“Sayang, aku dengar ada di sini hari ini.”Iris mendongak melihat Aiden berjalan menghampirinya sambil melepas jas kerja.“Ya, aku datang mengantar makan siang, sekalian makan siang bersamamu.”“Ah, kebetulan aku sangat lapar sekali.” Aiden terlihat senang dengan kunjungan Iris meski dia merasa lelah usai rapat dengan dewan direksi.Aiden membungkuk mencium kening Iris sebelum duduk di sebelahnya.“Apa yang kamu bawa hari ini?” Dia melibat lengan kemejanya dan membantu Iris mengeluarkan kotak bento dari dalam tas.“Omelet kesukaanmu dan sup ayam.”“Aku lapar sekali sayang, terima kasih.” Aiden menghargai usaha istrinya dan meraih dagunya sebelum mengecup bibirnya dengan penuh kasih sayang.Iris menatapnya cukup lama setelah Aiden melepaskan ciumannya.“Ada apa?” tanya Aiden melihat Iris menatapnya cukup lama.“Apa kamu tidak jijik?”“Jijik? Jijik kenapa?” Iris cemberut menunjuk wajahnya. “Aku menjadi dekil dan hidungku mengembang,” ujarnya dengan ekspresi sedih.Aiden tertawa mendeng
Aiden pulang dari awal sore itu. dia melihat istrinya duduk di ruang tamu sambil membaca sebuah makalah di sofa. hatinya menghangat dan rasa lelah yang dia rasakan seolah lenyap sang istri di ruang tamu seperti menunggunya.Aiden melonggarkan dasinya dan melepaskan jas kerjanya sambil berjalan mendekati Iris. Wanita itu tampak sedang fokus membaca makalah hingga tidak mendongak ketika Aiden mendekatinya.“Apa yang kamu baca,” bisiknya duduk di sebelah Iris sambil mencium keningnya.Iris tersentak kaget, makalah di tangannya terlempar jatuh dari tangannya.“Maaf, aku tidak bermaksud mengagetkan kamu,” kata Aiden melihat Iris sangat kaget. Dia menunduk meraih makalah yang jatuh di lantai.“Jangan dilihat!” seru Iris terlihat panik dan buru-buru meraih makalah itu dari tangan Aiden.Aiden mengangkat alis dengan ingin tahu melihat reaksinya dan menjauhkan makalah itu dari Iris.“Apa yang kamu baca hingga begitu panik?” Dia menjaukan makalah itu dari jangkauan Iris dan membaca isinya.“K
“Dimi, Daddy sudah bilang padamu. Mommy sedang bayi adik perempuanmu di perut, kamu jangan menabrak Mommy agar Mommy tidak kehilangan adik perempuanmu, paham?” kata Aiden tegas pada putranya.Mata Dimitri melebar merasa sudah membuat ayahnya marah. Dia mengangguk dengan ekspresi bersalah memandang Iris. “Maaf Mommy, aku tidak akan melakukannya lagi.”Iris tersenyum mengelus rambut Dimitri. “Tidak apa-apa sayang. Lain kali hati-hati.”Dimitri mengangguk dengan senyum lebar. “Iya Mommy.”Aiden mengacak rambutnya dengan senyum tipis membawa istri dan putra ke atas.......Pesta berjalan cukup lancar dan lama. rekan-rekan bisnis tidak mengizinkan Aiden pulang lebih awal dan mengajaknya minum di bar. Mereka bersenang-senang minum di bar yang disediakan di hotel setelah pesta berakhir. Aiden tidak bisa menolak karena dia membutuhkan koneksi mereka dan memberitahu Iris bahwa dia tidak akan pulang dan menginap di hotel.Merasa dirinya sudah cukup mabuk, Aiden berjalan ke kamar hotel yang su
