Beranda / Urban / Istri Presdir yang Hilang / 118. Sembuhkan Luka

Share

118. Sembuhkan Luka

Penulis: Pixie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-30 08:01:13
Sambil memeluk Grassy, Sky kembali ke ruang tengah. Ia duduk di sofa, pandangannya menggantung. Selang satu kedipan, ia membalikkan bonekanya, memberi beruang hijau itu usapan lembut.

"Grassy, apa yang harus kita lakukan? Mama sepertinya masih marah kepada Papa. Apakah mereka bisa kembali bersama?"

Sambil menggigit bibir, Sky menoleh ke jendela. Kerinduan kembali memberatkan hatinya. Setelah merenung sejenak, ia mengambil Rocky Talkie dari dalam tas.

"Papa, apakah kamu mendengarku?" tanyanya dengan suara kecil yang menyayat hati.

Usai jeda singkat, suara Edmund terdengar. "Sky, kau berhasil menyalakan Rocky Talkie sendiri?"

Sky menekan lagi tombol yang tadi. "Ya, aku mengikuti tahap-tahap yang Papa ajarkan."

"Bagus sekali, Sayang. Kamu hebat. Ada apa kamu menghubungiku?"

Sky mendengus samar. "Papa tahu? Mama sedang menangis. Aku tidak sengaja mendengarnya."

"Kenapa dia menangis?" Edmund terdengar khawatir.

"Mama melihat kita tadi. Mama tahu kalau aku merindukan Papa."

"Apakah di
Pixie

Pagi, guys. Semangat ya hari ini! Kayak Sky. Semangat terus.

| Sukai
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Cory Cornelia
dyiiiih Lucas nekat bgt... kl dia msh berambisi dapetin Alice kembali uh bye aja dah... sikapnya malah membuat Alice n sky menjauh ... kecuali dia dtg utk menjelaskan rencana jahat duo nenek lampir itu.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Presdir yang Hilang   119. Menghadapi Lucas

    "Maaf, Papa Lucas. Kamu belum boleh bertemu dengan Mama. Bagaimana kalau kamu menunggu selama beberapa hari?" Sky memiringkan kepala. Ekspresinya serius. Belum sempat Lucas menjawab, ia kembali bicara. "Kalau Papa bertemu dengan Mama sekarang, aku takut hasilnya akan sia-sia. Papa Edmund saja belum berani bertemu Mama. Mama masih marah kepada kalian." Lucas mulai menggertakkan geraham. Kesabarannya tidak banyak tersisa. "Jangan menceramahiku. Aku ini papamu. Sekarang juga, panggil Mama keluar." Bukannya takut, Sky malah berkacak pinggang. Kepalanya menggeleng tegas. "Tidak, Papa. Aku sudah berjanji untuk menjaga Mama. Tidak akan aku biarkan Mama bersedih atau menangis lagi. Karena itu, tolong mengertilah. Beri Mama waktu untuk menata ulang ingatannya. Setelah kondisi Mama membaik, baru Papa boleh bicara dengan Mama." Lucas mendengus. Ia tidak mau mengindahkan peringatan gadis kecil itu. Ia hendak menerobos masuk. Namun, tanpa terduga, Sky merentangkan tangan dan bergeser menghalan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-30
  • Istri Presdir yang Hilang   120. Perjalanan Jauh

    "Ya, bagaimana mungkin aku bisa berhenti marah padamu?" jawab Alice jujur.Harapan Lucas runtuh, sedangkan Emma tersenyum. "Kau tidak tahu bagaimana dampak dari perbuatanmu, Lucas," lanjut Alice. "Kau hanya tahu kepalaku pusing, tapi kau tidak tahu seberapa besar rasa sakit yang harus kutahan." "Kenapa?" Suara Lucas tersendat. Kebingungan mewarnai matanya. "Kenapa kau malah marah kepadaku? Bukankah kau seharusnya marah kepada Edmund? Dia yang telah merusak kepercayaan darimu. Dia yang paling menyakitimu?" "Maaf aku harus mengatakan ini. Tapi, sejak Edmund kembali, aku merasa hidupku sempurna. Aku bisa merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Aku bisa menyaksikan Sky tertawa begitu lepas. Dengan ingatan yang kau kembalikan kepadaku, semua itu rusak. Kalau saja aku bisa memilih, aku lebih baik tidak usah mendapat ingatan itu lagi. Dengan begitu, aku hanya punya kenangan manis. Aku bisa tetap mencintai Edmund dan hidup bersamanya tanpa rasa khawatir." Lucas melangkah mundur. Sebagian

