Share

124. Misi Pertama

Penulis: Pixie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-02 07:29:06
Alice menggigit bibir. Ia tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan bahwa hatinya belum siap untuk bertemu Edmund.

Melihat diamnya sang ibu, binar di mata Sky perlahan meredup. Ia tahu jawabannya.

"Mama belum mau bertemu Papa?"

Alice meraih tangan mungil putrinya. "Maaf, Sayang. Bisakah kamu bersabar? Beri Mama waktu sedikit lagi."

"Berapa lama?"

Mata Alice bergetar menatap jalan lurus di depannya. "Tiga hari?"

"Itu terlalu lama," gerutu Sky spontan. "Tidak bisakah Mama menjadikannya satu hari?"

Alice menimbang-nimbang hingga tiba-tiba, ia mendapat ide. "Bisa, asalkan kamu mau membantu Mama."

Harapan Sky sekali lagi meroket. "Apa, Mama?"

Alice mengulum senyum. "Sebetulnya, Mama datang ke sini bukan untuk menghindar dari Papa saja, tapi ada maksud lain."

Sky mencondongkan badannya ke arah sang ibu. Kalau tidak ada sabuk pengaman, mereka mungkin sudah menempel.

"Ternyata Mama juga merahasiakan sesuatu dariku? Apa itu, Mama?"

Alice melirik sang putri dengan tatapan misterius. "M
Pixie

Jreng jreng jreeng .... Bagaimana respons Alice dan Sky? Akankah mereka meluruskan kebenaran kalau mereka bukan Palmer?

| Sukai
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Indah Carolina
iya dong . .. harus di kasih tau seluruh dunia . si lucas bikin cerita khayalan sendiri. hadeeuhh.. kesel deh.. ayoo kak.. ceritanya semangat lagi jangan melow meloww kan awal bulan hehehe
goodnovel comment avatar
Yanti Aching
hars diluruskan kalo alice bkn Rachel
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Presdir yang Hilang   125. Nasihat Rea

    Mengerti bahwa perawat itulah yang mengurusnya dulu, Sky tersenyum manis. "Ya, Nyonya. Aku adalah bayi kecil itu. Namaku Sky. Senang bertemu denganmu lagi, Nyonya." Rea terkekeh gemas. Sambil membungkuk, ia menangkup pipi Sky. "Astaga, kamu manis sekali. Persis seperti ibumu. Dan kau sudah besar sekarang. Apakah kamu tahu? Dulu kamu sekecil ini." Sky tertawa kecil melihat bagaimana Rea memperagakan ukuran tubuhnya. "Benarkah dulu aku hanya sebesar ini?" Ia meniru panjang yang dibuat Rea dengan kedua tangannya. "Itu kecil sekali. Bahkan lebih kecil dari Grassy. Tidak sia-sia aku makan banyak sehingga bisa menjadi sebesar ini." Rea kini mengelus rambut Sky. Tatapannya penuh dengan kehangatan. Rasa lelah sehabis dinas malam seolah menguap dari badannya. "Anakmu menggemaskan sekali, Rachel. Kamu dan suamimu berhasil membesarkannya dengan sangat baik. Omong-omong, di mana dia? Apakah dia menunggu di mobil?" Suasana seketika berubah beku. Alice bergeming. Ia sadar bahwa suami yang dim

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-02
  • Istri Presdir yang Hilang   126. Misi Kedua

    "Mama, ke mana tujuan kita selanjutnya? Apakah tidak jauh dari sini?" Suara Sky membuat Alice mengerjap. Ia menoleh sepintas. Dahinya terdongkrak. "Ya, dari mana kamu bisa tahu, Sayang?" Telunjuk Sky meruncing ke arah jalan. "Van kita jalannya seperti siput. Kalau tempatnya jauh, Mama pasti sudah mengebut." Alice terkekeh lirik. Ia takut ketahuan oleh sang putri bahwa dirinya melamun tadi. "Apakah kamu sudah siap menerima misi kedua?" Sky mengangguk mantap. "Ya, apakah Mama mau memberitahuku sekarang? Atau Mama mau menunggu sampai kita sampai di tempat selanjutnya?" Saat itu pula, Alice membelokkan van. Menyadari bahwa mereka mengarah ke parkiran, mata Sky membulat. "Kita sudah sampai?" Lehernya memanjang. Dengan mulut yang sedikit menganga, ia mengamati bangunan tingkat dua dengan dinding kayu dan desain unik di hadapannya. "Tempat apa ini, Mama?" Alice mematikan mesin mobil dan membuka sabuk pengaman. "Kamu tahu kalau Banff National Park adalah taman nasional tertua di Kanad