“Maaf sudah membangunkan kamu. tidurlah lagi,” bisik Aiden mencium keningnya dan mendorong Iris untuk kembali berbaring dengan lembut.Tapi Iris tidak bisa tidur setelah bangun. dia mencium bau alkohol dari tubuh Aiden.“Kamu mabuk? Bukankah kamu bilang tidak akan pulang malam ini?” tanya Iris ingin tahu.“Tidak ada tempat senyaman rumah. aku ingin tidur di kamarku dan memeluk istriku.” Aiden menguap dengan manja menggosok kepalanya di pundak Iris dan menghirup aroma tubuh wanita itu penuh kerinduan.Iris merasa hangat dalam hatinya. “Jangan tidur dulu, aku akan siapkan air hangat agar kamu mandi.”“Tidak usah. Aku bisa melakukannya sendiri. Kamu kembalilah tidur,” kata Aiden melepaskan tuxedo pesta di tubuhnya sebelum melemparkan jas itu ke kursi terdekat dan terhuyung berjalan ke kamar mandi.Iris menggelengkan kepalanya dan turun dari tempat tidur. dia mengambil tuxedo Aiden untuk diletakkan di keranjang. Dia tiba-tiba berhenti ketikan mencium arom parfum wanita yang tampak asing
Iris cemberut ingin membantah tapi Aiden menggelengkan kepalanya.“Pikirkan anak kita,” ujar mengelus perut Iris yang kini sudah berusia tujuh bulan. Jenis kelamin ada itu akhirnya seorang gadis kecil yang diidamkan Aiden. dia tidak Iris kelelahan sampai dia melahirkan dengan aman.“Dokter sudah mengatakan kamu tidak boleh kelelahan atau melakukan aktivitas berat, kamu mengerti?”Iris mengangguk dengan cemberut sedih. Aiden menarik kepala Iris ke dadanya dan mengelus rambutnya dengan lembut. “Tapi kamu boleh mengawasi pengaturan perayaan.”Iris tersenyum sumringah dan mencium bibir Aiden dengan sayang. “Oke, aku mengerti sayang. Terima kasih sudah menjaga dan perhatian padaku meski penampilan aku menjadi jelek.”Aiden menyentil keningnya. “Apa yang kamu bicarakan. Kamu adalah istriku dan sudah melahirkan dua anak untukku, belum lagi bayi di perutmu. Aku harus memberikan perhatian penuh tapi itu tidak akan cukup untuk semua pengorbananmu melahirkan anak-anakku.”Iris tersenyum lembut
“Anak-anak akan tumbuh dewasa dan meninggalkan rumah ketika sudah waktunya. Tapi aku berbeda, aku akan menemanimu seumur hidup dan menjalani tahun-tahun yang berganti.”Iris tersenyum memeluk tubuhnya. “Oh, kamu puitis sekali. Dari mana kamu belajar kata-kata ini?”Aiden terkekeh dan berbisik, “Rahasia.”.....Tiba saatnya perayaan ulang tahun pernikahan Aiden dan Iris, banyak tamu yang datang di rumah mereka.Alih-alih hotel, pesta perayaan mereka di adakan di rumah yang dibangun Aiden untuknya. Ruang tamu itu cukup luas untuk menampung para tamu. Aiden dan Iris mengirim undangan lebih banyak pada orang-orang terdekat mereka agar tidak ada yang bergunjing tentang fisik Iris.Iris mengenakan pakaian merah muda cantik yang dipesan Aiden secara khusus. Gaun itu menonjolkan tubuh Iris yang membesar dan perut hamil. tidak ada yang berani menggunjingan pasangan itu maupun Iris.Iris dirias dengan sangat cantik malam itu dan mendapat banyak pujian dari orang lain. Iris dan Aiden saling ber
Ekspresi kejam di wajah Felicia menghilang melihat genangan darah di atas lantai kamar mandi.Dia berjalan mundur menghindari genangan darah yang menyebar di lantai kamar mandi dengan wajah pucat.Meski dia membenci Iris dan berharap bisa membunuhnya, dia tidak bisa melakukannya di sini, saat semua orang hadir.“Tolong ….” Iris memandang memohon mengulurkan tangannya yang berdarah dengan lemah.Wajah wanita itu pucat pasi seolah darah menghilang dari wajahnya.Felicia menatap darah di tangannya dengan jijik dan berjalan melewati Iris dengan cepat sebelum dia ketahuan.“Iris!” Pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka dan sosok Aiden muncul di ambang pintu.Felicia langsung pucat pasi berhadapan dengan Aiden.“A-Aiden ….”Aiden mengeryit menatao Felicia dengan ekspresi serius.“Mengapa kamu ada di sini? Aku mendengar teriakan Iris di sini. Apa yang ka—“ Aiden tidak menyelesaikan kalimatnya ketika pandangannya tertuju ke belakang Felicia, matanya melebar melihat Iris terduduk di lantai dan ge
