk di samping kepala. "Bagaimana juga respons teman-teman Nenek kalau mereka tahu Nenek menolak makanan sehat? Nenek bahkan merengek meminta pizza yang banyak kejunya. Padahal, itu selera anak kecil. Mereka pasti akan tertawa dan menganggap tingkah Nenek konyol." "Kau! Berhenti mengolokku!" "Oh, aku ingat!" Sky mengacungkan telunjuk lebih tinggi. Matanya membulat memancarkan semangat. "Nenek bukan cuma menolak makan, tapi Nenek juga tidak mau minum obat. Padahal sudah kubilang kalau pilnya kecil, tapi Nenek tetap tidak mau meminumnya. Bukankah sikap Nenek saat itu sangat mirip dengan anak kecil? Kalau saja teman-teman Nenek tahu, mereka pasti akan mengolok Nenek.""Cuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20
  • Istri Presdir yang Hilang   99. Kejutan yang Membingungkan

    "Presdir yang tidak becus itu .... Apakah dia berpikir dia lebih berkuasa karena mendanai proyek kerja sama denganku?" gerutu Edmund.Selang satu dengusan, ia mengeluarkan ponsel, hendak menghubungi Alice lagi. Namun, tak ingin Sky kecewa untuk yang kedua kalinya, ia bergegas kembali ke meja. Ia sadar dirinya harus lebih tegas."Tuan Cage, di mana presdir Anda sekarang?" tanya Edmund, terdengar sedikit kesal. Pria di seberang meja memeriksa ponselnya. "Maaf atas ketidaknyamanan Anda, Tuan. Dua menit lagi mereka tiba. Kita bisa langsung memproses penandatanganan begitu mereka datang." Alis Edmund berkerut lebih dalam. Ia heran mengapa sang pria menyebut "mereka". Apakah presdir Elles Investment lebih dari satu orang? Atau sopirnya dihitung juga? "Saya harap Anda tidak lupa kalau waktu saya terbatas. Jika lima menit lagi presdir Anda tidak berada di sini, saya terpaksa meninggalkan kontrak tanpa tanda tangan." Tuan Cage mengangguk. "Mengerti, Tuan." Namun, tak sampai semenit, seoran

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20
  • Istri Presdir yang Hilang   100. Mengubah Keputusan

    "Jadi, setelah melihatku seperti ini, bukankah kau menyesal?" Giselle meninggikan sebelah alis. Tidak mendapat jawaban, ia tertawa kecil. "Kalau saja sejak dulu kau memilihku, hidupmu pasti akan lebih bahagia. Perusahaanmu lebih sukses dan namamu juga lebih gemilang. Kau tidak akan terseret rumor miring karena aku tidak sebodoh Alice. Kalau aku menjadi istrimu, kupastikan kau selalu bangga padaku." "Begitukah?" timpal Edmund dingin. "Menurutmu, hidupku akan sempurna kalau bersamamu?" Giselle mengangguk tanpa berpikir panjang. "Ya. Bukankah itu sudah jelas?" Edmund tiba-tiba tertunduk. Sambil menghela napas samar, ia menggeleng-gelengkan kepala. "Ini sungguh sulit dipercaya." Mendengar gumaman itu, mata Giselle membulat. Ia seperti baru saja menangkap harapan, salah memahami kata-kata Edmund. "Kau tahu? Belum terlambat untuk mengubah keputusanmu. Tinggalkan Alice dan kembalilah kepadaku. Aku masih bersedia menerimamu." "Kembali padamu?" Edmund menegakkan kepalanya lagi. "Ya," G

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-21

Bab terbaru

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 10. Petualang Cilik yang Hebat

    "Sky, kita seharusnya membawa senapan itu juga tadi. Mengapa kita meninggalkannya di dalam tenda? Pemburu itu jadi bisa mengambilnya," bisik Emily sembari mengguncang tangan Sky. Merasa risih, Louis menyikut lengannya. "Sudahlah, Emily. Tidak ada yang perlu disesali. Kita sebaiknya memikirkan cara untuk mengalahkan laki-laki jahat ini." "Kalian pikir kalian bisa mengalahkanku?" Pemburu itu tertawa kasar. "Jangan bermimpi!" Sang pemburu mengangkat senapannya lagi. Namun, ketika ia hendak membidik, suara aneh datang dari atas. Melihat seekor orang utan besar hendak melompat dari dahan, Sky bergegas menarik si Kembar berlari mengikutinya. Ia tidak peduli lagi dengan senapan yang tergeletak di tanah. Ia tahu betul bahwa orang utan yang sedang marah jauh lebih berbahaya dibandingkan musuh mereka. Sementara itu, sang pemburu sudah terlanjur terpaku. Ia hanya bisa berteriak saat mamalia besar itu menimpanya. Pemburu lain yang menyaksikan tidak berani bertindak. Mereka bahkan sama sekali