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-03
  • Istri Presdir yang Hilang   127. Nasihat Zoey

    Melihat rasa penasaran Zoey, Alice tersenyum miring. "Kamu punya berapa lama untuk mendengarku bercerita?" "Anggaplah setengah jam lagi, tapi aku harus sambil bersiap-siap sebelum staf lain datang." "Aku bisa membantu." Sky mengangkat tangan tinggi-tinggi. Zoey tersenyum gemas. "Itu bagus, Anak Manis. Kalau begitu, Alice .... Ceritakan kepadaku. Apa yang terjadi?" Selama beberapa menit, Alice terus bercerita. Zoey menyimak dan sesekali menimpali dengan gerutuan. Ia seperti menyimpan dendam terhadap Lucas. Namun, di akhir cerita, kekesalannya malah berubah menjadi iba. "Jadi, kemarin dia masih membujukmu untuk kembali?" Alice mengangguk tipis. "Ya, tapi itu tidak mungkin. Aku sudah bersuami, dan kamu tahu ...."Alice melirik ke kiri sedikit. Sky sedang mengamati beragam jenis telur dengan teliti. "Aku tidak pernah benar-benar mencintainya," bisiknya lirih. "Tapi sekalipun begitu, aku tetap merasa bersalah padanya. Kau tahu? Selama lima tahun terakhir, dialah yang menjaga aku dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-03
  • Istri Presdir yang Hilang   128. Lake Louise

    Mata Sky membulat mendapati pemandangan di depannya. Dari ujung kiri hingga ke ujung kanan, ia sama sekali tidak menemukan cela. Mulutnya yang ternganga sesekali meloloskan desah. "Mama, apakah kita masih berada di bumi?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan.Alice tersenyum geli mendengarnya. "Ya, Sayang. Kenapa bertanya begitu?" "Ini sangat-sangat indah, Mama. Lihatlah warna airnya! Mengapa dia bisa begitu biru? Dan pegunungan itu." Sky menunjuk pegunungan yang berbaris memahkotai danau. "Mereka sangat megah! Salju di atas sana tampak seperti taburan gula yang sangat manis." Sky menjepit pipinya sendiri, terpejam sejenak sembari memiringkan kepala. "Dan lihatlah bagaimana langitnya terpantul di permukaan danau! Wah, itu seperti kaca. Rasanya aku bisa berjalan di atasnya. Oh, Mama? Apakah itu awan?" Sky membelalakkan mata, memperhatikan bayang-bayang putih di sisi kiri dekat pantulan gunung. Sedetik kemudian, ia mendongak. Melihat serabut awan tipis yang bergerak lambat, ia berse

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-04
  • Istri Presdir yang Hilang   129. Pertolongan Datang

    Alice berdiri dan mengeluarkan ponsel dari saku. Jarinya gemetar saat mencari kontak Edmund. Saat menemukannya, ia menelan ludah. Detak jantungnya telah naik hingga ke tenggorokan. "Mama, ayo jangan lama-lama. Aku sudah tidak sabar ingin mendengar suara Papa. Dia pasti senang saat mendengar kita. Dan aku punya banyak cerita untuknya." Alice menghela napas samar. Ibu jarinya naik turun mengimbangi keraguan. Saat ia tak sanggup lagi menahannya, ia serahkan ponsel ke tangan Sky. "Bagaimana kalau kamu saja yang menghubungi Papa, Sayang? Mama rasa, Papa pasti akan lebih senang kalau suaramu yang lebih dulu didengarnya." Sky menyambut ponsel dengan gembira. "Tidak masalah. Aku senang kalau Papa menyapaku duluan." Tanpa berlama-lama, ia menekan tombol hijau. Saat menempelkan ponsel di telinga, tawa ringannya mengudara. Tubuhnya terus bergoyang-goyang. "Oh, jantungku benar-benar berkeringat sekarang," celetuknya sembari menggaruk dada. Alice menanggapi sang putri dengan senyum tipis. Da