Aiden berjalan mondar-mandir di depan ruang operasi dengan perasaan gelisah. Telapak tangannya saling mengepal dengan erat. Sudah setengah jam sejak Iris di bawa ke dalam ruang operasi.Peter tetap bersama Aiden menunggu di depan ruang operasi. Dia tidak berani pergi tanpa perintah Aiden. Medki kakinya pegal karena berdiri terus selama hampir setengah jam, dia tidak berani duduk saat bosnya sedang gelisah dan mondar-mandirAiden tidak bisa tenang. Dia tidak peduli dengan pandangan orang-orang di sekitarnya. Hatinya penuh dengan cemasab pada istri dan bayi mereka yang belum cukup umur untuk di lahirkan.Dia menggertakkan gigi penuh kemarahan.Penyebab istrinya menjadi seperti ini karena Felicia! Pasti wanita itu! Dia berada di kamar mandi saat Iris terluka.“Peter!” Peter langsung menegakkan tubuhnya. “Ya, Presdir.”“Tangkap Felicia Hills sekarang. Aku ingin kamu ingin menangkapnya sebelum dia melarikan diri!”Mata Peter melebar mendengar perintah Aiden. Apa penyebab Nyonya dibawa ke
Mereka pun telah selesai makan malam bersama. Lily dan Candra melangkah menuju ke arah ruang tamu. Sementara itu Aurelio sudah terlelap di kamarnya. Candra sengaja menemani putra tunggal Hugo hingga ia terlelap agar dirinya bisa pergi meninggalkan Aurelio tanpa merasa terbebani oleh rasa bersalah, karena sang putra tak ingin melepaskannya. “Candra apakah kamu yakin tetap balik hotel malam ini? Sudah larut malam Candra, apa tidak sebaiknya besok pagi-pagi sekali kamu kembali ke hotel. Kurasa belum terlambat jika kamu memang akan kembali besok ke Italia.” Ucap Lily seraya melangkah di sisi Candra. “Sekali lagi aku minta maaf Bibi Lily. Aku harus kembali malam ini ke hotel, jika aku harus menginap malam ini di sini dan kembali pagi harinya ke hotel, rasanya aku tak punya banyak waktu untuk berberes-beres barang-barangku yang berada di hotel, karena besok pagi aku harus segera berangkat ke Italia.” Jelas Candra menanggapi tawaran dari nyonya Wallington. “Ya sudah. Jika memang demikian,
Lily mengerucutkan bibirnya melihat sikap dingin Hugo. Dia menatap Candra dan menepuk lengannya menenangkan.“Jangan berkecil hati. Hugo selalu seperti ini.”Candra mengangguk, dia tidak mengambil sikap dingin Hugo, apalagi setelah mendengar kata-kata Aurelio bahwa Hugo menyimpan foto dirinya.Lily menyruh pelayan menyiapkan camilan ringan dan menghabiskan waktu mengobrol bersama Candra dan bermain dengan Aurelio.Sepanjang hari itu Hugo tidak turun dan berada di ruang kerjanya. Entah dia sengaja untuk menghindari Candra atau pria itu memang seperti itu. Candra tidak terlalu memikirkannya. Dia menikmati bermain dengan Aurelio. Candra tampak bahagia ia menikmati kebersamaannya bersama Aurelio di rumah Hugo Wallington. Meskipun Hugo terlihat cuek tak mengacuhkannya, namun Candra tidak mempedulikannya.Ia justru semakin akrab dan dekat dengan putra tunggal CEO berwajah tampan tersebut.Lily menyukai Candra, setelah melihat ketika Candra begitu pintar mengambil hati cucunya. Ini peluang te