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-31
  • Istri Presdir yang Hilang   121. Peringatan Edmund

    Sepulang kerja, Edmund langsung menuju ke rumah Emma dengan hati gembira. Hadiah spesial telah ia siapkan di jok sebelah. Ia yakin, begitu Sky membukanya, ia pasti melompat-lompat gembira. Setibanya di sana, Edmund langsung meraih Rocky Talkie-nya. Namun, belum sempat ia menghubungi Sky, pintu depan terbuka lebar. Sedetik kemudian, Emma muncul dengan wajah gusar."Ke mana saja kau tadi? Kenapa tidak menjawab panggilan dari Sky? Dia sudah beberapa kali mencoba untuk menghubungimu."Edmund menaikkan alis. "Aku sudah bilang padanya kalau aku harus rapat. Kami janji bertemu setelah aku pulang kerja. Memangnya ada apa? Di mana dia sekarang?"Sambil melipat tangan di depan dada, Emma memalingkan muka. Ia seolah takut menatap Edmund lekat-lekat. "Mereka sudah berangkat," ujarnya lirih. Edmund mendadak beku. Matanya tidak berkedip, napasnya berat. "Berangkat? Apa maksudmu?" Emma menghela napas cepat. Sambil menatap Edmund lagi, ia menjawab, "Alice memutuskan untuk menenangkan diri di tempa

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-31
  • Istri Presdir yang Hilang   122. Keputusan Gila

    Giselle menggertakkan rahang. Kedua tangannya kini terkepal erat. "Bukankah aku sudah pernah bilang? Aku mengagumimu sejak lama. Kau pria yang luar biasa. Karena itu, aku dulu melamar sebagai sekretarismu. Aku ingin belajar banyak darimu. Aku ingin sesering mungkin bersamamu. Aku ingin terus mendampingimu." Tiba-tiba, Giselle bergeser maju. Wajahnya mendongak menatap Edmund, memperlihatkan kesungguhan. "Dan melihat dirimu yang sekarang, adakah alasan untuk aku berhenti menyukaimu? Kau berhasil menjadi CEO sukses. Meskipun perusahaan yang kau bangun menjadi yang terdepan di bidangmu, kau masih tetap mempertahankan kepribadianmu yang mengesankan. Apakah aku rela membiarkanmu bersanding dengan yang lain?"Sambil menarik napas dalam-dalam, Giselle menggeleng tegas. "Tidak. Pria sebaik dirimu tidak boleh menyia-nyiakan hidup demi perempuan seperti Alice. Kau seharusnya bersanding dengan perempuan hebat juga, seperti aku." "Tapi aku tidak butuh perempuan sepertimu. Aku hanya butuh Alice.

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-01
  • Istri Presdir yang Hilang   123. Merindukan Edmund

    Edmund mendengus. "Mama takut aku tidak bisa memberi uang jajan lagi? Kenapa tidak minta kepada Giselle saja? Dia anak Mama sekarang." "Edmund!" pekik Elizabeth di puncak suaranya. Wajahnya kini sudah sangat merah. "Jangan khawatir, Ma. Tabunganku banyak. Uangku cukup untuk menghidupi keluarga kita sampai Sky dewasa. Tapi karena aku tetap harus membayar gaji pelayan yang mengurus rumah, uang jajanmu harus berkurang." "Kenapa kau tidak pernah mendengarkan aku? Kau lebih sayang pada istrimu dibandingkan ibumu, hah?" Elizabeth mulai terdengar lelah. Rautnya kini terkesan kecewa dan memelas.Akan tetapi, Edmund sama sekali tidak menunjukkan iba. Ia membetulkan posisi tas gunung yang bergantung di pundaknya. Tangannya yang lain menenteng beberapa tas lebih erat. "Maaf, Ma. Ada penerbangan yang harus kukejar. Aku harus pergi sekarang. Sampai jumpa!" Edmund melangkah pergi. Elizabeth berusaha menahannya. Ia menarik tas sang putra dengan sekuat tenaga. Namun, ia tetap kalah. "Edmund, te