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-04
  • Istri Presdir yang Hilang   130. Teman Kecil

    "Jadi, apa yang kau lakukan di sini? Apakah kamu sedang berlibur?" selidik Louis. Emily cepat-cepat menyikutnya. "Louis, kenapa kamu bertanya begitu? Itu tidak sopan." "Apa salahnya? Itu hanya basa-basi." Louis mengedikkan bahu. Emily mendekat ke telinga Louis. "Kamu bisa membuatnya sedih lagi. Kita tidak tahu apa yang sudah dia alami." "Baiklah, maaf kalau aku lancang. Aku tidak seharusnya bertanya. Aku hanya mau mencairkan suasana saja."Sky hanya berkedip. Ia tidak tahu harus menanggapi apa. Suasana hatinya sedang buruk. Mengerti akan hal itu, bibir Louis kembali menguncup. "Kamu tahu? Keluargaku datang ke sini untuk berbisnis sekaligus berlibur. Salah satu hotel di dekat sini ingin meningkatkan pelayanan dengan meng-upgrade fasilitas berbasis smart home. Itu bidang yang kugeluti di bawah pengawasan ayahku."Tiba-tiba, Emily menyikut lengan Louis lagi. Ia mendekat, berbisik, "Sekarang kamu terdengar sombong." Louis menghela napas. Kepalanya menggeleng tak berdaya. "Kenapa aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-05
  • Istri Presdir yang Hilang   131. Perjalanan Singkat

    "Ya, kami memang harus kembali ke hotel lagi. Tapi itu bukan berarti kami akan membiarkanmu mengatasi masalah ini sendiri."Selang satu kedipan, Louis berputar menghadap ayahnya. Wajahnya tampak tegas dan berwibawa, jauh lebih dewasa dibandingkan anak-anak seumurnya."Papa, bagaimana kalau kita meminjamkan telepon satelit kepada Sky? Di hotel ada wifi dan sinyal. Kita tidak butuh telepon satelit, sedangkan mereka butuh. Kita bisa mengambilnya lagi nanti."Mendengar itu, Alice terkesiap. Ia merasa sungkan jika harus merepotkan orang lain karena keegoisannya. "Maaf, Louis. Aku sangat menghargai niat baik kalian, tapi kalian tidak perlu melakukan itu." Kemudian, ia memegangi pundak Sky. "Sayang, bagaimana kalau kita kembali ke kota saja?"Sky menggeleng. "Tadinya, aku juga mau begitu. Tapi setelah kupikir-pikir, aku tidak mau merusak rencana Mama. Aku juga mau mendaki di sini. Biar Papa saja yang menyusul kemari. Karena itu, kita harus menghubunginya.""Begini saja." Kara mengambil telep

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-05
  • Istri Presdir yang Hilang   132. Turis Nakal

    Firasat buruk seketika melanda hati Alice. Ia cepat-cepat menarik Sky turun dari kursi, mengitarinya sedikit sehingga di antara mereka terdapat penghalang. "Mama, mereka siapa?" bisik Sky sembari menyimpan telepon satelitnya ke dalam tas. "Mama tidak tahu, Sayang," sahut Alice gusar. Ia melirik ke sekeliling. Tidak ada orang lain di sekitar mereka. Otaknya seketika mengirim tanda bahaya. "Sayang, kamu sudah melihat pemandangan dari sini, kan? Bagaimana kalau kita turun sekarang? Lain kali, kita bisa kembali lagi ke sini." Sky mengangguk pelan. Ia seolah bisa merasakan hal yang sama dengan ibunya. "Ya, Mama." Ia buru-buru menyandang ranselnya. Namun ketika mereka hendak melangkah, dua pria asing itu menghalangi jalan mereka. "Kenapa tergesa-gesa? Kami baru saja tiba. Bagaimana kalau kita berbincang sebentar? Sambil mengamati pemandangan indah." Pria yang berbadan lebih kekar memainkan alis. "Ya, kita bahkan belum berkenalan. Takdir sudah mempertemukan kita di sini. Bagaimana kala