“Tidak kok nyonya. Aku tidak memikirkan apapun, dan aku baik-baik saja kok nyonya,” ucapnya kembali berbohong menutupi jika sesungguhnya pikirannya justru melayang ke arah Hugo berada.“Candra. Aku minta maaf, jika selama ini sikapku sudah sangat keterlaluan padamu. Aku sadar, seharusnya aku tak memperlakukanmu seperti itu, hingga akhirnya kamu pergi meninggalkan putraku Hugo. Aku berharap kamu bisa memaafkanku Candra, meskipun aku akui kesalahanku mungkin sudah terlalu besar terhadapmu.”Candra tak menyangka, jika nyonya Wallington bisa berkata demikian padanya. Mengakui kesalahannya dan meminta maaf atas kesalahan yang pernah ia lakukan terhadap Candra.Candra menyentuh tangan nyonya Wallington, seraya menganggukkan kepalanya pelan. Candra tersenyum begitu juga dengan nyonya Wallington.“Iya nyonya. Aku sudah memaafkanmu nyonya, jauh sebelum nyonya minta maaf padaku,” jawab Candra seketika membuat nyonya Wallington berbinar-binar wajahnya.“Sungguhkah? Kamu memaafkanku Candra..? Kam
"Ya, ibu bantu cari pengasuh yang lebih kompenten.”“Kamu tidak butuh pengasuh untuk Aurelio, tapi seorang ibu untuk anakmu,” ujar Lily melirik Hugo dengan hati-hati.“Ibu ....” Hugo menatap ibunya tidak suka topik itu di bahas lagi.“Kamu tidak berniat mencari ibu untuk Aurelio? Apa karena kamu tidak bisa melupakan Candra?”Hugo terdiam, pikirannya kembali memikirkan Candra. Wanita itu memperlakukan Aurelio dengan baik saat itu dan dia pula yang menemukan putranya.Hugo menggelengkan kepala mengusir bayangan gadis itu dan berpura-pura mengetik sesuatu di laptop. "Aku sibuk, tolong tinggalkan aku, Bu.”Lily mendesah pasrah dan meninggalkan Hugo untuk mengurus pekerjaannya.....Beberapa hari kemudian sejak pertemuannya dengan Paman Hugo, Candra masih tidak memiliki keberanian mencari pria itu.Gadis berparas manis itu, bolak-balik tak jelas dan gelisah di ruang tamu kamar hotelnya seolah-olah mengukur ruang luas di kamar hotel tempat ia menginap selama berada di kota tersebut. Pikira
Candra merasa sedih atas sikap Hugo Wallington bersikap dingin dan mengabaikannya. Dia meninggalkan taman hiburan dan kembali ke hotel tempat dia menginap. Candra gelisah terus memikirkan pertemuannya dengan Hugo. Dia berusaha menahan diri untuk tidak mencari tahu tentang pria itu selama lima tahun sejak dia meninggalkannya. Pada akhirnya dia tidak bisa menahan keinginannya dan menelepon seorang asisten yang mengurus semua keperluannya. Dia menyuruh asistennya mencari tahu tentang Hugo selama lima tahun ini. Setelah itu Candra menunggu informasi dari asistennya semalaman. Beberapa jam kemudian asistennya datang ke kamar hotelnya. “Bagaimana, Vivi?” Candra bertanya gelisah meraih tangan wanita itu. “Nona muda, Tuan Wallington tidak pernah menikah, tapi dia memiliki seorang anak yang sampai saat ini masih dia sembunyikan dari mata publik. Ibu dari anak itu, mantan pelacur Tuan Wallington meninggal saat melahirkan.” Mata Candra melebar, jantung berdegup kencang merasa senang karena
“Kamu tidak usah takut dengan kakak. Kakak tidak jahat kok, jadi adik kecil jangan menangis lagi ya. Tenang saja, Kakak akan bantuin kamu kok.” Candra terus mengajak anak kecil tersebut berbicara, meskipun ia tetap bungkam tak mau bicara sepatah kata pun.“Ayo sini..! Ikut dengan kakak. Kita cari keberadaan orang tua kamu ya,” ujar Candra mengulurkan tangannya pada anak kecil itu.Anak itu seolah mengerti dan menghapus air matanya. dia mengulurkan tangan kecilnya meraih tangan wanita di depannya.Candra tersenyum hangat meremas tangan kecilnya. Dia pun menggendong dan mengajaknya menuju ke arah ruangan bagian informasi. Candra berpikir jika anak tersebut adalah anak hilang, mungkin dengan bantuan bagian informasi dapat mempertemukan kembali anak kecil yang terpisah dari orang tuanya bisa berkumpul lagi dengan keluarganya.Anak kecil tersebut saat ini berada dalam gendongan Candra tidak menangis dan memeluk leher Candra saat dibawa masuk ke pusat informasi taman hiburan.Candra mendeka
