“Dimi, Daddy sudah bilang padamu. Mommy sedang bayi adik perempuanmu di perut, kamu jangan menabrak Mommy agar Mommy tidak kehilangan adik perempuanmu, paham?” kata Aiden tegas pada putranya.Mata Dimitri melebar merasa sudah membuat ayahnya marah. Dia mengangguk dengan ekspresi bersalah memandang Iris. “Maaf Mommy, aku tidak akan melakukannya lagi.”Iris tersenyum mengelus rambut Dimitri. “Tidak apa-apa sayang. Lain kali hati-hati.”Dimitri mengangguk dengan senyum lebar. “Iya Mommy.”Aiden mengacak rambutnya dengan senyum tipis membawa istri dan putra ke atas.......Pesta berjalan cukup lancar dan lama. rekan-rekan bisnis tidak mengizinkan Aiden pulang lebih awal dan mengajaknya minum di bar. Mereka bersenang-senang minum di bar yang disediakan di hotel setelah pesta berakhir. Aiden tidak bisa menolak karena dia membutuhkan koneksi mereka dan memberitahu Iris bahwa dia tidak akan pulang dan menginap di hotel.Merasa dirinya sudah cukup mabuk, Aiden berjalan ke kamar hotel yang su
“Maaf sudah membangunkan kamu. tidurlah lagi,” bisik Aiden mencium keningnya dan mendorong Iris untuk kembali berbaring dengan lembut.Tapi Iris tidak bisa tidur setelah bangun. dia mencium bau alkohol dari tubuh Aiden.“Kamu mabuk? Bukankah kamu bilang tidak akan pulang malam ini?” tanya Iris ingin tahu.“Tidak ada tempat senyaman rumah. aku ingin tidur di kamarku dan memeluk istriku.” Aiden menguap dengan manja menggosok kepalanya di pundak Iris dan menghirup aroma tubuh wanita itu penuh kerinduan.Iris merasa hangat dalam hatinya. “Jangan tidur dulu, aku akan siapkan air hangat agar kamu mandi.”“Tidak usah. Aku bisa melakukannya sendiri. Kamu kembalilah tidur,” kata Aiden melepaskan tuxedo pesta di tubuhnya sebelum melemparkan jas itu ke kursi terdekat dan terhuyung berjalan ke kamar mandi.Iris menggelengkan kepalanya dan turun dari tempat tidur. dia mengambil tuxedo Aiden untuk diletakkan di keranjang. Dia tiba-tiba berhenti ketikan mencium arom parfum wanita yang tampak asing
Iris cemberut ingin membantah tapi Aiden menggelengkan kepalanya.“Pikirkan anak kita,” ujar mengelus perut Iris yang kini sudah berusia tujuh bulan. Jenis kelamin ada itu akhirnya seorang gadis kecil yang diidamkan Aiden. dia tidak Iris kelelahan sampai dia melahirkan dengan aman.“Dokter sudah mengatakan kamu tidak boleh kelelahan atau melakukan aktivitas berat, kamu mengerti?”Iris mengangguk dengan cemberut sedih. Aiden menarik kepala Iris ke dadanya dan mengelus rambutnya dengan lembut. “Tapi kamu boleh mengawasi pengaturan perayaan.”Iris tersenyum sumringah dan mencium bibir Aiden dengan sayang. “Oke, aku mengerti sayang. Terima kasih sudah menjaga dan perhatian padaku meski penampilan aku menjadi jelek.”Aiden menyentil keningnya. “Apa yang kamu bicarakan. Kamu adalah istriku dan sudah melahirkan dua anak untukku, belum lagi bayi di perutmu. Aku harus memberikan perhatian penuh tapi itu tidak akan cukup untuk semua pengorbananmu melahirkan anak-anakku.”Iris tersenyum lembut
“Anak-anak akan tumbuh dewasa dan meninggalkan rumah ketika sudah waktunya. Tapi aku berbeda, aku akan menemanimu seumur hidup dan menjalani tahun-tahun yang berganti.”Iris tersenyum memeluk tubuhnya. “Oh, kamu puitis sekali. Dari mana kamu belajar kata-kata ini?”Aiden terkekeh dan berbisik, “Rahasia.”.....Tiba saatnya perayaan ulang tahun pernikahan Aiden dan Iris, banyak tamu yang datang di rumah mereka.Alih-alih hotel, pesta perayaan mereka di adakan di rumah yang dibangun Aiden untuknya. Ruang tamu itu cukup luas untuk menampung para tamu. Aiden dan Iris mengirim undangan lebih banyak pada orang-orang terdekat mereka agar tidak ada yang bergunjing tentang fisik Iris.Iris mengenakan pakaian merah muda cantik yang dipesan Aiden secara khusus. Gaun itu menonjolkan tubuh Iris yang membesar dan perut hamil. tidak ada yang berani menggunjingan pasangan itu maupun Iris.Iris dirias dengan sangat cantik malam itu dan mendapat banyak pujian dari orang lain. Iris dan Aiden saling ber