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-01
  • Istri Presdir yang Hilang   124. Misi Pertama

    Alice menggigit bibir. Ia tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan bahwa hatinya belum siap untuk bertemu Edmund. Melihat diamnya sang ibu, binar di mata Sky perlahan meredup. Ia tahu jawabannya. "Mama belum mau bertemu Papa?" Alice meraih tangan mungil putrinya. "Maaf, Sayang. Bisakah kamu bersabar? Beri Mama waktu sedikit lagi." "Berapa lama?" Mata Alice bergetar menatap jalan lurus di depannya. "Tiga hari?" "Itu terlalu lama," gerutu Sky spontan. "Tidak bisakah Mama menjadikannya satu hari?" Alice menimbang-nimbang hingga tiba-tiba, ia mendapat ide. "Bisa, asalkan kamu mau membantu Mama." Harapan Sky sekali lagi meroket. "Apa, Mama?" Alice mengulum senyum. "Sebetulnya, Mama datang ke sini bukan untuk menghindar dari Papa saja, tapi ada maksud lain." Sky mencondongkan badannya ke arah sang ibu. Kalau tidak ada sabuk pengaman, mereka mungkin sudah menempel. "Ternyata Mama juga merahasiakan sesuatu dariku? Apa itu, Mama?" Alice melirik sang putri dengan tatapan misterius. "M

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-02
  • Istri Presdir yang Hilang   125. Nasihat Rea

    Mengerti bahwa perawat itulah yang mengurusnya dulu, Sky tersenyum manis. "Ya, Nyonya. Aku adalah bayi kecil itu. Namaku Sky. Senang bertemu denganmu lagi, Nyonya." Rea terkekeh gemas. Sambil membungkuk, ia menangkup pipi Sky. "Astaga, kamu manis sekali. Persis seperti ibumu. Dan kau sudah besar sekarang. Apakah kamu tahu? Dulu kamu sekecil ini." Sky tertawa kecil melihat bagaimana Rea memperagakan ukuran tubuhnya. "Benarkah dulu aku hanya sebesar ini?" Ia meniru panjang yang dibuat Rea dengan kedua tangannya. "Itu kecil sekali. Bahkan lebih kecil dari Grassy. Tidak sia-sia aku makan banyak sehingga bisa menjadi sebesar ini." Rea kini mengelus rambut Sky. Tatapannya penuh dengan kehangatan. Rasa lelah sehabis dinas malam seolah menguap dari badannya. "Anakmu menggemaskan sekali, Rachel. Kamu dan suamimu berhasil membesarkannya dengan sangat baik. Omong-omong, di mana dia? Apakah dia menunggu di mobil?" Suasana seketika berubah beku. Alice bergeming. Ia sadar bahwa suami yang dim

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-02
  • Istri Presdir yang Hilang   126. Misi Kedua

    "Mama, ke mana tujuan kita selanjutnya? Apakah tidak jauh dari sini?" Suara Sky membuat Alice mengerjap. Ia menoleh sepintas. Dahinya terdongkrak. "Ya, dari mana kamu bisa tahu, Sayang?" Telunjuk Sky meruncing ke arah jalan. "Van kita jalannya seperti siput. Kalau tempatnya jauh, Mama pasti sudah mengebut." Alice terkekeh lirik. Ia takut ketahuan oleh sang putri bahwa dirinya melamun tadi. "Apakah kamu sudah siap menerima misi kedua?" Sky mengangguk mantap. "Ya, apakah Mama mau memberitahuku sekarang? Atau Mama mau menunggu sampai kita sampai di tempat selanjutnya?" Saat itu pula, Alice membelokkan van. Menyadari bahwa mereka mengarah ke parkiran, mata Sky membulat. "Kita sudah sampai?" Lehernya memanjang. Dengan mulut yang sedikit menganga, ia mengamati bangunan tingkat dua dengan dinding kayu dan desain unik di hadapannya. "Tempat apa ini, Mama?" Alice mematikan mesin mobil dan membuka sabuk pengaman. "Kamu tahu kalau Banff National Park adalah taman nasional tertua di Kanad