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 9. Tembakan yang Akurat

    Si Kembar kembali bungkam. Mereka tidak tahu jawaban apa yang tepat. Mereka tidak ingin kembali ke kurungan sempit itu, tetapi mereka juga tidak mau ditembak. Apalagi, pemburu di hadapan mereka tampak serius dengan ancamannya. "Louis, kurasa kita jangan melawan. Dia tidak akan ragu menembak kita. Lihat, jarinya sudah siap menekan pelatuk," bisik Emily was-was. Louis menelan ludah. Ia sepakat dengan sang adik, tetapi enggan mengakuinya. "Tenang, Emily. Masih ada cara lain untuk selamat." Ia berpikir keras, memaksa otak untuk menelurkan ide spontan. "Tuan, bagaimana kalau kita bernegosiasi?" ucapnya tanpa terduga. Sang pemburu menarik matanya mundur dari lubang pengintai. Sebelah alisnya terdongkrak naik. Ia tidak menduga bisa mendengar kata itu. "Negosiasi apa yang bisa ditawarkan anak kecil sepertimu?" "Kami ini bukan anak-anak biasa. Kami adalah pewaris Savior Group, calon pemimpin hebat di masa depan. Kalau kau bersedia membebaskan kami, kami akan membayarmu dengan jumlah besar

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 8. Peringatan Terakhir

    "Papa, kebetulan sekali, GPS milik Louis ada padaku. Aku sedang melihat koordinat lokasinya," ujar Sky sambil berkedip-kedip gusar. "Itu bagus, Sayang. Bisa kau bacakan koordinatnya? Papa akan langsung menuju ke sana." Sky menelan ludah. Keringat dingin membutir di keningnya. "Itulah masalahnya. Aku lupa angka-angka yang sudah kuhafal." Edmund terdiam sejenak. Sky bisa membayangkan sang ayah mendesah kecewa. "Papa, apakah Papa marah? Ganti." "Tidak, Sayang. Papa tidak marah. Papa mengerti kalau kamu terlalu gugup sekarang. Coba tarik napas dalam-dalam, tenangkan pikiran. Kamu sudah berhasil mengingat semua angka dan bahkan huruf, Sayang. Pelan-pelan, kamu pasti bisa membacanya." Sky menuruti saran Edmund. Setelah terpejam sejenak, ia memperhatikan koordinat dengan saksama. "Ada garis kecil yang sedang tidur di sini, Papa." "Oke. Itu tanda negatif. Artinya kalian sedang berada di selatan garis khatulistiwa. Lalu?" "Ada bulat. Ini nol, kan?" "Ya. Kamu melakukannya dengan baik s

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 7. Tertangkap

    "Apakah aku tidak salah lihat? Ada anak manusia di tengah hutan?" Pria itu berbicara dengan bahasa yang tidak Louis dan Emily mengerti.Decak kesal terlontar dari pria yang satu lagi. "Sial! Menambah pekerjaan kita saja." "Apa yang harus kita lakukan sekarang?" "Apa lagi? Kita tidak mungkin membiarkan mereka lepas. Mereka bisa melapor kepada orang-orang. Rencana kita bisa berantakan. Ayo tangkap mereka!" Si Kembar mengerjap melihat senapan yang ditodongkan ke arah mereka. Emily langsung bersembunyi di balik punggung Louis, sedangkan Louis dengan berani melangkah maju dan merentangkan tangan di depan Mimi. "Jangan sakiti orang utan ini! Mereka adalah hewan langka yang dilindungi oleh seluruh dunia. Mereka tidak boleh diburu dan diperdagangkan!" seru Louis lantang. Dari balik pundak Louis, Emily mengintip. "Ya! Orang utan harus dilestarikan, bukan diburu. Memangnya kalian tidak kasihan kepada mereka? Lihat! Anaknya sampai ketakutan!" Di luar dugaan, dua pemburu itu malah tertawa. T

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 6. Keputusan yang Tepat

    "Tidak, Louis." Emily mengernyitkan dahi. "Kita tidak boleh meninggalkan Mimi sendirian di sini. Dia bisa mati.""Tapi itu yang dia mau. Dia ingin anaknya selamat. Dia pasti bertahan. Kita hanya perlu menyelamatkan anak Mimi dengan cepat. Menurutku, kita bisa melakukannya. Kita ini anak-anak terlatih, kau ingat?" Alih-alih setuju, Emily menggeleng tegas. "Tidak, Louis. Itu terlalu berisiko. Kita tidak boleh egois dan memikirkan kesenangan kita sendiri. Bagaimana kalau kita hubungi rumah hutan saja? Ini masalah serius."Sementara Louis menghela napas berat, Sky menautkan alis. Ia terlihat sangat serius dengan bibir terlipat ke dalam."Kurasa Emily benar. Kita tidak bisa menyelesaikan masalah ini sendiri. Kita butuh bantuan orang dewasa. Papa Mama kita dan orang-orang yayasan. Kita harus melaporkan hal ini kepada mereka. Mimi butuh bantuan medis, sedangkan para pemburu liar itu harus ditangkap." Louis termenung sebentar. Ia sebetulnya enggan menghubungi orang tuanya. Ia ingin mandiri.