Ekspresi kejam di wajah Felicia menghilang melihat genangan darah di atas lantai kamar mandi.Dia berjalan mundur menghindari genangan darah yang menyebar di lantai kamar mandi dengan wajah pucat.Meski dia membenci Iris dan berharap bisa membunuhnya, dia tidak bisa melakukannya di sini, saat semua orang hadir.“Tolong ….” Iris memandang memohon mengulurkan tangannya yang berdarah dengan lemah.Wajah wanita itu pucat pasi seolah darah menghilang dari wajahnya.Felicia menatap darah di tangannya dengan jijik dan berjalan melewati Iris dengan cepat sebelum dia ketahuan.“Iris!” Pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka dan sosok Aiden muncul di ambang pintu.Felicia langsung pucat pasi berhadapan dengan Aiden.“A-Aiden ….”Aiden mengeryit menatao Felicia dengan ekspresi serius.“Mengapa kamu ada di sini? Aku mendengar teriakan Iris di sini. Apa yang ka—“ Aiden tidak menyelesaikan kalimatnya ketika pandangannya tertuju ke belakang Felicia, matanya melebar melihat Iris terduduk di lantai dan ge
Aiden berjalan mondar-mandir di depan ruang operasi dengan perasaan gelisah. Telapak tangannya saling mengepal dengan erat. Sudah setengah jam sejak Iris di bawa ke dalam ruang operasi.Peter tetap bersama Aiden menunggu di depan ruang operasi. Dia tidak berani pergi tanpa perintah Aiden. Medki kakinya pegal karena berdiri terus selama hampir setengah jam, dia tidak berani duduk saat bosnya sedang gelisah dan mondar-mandirAiden tidak bisa tenang. Dia tidak peduli dengan pandangan orang-orang di sekitarnya. Hatinya penuh dengan cemasab pada istri dan bayi mereka yang belum cukup umur untuk di lahirkan.Dia menggertakkan gigi penuh kemarahan.Penyebab istrinya menjadi seperti ini karena Felicia! Pasti wanita itu! Dia berada di kamar mandi saat Iris terluka.“Peter!” Peter langsung menegakkan tubuhnya. “Ya, Presdir.”“Tangkap Felicia Hills sekarang. Aku ingin kamu ingin menangkapnya sebelum dia melarikan diri!”Mata Peter melebar mendengar perintah Aiden. Apa penyebab Nyonya dibawa ke
Felicia tidak tahu mana yang dia keluarkan. Begitu dia terbangun dari pengaruh obat bius, matanya tertutup, tertahan di sebuah kursi. Orang-orang itu juga meninggalkannya sendiri.Felicia gelisah. Dia tidak tahu waktu dan tidak bisa melakukan apa pun dalam posisi terikat. Segala sesuatu di sekitarnya sangat gelap. Dia benci tidak melihat apa pun. Dia lapar dan ingin ke kamar mandi.“Sial!” Felicia menggedor-gedor kursi yang diduduki dengan frustrasi. Dia yang selalu merencakan untuk mencelakai atau menyekap orang lain, mengapa harus berpasangan untuk merasakan semua ini?!“Aiden sialan!” Dia berteriak marah dan mengumpat dengan suara keras.Namun tidak menanggapinya. Di sekitarnya sangat sunyi seolah-olah dia ditinggalkan sendirian di sini. Perasaan takut dan cemas mencengkeram hatinya. Felicia tidak ingin berada dalam posisi tak berdaya seperti ini.Entah sudah berapa lama waktu berlalu tiba-tiba terdengar pintu terbuka dan suara langkah kaki mendekat ke arahnya.Felicia langsung me
Kelopak mata wanita itu mengerjap-ngerjap sebelum akhirnya terbuka. Tangannya terangkat menghalau silau cahaya matahari dari jendela yang terbuka.“Ugh ....” Iris mengerang mengusap kelopak matanya. Matanya menyipit menatap ke sekelilingnya.Bau obat-obat sangat menyengat indera penciumannya. Cat dinding putih memenuhi kamar memberitahu wanita itu dia sedang berada di sebuah kamar rumah sakit.“Sayang, apa kamu mendengarkan aku?”Iris menoleh ke samping dan menatap langsung wajah tampan Aiden yang kusut, duduk di sebelah ranjangnya. Ekspresi pria itu terlihat cemas dan lega.Iris mengangkat tangannya ingin menyentuh wajah Aiden yang telah tumbuh jenggot dalam semalam, tapi tiba-tiba berhenti. Dia dengan cepat menunduk menatap ke bawah tubuhnya. Tidak ada tonjolan bulat di perutnya yang selalu dia rasakan selama tujuh bulan ini.“Bayiku ... bayiku di mana?!” Iris bangun dengan cepat dan menyentuh perutnya. Gerakan tiba-tibanya menyebabkan rasa sakit tajam di perutnya. Tapi Iris tid