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-03

Bab terbaru

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 10. Petualang Cilik yang Hebat

    "Sky, kita seharusnya membawa senapan itu juga tadi. Mengapa kita meninggalkannya di dalam tenda? Pemburu itu jadi bisa mengambilnya," bisik Emily sembari mengguncang tangan Sky. Merasa risih, Louis menyikut lengannya. "Sudahlah, Emily. Tidak ada yang perlu disesali. Kita sebaiknya memikirkan cara untuk mengalahkan laki-laki jahat ini." "Kalian pikir kalian bisa mengalahkanku?" Pemburu itu tertawa kasar. "Jangan bermimpi!" Sang pemburu mengangkat senapannya lagi. Namun, ketika ia hendak membidik, suara aneh datang dari atas. Melihat seekor orang utan besar hendak melompat dari dahan, Sky bergegas menarik si Kembar berlari mengikutinya. Ia tidak peduli lagi dengan senapan yang tergeletak di tanah. Ia tahu betul bahwa orang utan yang sedang marah jauh lebih berbahaya dibandingkan musuh mereka. Sementara itu, sang pemburu sudah terlanjur terpaku. Ia hanya bisa berteriak saat mamalia besar itu menimpanya. Pemburu lain yang menyaksikan tidak berani bertindak. Mereka bahkan sama sekali

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 9. Tembakan yang Akurat

    Si Kembar kembali bungkam. Mereka tidak tahu jawaban apa yang tepat. Mereka tidak ingin kembali ke kurungan sempit itu, tetapi mereka juga tidak mau ditembak. Apalagi, pemburu di hadapan mereka tampak serius dengan ancamannya. "Louis, kurasa kita jangan melawan. Dia tidak akan ragu menembak kita. Lihat, jarinya sudah siap menekan pelatuk," bisik Emily was-was. Louis menelan ludah. Ia sepakat dengan sang adik, tetapi enggan mengakuinya. "Tenang, Emily. Masih ada cara lain untuk selamat." Ia berpikir keras, memaksa otak untuk menelurkan ide spontan. "Tuan, bagaimana kalau kita bernegosiasi?" ucapnya tanpa terduga. Sang pemburu menarik matanya mundur dari lubang pengintai. Sebelah alisnya terdongkrak naik. Ia tidak menduga bisa mendengar kata itu. "Negosiasi apa yang bisa ditawarkan anak kecil sepertimu?" "Kami ini bukan anak-anak biasa. Kami adalah pewaris Savior Group, calon pemimpin hebat di masa depan. Kalau kau bersedia membebaskan kami, kami akan membayarmu dengan jumlah besar

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 8. Peringatan Terakhir

    "Papa, kebetulan sekali, GPS milik Louis ada padaku. Aku sedang melihat koordinat lokasinya," ujar Sky sambil berkedip-kedip gusar. "Itu bagus, Sayang. Bisa kau bacakan koordinatnya? Papa akan langsung menuju ke sana." Sky menelan ludah. Keringat dingin membutir di keningnya. "Itulah masalahnya. Aku lupa angka-angka yang sudah kuhafal." Edmund terdiam sejenak. Sky bisa membayangkan sang ayah mendesah kecewa. "Papa, apakah Papa marah? Ganti." "Tidak, Sayang. Papa tidak marah. Papa mengerti kalau kamu terlalu gugup sekarang. Coba tarik napas dalam-dalam, tenangkan pikiran. Kamu sudah berhasil mengingat semua angka dan bahkan huruf, Sayang. Pelan-pelan, kamu pasti bisa membacanya." Sky menuruti saran Edmund. Setelah terpejam sejenak, ia memperhatikan koordinat dengan saksama. "Ada garis kecil yang sedang tidur di sini, Papa." "Oke. Itu tanda negatif. Artinya kalian sedang berada di selatan garis khatulistiwa. Lalu?" "Ada bulat. Ini nol, kan?" "Ya. Kamu melakukannya dengan baik s