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 5. Suara Tembakan

    "Sky, bunyi apa itu?" bisik Emily dengan suara tersekat. "Apakah itu suara ledakan?" "Kurasa itu suara senapan," potong Louis sebelum menggenggam lengan gadis yang paling kecil. "Sky, mungkinkah itu pemburu liar?" Sky berkedip-kedip gusar. "Mungkin iya. Daerah ini sudah berada di luar lingkup yayasan. Tim patroli hanya sesekali memeriksanya. Itu pun kalau mereka sempat." "Bukankah perburuan liar itu dilarang? Kenapa masih ada saja orang-orang jahat yang membunuh satwa? Kira-kira, apa yang baru saja mereka tembak? Apakah orang utan?" tanya Louis dengan ekspresi serius. Emily langsung bergidik ngeri. "Oh, kalau memang para pemburu itu mengincar orang utan, kuharap dia berhasil lolos dan selamat. Orang utan itu hewan langka. Kasihan kalau mereka punah." "Dan kuharap itu bukan Mimi," lanjut Sky sembari mengentakkan kaki. "Dia selalu membawa anaknya ke mana-mana. Dia pasti susah bergerak dan rentan terhadap serangan." "Bagaimana kalau kita memeriksanya? Kalau memang itu ulah pemburu l

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 4. Petualangan Anak-Anak

    "Sayang, apakah kamu melihat anak-anak?" tanya Alice sembari menghampiri Edmund. "Anak-anak?" Edmund mengalihkan pandangan dari laptopnya. Kedua alisnya terdongkrak. "Bukankah mereka masih tidur? Aku tidak melihat mereka keluar tenda." "Kupikir juga begitu. Tapi setelah kuperiksa, mereka tidak ada." Edmund pun menoleh ke sekeliling. Mata dan telinganya menajam. Akan tetapi, tidak ada jejak anak-anak yang terdeteksi. "Mungkinkah mereka bermain di kebun belakang?" Alice menggeleng. "Aku sudah mencari mereka di sana. Tidak ada." "Kandang ayam? Siapa tahu, Sky mengajak si Kembar dan Russell melihat anak ayam." "Tidak ada juga." Edmund menjentikkan jari. "Kandang angsa! Mereka pasti sedang bermain dengan Gigi dan Gusi." Alice menghela napas berat. Guratan di keningnya tampak lebih jelas. "Tidak ada, Ed. Aku sudah mencari mereka ke mana-mana. Mereka tidak ada." "Apakah kau sudah mencari di dalam rumah? Siapa tahu mereka sedang bermain petak umpet. Mereka mungkin saja sedang bersemb

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 3. Janji Louis

    Alis Louis berkerut mendengar pertanyaan Edmund. "Kenapa Anda bertanya begitu, Tuan? Tentu saja aku menyayangi Sky. Dia temanku. Dia sudah seperti seorang adik bagiku." Edmund berkedip kaku. "Begitukah? Kau menganggapnya sebagai seorang adik?" Louis mengangguk mantap. "Ya, kurasa Emily juga begitu. Dulu dia menginginkan adik perempuan. Ternyata, Russell yang keluar. Dia sempat sedih. Kehadiran Sky membantu mengobati kekecewaannya." Bibir Edmund perlahan mengerucut. Tangannya disempal ke dalam saku. "Jadi, kau menganggap putriku sebagai adikmu?" gumamnya. Entah mengapa, perasaan lega timbul dalam hatinya. "Apakah itu berarti kau akan menjaganya seperti adik-adikmu?" "Ya, aku akan berusaha untuk menjaga Sky dengan baik. Aku tidak akan membuatnya menangis." Alis Edmund kembali tertaut. "Tapi tadi, aku melihatmu mengusili Emily. Apakah kau bisa dipercaya untuk menjaga adik-adikmu?" Tiba-tiba saja, bibir Louis berkedut. Sambil menggaruk pelipis, ia terkekeh. "Soal itu, aku memang suk

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 2. Mengawasi Louis

    Semua orang bertepuk tangan saat Sky dan teman-teman hewannya selesai melakukan pertunjukan. Bukan hanya anak-anak Harper yang terkesima, tetapi orang tua mereka juga. "Terima kasih, Sky. Ini adalah sambutan paling manis yang pernah kami terima," tutur Kara dengan senyum lebar. "Ya, ini sambutan yang luar biasa. Bagaimana caramu melatih hewan-hewan itu? Bukan hanya kucing dan anjing, kamu juga berhasil melatih dua ekor angsa." Frank mengacungkan jempolnya. Sky terkekeh bangga. "Itu karena mereka bukan sembarang hewan, Tuan. Mereka adalah teman-temanku dan mereka pintar. Kurasa mereka mau mengikuti aba-aba dariku karena kami akrab." "Mereka teman-temanmu?" Frank menaikkan alis. Si Kembar langsung berebut menjelaskan. "Tidak ada anak-anak lain di sini, Papa. Karena itu, Sky hanya bermain dengan teman-teman hewannya." "Sky bilang dia selalu memberi mereka makan yang banyak. Kurasa, karena itu juga hewan-hewan itu patuh padanya. Mereka suka pada Sky!" Sky melompat antusias. "Louis

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status