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-06

Bab terbaru

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 10. Petualang Cilik yang Hebat

    "Sky, kita seharusnya membawa senapan itu juga tadi. Mengapa kita meninggalkannya di dalam tenda? Pemburu itu jadi bisa mengambilnya," bisik Emily sembari mengguncang tangan Sky. Merasa risih, Louis menyikut lengannya. "Sudahlah, Emily. Tidak ada yang perlu disesali. Kita sebaiknya memikirkan cara untuk mengalahkan laki-laki jahat ini." "Kalian pikir kalian bisa mengalahkanku?" Pemburu itu tertawa kasar. "Jangan bermimpi!" Sang pemburu mengangkat senapannya lagi. Namun, ketika ia hendak membidik, suara aneh datang dari atas. Melihat seekor orang utan besar hendak melompat dari dahan, Sky bergegas menarik si Kembar berlari mengikutinya. Ia tidak peduli lagi dengan senapan yang tergeletak di tanah. Ia tahu betul bahwa orang utan yang sedang marah jauh lebih berbahaya dibandingkan musuh mereka. Sementara itu, sang pemburu sudah terlanjur terpaku. Ia hanya bisa berteriak saat mamalia besar itu menimpanya. Pemburu lain yang menyaksikan tidak berani bertindak. Mereka bahkan sama sekali

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 9. Tembakan yang Akurat

    Si Kembar kembali bungkam. Mereka tidak tahu jawaban apa yang tepat. Mereka tidak ingin kembali ke kurungan sempit itu, tetapi mereka juga tidak mau ditembak. Apalagi, pemburu di hadapan mereka tampak serius dengan ancamannya. "Louis, kurasa kita jangan melawan. Dia tidak akan ragu menembak kita. Lihat, jarinya sudah siap menekan pelatuk," bisik Emily was-was. Louis menelan ludah. Ia sepakat dengan sang adik, tetapi enggan mengakuinya. "Tenang, Emily. Masih ada cara lain untuk selamat." Ia berpikir keras, memaksa otak untuk menelurkan ide spontan. "Tuan, bagaimana kalau kita bernegosiasi?" ucapnya tanpa terduga. Sang pemburu menarik matanya mundur dari lubang pengintai. Sebelah alisnya terdongkrak naik. Ia tidak menduga bisa mendengar kata itu. "Negosiasi apa yang bisa ditawarkan anak kecil sepertimu?" "Kami ini bukan anak-anak biasa. Kami adalah pewaris Savior Group, calon pemimpin hebat di masa depan. Kalau kau bersedia membebaskan kami, kami akan membayarmu dengan jumlah besar

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 8. Peringatan Terakhir

    "Papa, kebetulan sekali, GPS milik Louis ada padaku. Aku sedang melihat koordinat lokasinya," ujar Sky sambil berkedip-kedip gusar. "Itu bagus, Sayang. Bisa kau bacakan koordinatnya? Papa akan langsung menuju ke sana." Sky menelan ludah. Keringat dingin membutir di keningnya. "Itulah masalahnya. Aku lupa angka-angka yang sudah kuhafal." Edmund terdiam sejenak. Sky bisa membayangkan sang ayah mendesah kecewa. "Papa, apakah Papa marah? Ganti." "Tidak, Sayang. Papa tidak marah. Papa mengerti kalau kamu terlalu gugup sekarang. Coba tarik napas dalam-dalam, tenangkan pikiran. Kamu sudah berhasil mengingat semua angka dan bahkan huruf, Sayang. Pelan-pelan, kamu pasti bisa membacanya." Sky menuruti saran Edmund. Setelah terpejam sejenak, ia memperhatikan koordinat dengan saksama. "Ada garis kecil yang sedang tidur di sini, Papa." "Oke. Itu tanda negatif. Artinya kalian sedang berada di selatan garis khatulistiwa. Lalu?" "Ada bulat. Ini nol, kan?" "Ya. Kamu melakukannya dengan baik s