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 7. Tertangkap

    "Apakah aku tidak salah lihat? Ada anak manusia di tengah hutan?" Pria itu berbicara dengan bahasa yang tidak Louis dan Emily mengerti.Decak kesal terlontar dari pria yang satu lagi. "Sial! Menambah pekerjaan kita saja." "Apa yang harus kita lakukan sekarang?" "Apa lagi? Kita tidak mungkin membiarkan mereka lepas. Mereka bisa melapor kepada orang-orang. Rencana kita bisa berantakan. Ayo tangkap mereka!" Si Kembar mengerjap melihat senapan yang ditodongkan ke arah mereka. Emily langsung bersembunyi di balik punggung Louis, sedangkan Louis dengan berani melangkah maju dan merentangkan tangan di depan Mimi. "Jangan sakiti orang utan ini! Mereka adalah hewan langka yang dilindungi oleh seluruh dunia. Mereka tidak boleh diburu dan diperdagangkan!" seru Louis lantang. Dari balik pundak Louis, Emily mengintip. "Ya! Orang utan harus dilestarikan, bukan diburu. Memangnya kalian tidak kasihan kepada mereka? Lihat! Anaknya sampai ketakutan!" Di luar dugaan, dua pemburu itu malah tertawa. T

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 6. Keputusan yang Tepat

    "Tidak, Louis." Emily mengernyitkan dahi. "Kita tidak boleh meninggalkan Mimi sendirian di sini. Dia bisa mati.""Tapi itu yang dia mau. Dia ingin anaknya selamat. Dia pasti bertahan. Kita hanya perlu menyelamatkan anak Mimi dengan cepat. Menurutku, kita bisa melakukannya. Kita ini anak-anak terlatih, kau ingat?" Alih-alih setuju, Emily menggeleng tegas. "Tidak, Louis. Itu terlalu berisiko. Kita tidak boleh egois dan memikirkan kesenangan kita sendiri. Bagaimana kalau kita hubungi rumah hutan saja? Ini masalah serius."Sementara Louis menghela napas berat, Sky menautkan alis. Ia terlihat sangat serius dengan bibir terlipat ke dalam."Kurasa Emily benar. Kita tidak bisa menyelesaikan masalah ini sendiri. Kita butuh bantuan orang dewasa. Papa Mama kita dan orang-orang yayasan. Kita harus melaporkan hal ini kepada mereka. Mimi butuh bantuan medis, sedangkan para pemburu liar itu harus ditangkap." Louis termenung sebentar. Ia sebetulnya enggan menghubungi orang tuanya. Ia ingin mandiri.

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 5. Suara Tembakan

    "Sky, bunyi apa itu?" bisik Emily dengan suara tersekat. "Apakah itu suara ledakan?" "Kurasa itu suara senapan," potong Louis sebelum menggenggam lengan gadis yang paling kecil. "Sky, mungkinkah itu pemburu liar?" Sky berkedip-kedip gusar. "Mungkin iya. Daerah ini sudah berada di luar lingkup yayasan. Tim patroli hanya sesekali memeriksanya. Itu pun kalau mereka sempat." "Bukankah perburuan liar itu dilarang? Kenapa masih ada saja orang-orang jahat yang membunuh satwa? Kira-kira, apa yang baru saja mereka tembak? Apakah orang utan?" tanya Louis dengan ekspresi serius. Emily langsung bergidik ngeri. "Oh, kalau memang para pemburu itu mengincar orang utan, kuharap dia berhasil lolos dan selamat. Orang utan itu hewan langka. Kasihan kalau mereka punah." "Dan kuharap itu bukan Mimi," lanjut Sky sembari mengentakkan kaki. "Dia selalu membawa anaknya ke mana-mana. Dia pasti susah bergerak dan rentan terhadap serangan." "Bagaimana kalau kita memeriksanya? Kalau memang itu ulah pemburu l