Lima tahun kemudian.Langit biru cerah dan angin bertiup lembut. Taman hiburan tampak hidup dan meriah.Gadis itu memandang langit musim panas dan memejamkan mata menikmati sinar matahari bersinar cukup cerah.Dia cantik berada di usia muda 25 tahun, kecantikannya mekar dengan indah. Jejak naif dan polos seorang gadis memudar dengan kecantikan wanita dewasa. Dia menarik perhatian beberapa pria yang lewat.Candra memuka mata, memperlihat matanya yang cerah dan cemerlang, namun menyimpan jejak kesedihan.Lima tahun telah berlalu, kota ini tak begitu banyak perubahannya. Kerinduannya begitu besar terhadap kota ini, begitu banyak kenangan yang tak mudah dilupakan di sini. Candra telah kembali ke kota di mana dulu ia memiliki story dan kenangan yang begitu membekas untuk dirinya.Bagaimana kabarnya kamu paman Hugo?Pasti saat ini dia sudah bahagia menikah dengan perempuan itu.Candra mendesah. Tak ada gunanya lagi mengingat semuanya jika saat ini paman Hugo sudah menjadi milik perempua
Candra tidak menjawab, dia menatap bibir tipis Hugo sebelum menundukkan kepala mencium bibirnya. Ciumannya agak grogi dan gugup. Hugo merasa terkejut. Sudah lama sekali Candra tidak mengambil inisitif menciumnya. Tapi dia tidak membalas ciuman Candra dan menahan keinginannya untuk melumat bibirnya menggoda. Dia harus memberinya pelajaran hari ini. Merasa Hugo tidak membalas ciumannya membuat Candra agak cemas dan malu. Tapi Hugo tidak mendoronya. Candra agak berani memperdalam ciumannya, bibir menghisap bibir bawah pria itu dan menyapu lidahnya di sepanjang bibir Hugo. Hugo mengerang pelan dalam bibirnya, tangannya mencengkeram pinggang ramping gadis itu. Candra semakin berani menyelipkan lidahnya menggoda bibir Hugo, tanganya mengusap-ngusap dada pria itu dengan gerakan menggodanya. Pinggulnya mengosok pangkal paha Hugo, menggoda ‘junior’ pria itu. Napas Hugo semakin dalam, dia mengcengkeram pinggang gadis itu semakin erat. Salah satu tangannya meremas pantat Candra di balik cel
“Tidak,” balas Candra serak dan menundukkan kepala agar Hugo tidak melihat dia menangis.“Benarkah?” Hugo meraih dagu gadis agar mendongak menatapnya. Dia melihat mata Candra berkaca-kaca dan basah. “Kamu menangis? Mengapa kamu menangis?” tanyanya dengan kening berkerut.Candra menggelengkan kepala. “Tidak, aku hanya mengantuk kok.”Candra mengusap matanya dan berpura-pura menguap. “Aku tidak tidur nyenyak semalam dan bangun pagi-pagi sekali untuk membuat bubur.”Hugo menatapnya lekat-lekat seolah mencari kebohongan dari mata gadis itu.Candra menguap hingga air matanya keluar. “Aku mengantuk. Bangunkan aku jika makan malam sudah selesai ....” Lalu dia dengan hati-hati memeluk pinggang Hugo agar menekan luka di perutnya dan bersandar di dada Hugo. Matanya terpenjam, dalam hitungan beberapa menit, dia sudah tertidur.Hugo mengamati gadis yang tertidur itu dan mendesah memeluk kepalanya di dadanya. Dia mencium kepala Candra dan memejamkan mata mencoba untuk tidur.Satu jam kemudian, Hug