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 7. Tertangkap

    "Apakah aku tidak salah lihat? Ada anak manusia di tengah hutan?" Pria itu berbicara dengan bahasa yang tidak Louis dan Emily mengerti.Decak kesal terlontar dari pria yang satu lagi. "Sial! Menambah pekerjaan kita saja." "Apa yang harus kita lakukan sekarang?" "Apa lagi? Kita tidak mungkin membiarkan mereka lepas. Mereka bisa melapor kepada orang-orang. Rencana kita bisa berantakan. Ayo tangkap mereka!" Si Kembar mengerjap melihat senapan yang ditodongkan ke arah mereka. Emily langsung bersembunyi di balik punggung Louis, sedangkan Louis dengan berani melangkah maju dan merentangkan tangan di depan Mimi. "Jangan sakiti orang utan ini! Mereka adalah hewan langka yang dilindungi oleh seluruh dunia. Mereka tidak boleh diburu dan diperdagangkan!" seru Louis lantang. Dari balik pundak Louis, Emily mengintip. "Ya! Orang utan harus dilestarikan, bukan diburu. Memangnya kalian tidak kasihan kepada mereka? Lihat! Anaknya sampai ketakutan!" Di luar dugaan, dua pemburu itu malah tertawa. T

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 6. Keputusan yang Tepat

    "Tidak, Louis." Emily mengernyitkan dahi. "Kita tidak boleh meninggalkan Mimi sendirian di sini. Dia bisa mati.""Tapi itu yang dia mau. Dia ingin anaknya selamat. Dia pasti bertahan. Kita hanya perlu menyelamatkan anak Mimi dengan cepat. Menurutku, kita bisa melakukannya. Kita ini anak-anak terlatih, kau ingat?" Alih-alih setuju, Emily menggeleng tegas. "Tidak, Louis. Itu terlalu berisiko. Kita tidak boleh egois dan memikirkan kesenangan kita sendiri. Bagaimana kalau kita hubungi rumah hutan saja? Ini masalah serius."Sementara Louis menghela napas berat, Sky menautkan alis. Ia terlihat sangat serius dengan bibir terlipat ke dalam."Kurasa Emily benar. Kita tidak bisa menyelesaikan masalah ini sendiri. Kita butuh bantuan orang dewasa. Papa Mama kita dan orang-orang yayasan. Kita harus melaporkan hal ini kepada mereka. Mimi butuh bantuan medis, sedangkan para pemburu liar itu harus ditangkap." Louis termenung sebentar. Ia sebetulnya enggan menghubungi orang tuanya. Ia ingin mandiri.

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 5. Suara Tembakan

    "Sky, bunyi apa itu?" bisik Emily dengan suara tersekat. "Apakah itu suara ledakan?" "Kurasa itu suara senapan," potong Louis sebelum menggenggam lengan gadis yang paling kecil. "Sky, mungkinkah itu pemburu liar?" Sky berkedip-kedip gusar. "Mungkin iya. Daerah ini sudah berada di luar lingkup yayasan. Tim patroli hanya sesekali memeriksanya. Itu pun kalau mereka sempat." "Bukankah perburuan liar itu dilarang? Kenapa masih ada saja orang-orang jahat yang membunuh satwa? Kira-kira, apa yang baru saja mereka tembak? Apakah orang utan?" tanya Louis dengan ekspresi serius. Emily langsung bergidik ngeri. "Oh, kalau memang para pemburu itu mengincar orang utan, kuharap dia berhasil lolos dan selamat. Orang utan itu hewan langka. Kasihan kalau mereka punah." "Dan kuharap itu bukan Mimi," lanjut Sky sembari mengentakkan kaki. "Dia selalu membawa anaknya ke mana-mana. Dia pasti susah bergerak dan rentan terhadap serangan." "Bagaimana kalau kita memeriksanya? Kalau memang itu ulah pemburu l