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 4. Petualangan Anak-Anak

    "Sayang, apakah kamu melihat anak-anak?" tanya Alice sembari menghampiri Edmund. "Anak-anak?" Edmund mengalihkan pandangan dari laptopnya. Kedua alisnya terdongkrak. "Bukankah mereka masih tidur? Aku tidak melihat mereka keluar tenda." "Kupikir juga begitu. Tapi setelah kuperiksa, mereka tidak ada." Edmund pun menoleh ke sekeliling. Mata dan telinganya menajam. Akan tetapi, tidak ada jejak anak-anak yang terdeteksi. "Mungkinkah mereka bermain di kebun belakang?" Alice menggeleng. "Aku sudah mencari mereka di sana. Tidak ada." "Kandang ayam? Siapa tahu, Sky mengajak si Kembar dan Russell melihat anak ayam." "Tidak ada juga." Edmund menjentikkan jari. "Kandang angsa! Mereka pasti sedang bermain dengan Gigi dan Gusi." Alice menghela napas berat. Guratan di keningnya tampak lebih jelas. "Tidak ada, Ed. Aku sudah mencari mereka ke mana-mana. Mereka tidak ada." "Apakah kau sudah mencari di dalam rumah? Siapa tahu mereka sedang bermain petak umpet. Mereka mungkin saja sedang bersemb

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 3. Janji Louis

    Alis Louis berkerut mendengar pertanyaan Edmund. "Kenapa Anda bertanya begitu, Tuan? Tentu saja aku menyayangi Sky. Dia temanku. Dia sudah seperti seorang adik bagiku." Edmund berkedip kaku. "Begitukah? Kau menganggapnya sebagai seorang adik?" Louis mengangguk mantap. "Ya, kurasa Emily juga begitu. Dulu dia menginginkan adik perempuan. Ternyata, Russell yang keluar. Dia sempat sedih. Kehadiran Sky membantu mengobati kekecewaannya." Bibir Edmund perlahan mengerucut. Tangannya disempal ke dalam saku. "Jadi, kau menganggap putriku sebagai adikmu?" gumamnya. Entah mengapa, perasaan lega timbul dalam hatinya. "Apakah itu berarti kau akan menjaganya seperti adik-adikmu?" "Ya, aku akan berusaha untuk menjaga Sky dengan baik. Aku tidak akan membuatnya menangis." Alis Edmund kembali tertaut. "Tapi tadi, aku melihatmu mengusili Emily. Apakah kau bisa dipercaya untuk menjaga adik-adikmu?" Tiba-tiba saja, bibir Louis berkedut. Sambil menggaruk pelipis, ia terkekeh. "Soal itu, aku memang suk

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 2. Mengawasi Louis

    Semua orang bertepuk tangan saat Sky dan teman-teman hewannya selesai melakukan pertunjukan. Bukan hanya anak-anak Harper yang terkesima, tetapi orang tua mereka juga. "Terima kasih, Sky. Ini adalah sambutan paling manis yang pernah kami terima," tutur Kara dengan senyum lebar. "Ya, ini sambutan yang luar biasa. Bagaimana caramu melatih hewan-hewan itu? Bukan hanya kucing dan anjing, kamu juga berhasil melatih dua ekor angsa." Frank mengacungkan jempolnya. Sky terkekeh bangga. "Itu karena mereka bukan sembarang hewan, Tuan. Mereka adalah teman-temanku dan mereka pintar. Kurasa mereka mau mengikuti aba-aba dariku karena kami akrab." "Mereka teman-temanmu?" Frank menaikkan alis. Si Kembar langsung berebut menjelaskan. "Tidak ada anak-anak lain di sini, Papa. Karena itu, Sky hanya bermain dengan teman-teman hewannya." "Sky bilang dia selalu memberi mereka makan yang banyak. Kurasa, karena itu juga hewan-hewan itu patuh padanya. Mereka suka pada Sky!" Sky melompat antusias. "Louis

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status