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 4. Petualangan Anak-Anak

    "Sayang, apakah kamu melihat anak-anak?" tanya Alice sembari menghampiri Edmund. "Anak-anak?" Edmund mengalihkan pandangan dari laptopnya. Kedua alisnya terdongkrak. "Bukankah mereka masih tidur? Aku tidak melihat mereka keluar tenda." "Kupikir juga begitu. Tapi setelah kuperiksa, mereka tidak ada." Edmund pun menoleh ke sekeliling. Mata dan telinganya menajam. Akan tetapi, tidak ada jejak anak-anak yang terdeteksi. "Mungkinkah mereka bermain di kebun belakang?" Alice menggeleng. "Aku sudah mencari mereka di sana. Tidak ada." "Kandang ayam? Siapa tahu, Sky mengajak si Kembar dan Russell melihat anak ayam." "Tidak ada juga." Edmund menjentikkan jari. "Kandang angsa! Mereka pasti sedang bermain dengan Gigi dan Gusi." Alice menghela napas berat. Guratan di keningnya tampak lebih jelas. "Tidak ada, Ed. Aku sudah mencari mereka ke mana-mana. Mereka tidak ada." "Apakah kau sudah mencari di dalam rumah? Siapa tahu mereka sedang bermain petak umpet. Mereka mungkin saja sedang bersemb

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 3. Janji Louis

    Alis Louis berkerut mendengar pertanyaan Edmund. "Kenapa Anda bertanya begitu, Tuan? Tentu saja aku menyayangi Sky. Dia temanku. Dia sudah seperti seorang adik bagiku." Edmund berkedip kaku. "Begitukah? Kau menganggapnya sebagai seorang adik?" Louis mengangguk mantap. "Ya, kurasa Emily juga begitu. Dulu dia menginginkan adik perempuan. Ternyata, Russell yang keluar. Dia sempat sedih. Kehadiran Sky membantu mengobati kekecewaannya." Bibir Edmund perlahan mengerucut. Tangannya disempal ke dalam saku. "Jadi, kau menganggap putriku sebagai adikmu?" gumamnya. Entah mengapa, perasaan lega timbul dalam hatinya. "Apakah itu berarti kau akan menjaganya seperti adik-adikmu?" "Ya, aku akan berusaha untuk menjaga Sky dengan baik. Aku tidak akan membuatnya menangis." Alis Edmund kembali tertaut. "Tapi tadi, aku melihatmu mengusili Emily. Apakah kau bisa dipercaya untuk menjaga adik-adikmu?" Tiba-tiba saja, bibir Louis berkedut. Sambil menggaruk pelipis, ia terkekeh. "Soal itu, aku memang suk

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 2. Mengawasi Louis

    Semua orang bertepuk tangan saat Sky dan teman-teman hewannya selesai melakukan pertunjukan. Bukan hanya anak-anak Harper yang terkesima, tetapi orang tua mereka juga. "Terima kasih, Sky. Ini adalah sambutan paling manis yang pernah kami terima," tutur Kara dengan senyum lebar. "Ya, ini sambutan yang luar biasa. Bagaimana caramu melatih hewan-hewan itu? Bukan hanya kucing dan anjing, kamu juga berhasil melatih dua ekor angsa." Frank mengacungkan jempolnya. Sky terkekeh bangga. "Itu karena mereka bukan sembarang hewan, Tuan. Mereka adalah teman-temanku dan mereka pintar. Kurasa mereka mau mengikuti aba-aba dariku karena kami akrab." "Mereka teman-temanmu?" Frank menaikkan alis. Si Kembar langsung berebut menjelaskan. "Tidak ada anak-anak lain di sini, Papa. Karena itu, Sky hanya bermain dengan teman-teman hewannya." "Sky bilang dia selalu memberi mereka makan yang banyak. Kurasa, karena itu juga hewan-hewan itu patuh padanya. Mereka suka pada Sky!" Sky melompat antusias. "Louis

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status