Kelopak mata wanita itu mengerjap-ngerjap sebelum akhirnya terbuka. Tangannya terangkat menghalau silau cahaya matahari dari jendela yang terbuka.“Ugh ....” Iris mengerang mengusap kelopak matanya. Matanya menyipit menatap ke sekelilingnya.Bau obat-obat sangat menyengat indera penciumannya. Cat dinding putih memenuhi kamar memberitahu wanita itu dia sedang berada di sebuah kamar rumah sakit.“Sayang, apa kamu mendengarkan aku?”Iris menoleh ke samping dan menatap langsung wajah tampan Aiden yang kusut, duduk di sebelah ranjangnya. Ekspresi pria itu terlihat cemas dan lega.Iris mengangkat tangannya ingin menyentuh wajah Aiden yang telah tumbuh jenggot dalam semalam, tapi tiba-tiba berhenti. Dia dengan cepat menunduk menatap ke bawah tubuhnya. Tidak ada tonjolan bulat di perutnya yang selalu dia rasakan selama tujuh bulan ini.“Bayiku ... bayiku di mana?!” Iris bangun dengan cepat dan menyentuh perutnya. Gerakan tiba-tibanya menyebabkan rasa sakit tajam di perutnya. Tapi Iris tid
“Tidak apa-apa, aku mengeceknya tadi pagi dan mengantar Dimitri ke sekolah,” ujar Aiden menenangkannya.Iris menghembuskan napas lega. “Aku hanya khawatir, kita terlalu mengabaikannya karena mengurus diriku dan bayi perempuan kita.”Aiden menunduk menatapnya dan mencium pucuk kepala Iris. “Jangan khawatir, sayang. Putra kita sudah besar. Dia pasti akan mengerti. Pasti tidak sabar melihat adik perempuannya.”Iris terdiam sesaat. “Apa kamu sudah memikirkan nama untuk bayi kita?” Dia menoleh ke belakang dengan pandangan penuh harap.Aiden terlihat berpikir. “Aku sudah memikirkan nama. Tapi aku ingin mendengar nama yang kamu beri. Bagaimana pun kamu yang mengandung bayi perempuan kita.” Dia menunduk menatap wajah Iris dengan senyum lembut.Iris balas tersenyum lembut. “Aku ingin mendengar nama yang kamu berikan.”“Kamu yakin?”Iris mengangguk antusias.“Bagaimana dengan nama Nessie Ridley?”“Nessie?” Iris berkedip mendengar nama itu. “Nama itu terdengar lembut dan manis.” Dia berbal
Satu bulan kemudian, Nessie akhirnya bisa dibawa keluar dari rumah sakit. Tubuh bayi Nessie akhirnya tumbuh normal dan dia menjadi bayi cantik dan imut kesayangan Aiden. Aiden pulang lebih awal dari kantor dan langsung menuju ke lantai dua. Begitu dia membuka pintu kamar tidurnya dengan Iris, dia langsung mendengar suara tangisan bayi kecilnya. Kamar tidur dipenuhi aroma susu dan bedak bayi. Di atas tempat tidur, terlihat Iris yang sedang menenangkan Nessie. Dimitri duduk di sebelahnya ikut menemani adiknya yang menangis. “Mengapa Nessie menangis?” Aiden berkata dengan lembut melepaskan kemeja dan dasinya. Sebelumnya dua masuk ke kamar mandi dan mencuci tangan sebelum mendekati tempat tidur.“Putrimu sangat bandel. Dia tidak mau kususui atau minum susu,” Iris langsung mengeluhkan putri kecilnya mengeluh. “Sini biar aku yang urus,” Aiden meraih Nessie yang masih terus menangis dan mengambil botol susu dari tangan Iris. Ajaib bayi kecil itu langsung berhenti menangis begitu dia mel
Aula itu tampak penuh ramai dengan tamu dari berbagai kalangan. Pesta pendirian WLT Group di adakan dengan besar di salah satu hotel yang didirikan oleh keluarga Wallington.Hugo terlihat bosan dan menyendiri menyesap gelas sampanyenya meski di kelilingi oleh rekan-rekan bisnisnya yang tak henti-hentinya datang menyapa dan mengobro. Hugo benar-benar tidak peduli dengan pesta ini. Dia merasa jenuh dan ingin menjauh, tapi sebagai CEO dari WLT Group dia tidak boleh meninggalkan pesta. Pandangan Hugo tiba-tiba berhenti pada sosok gadis muda berambut cokelat yang tengah memilah-milah makanan di meja prasmanan, tampak sangat tidak peduli dengan etiket atau perhatian para tuan Muda yang tertuju padanya.Gadis itu seolah merasakan pandangan Hugo dan berbalik sambil melambai dengan pipi penuh.Hugo tersenyum tipis mengangkat gelas sampanye di tangannya.Candra Claus, gadis kecil yang dia sponsori kini telah tumbuh menjadi gadis cantik yang dilirik oleh para tuan muda di pesta. Hugo mempertimba
Marcus menatapnya dengan mata menyipit. “Setelah acara ini, pulanglah. Kakak akan mengantarmu ke bandara besok. Jangan meninggalkan kuliahmu lebih lama ataupun mengecewakan Tuan Hugo.”Candra menatapnya cemberut. “Kakak menyebalkan sekali.” Dia mengambil gelas sampanye dari pelayan yang lewat.“Jangan minum, kamu belum cukup umur.” Marcus merebut sampanye dari tangan Candra.Candra mengerang kesal. “Ayolah, aku sudah berumur 19 tahun bukan anak di bawah umur.”“Tetap tidak boleh. Kamu tidak diizinkan minum alkohol sampai usia 21 tahun.”“Membosan,” balas Candra memutar matanya, tapi tidak berani melawan kakak laki-lakinya dan memandang ke arah Hugo.Kedua kakak-beradik itu saling bergantung satu sama lain meski mereka selalu tidak akur. Candra ingat ketika dia masih berusia 12 tahun, ibu mereka meninggal karena menderita kekerasan dari ayahnya. Ayah mereka pecandu judi hendak menjualnya untuk membayar hutang. Marcus membawanya kabur dari rumah dan hidup terluntang-luntang di jalanan s
Dia meletakkan gelas wine yang sudah kosong pada pelayan yang lewat dan menepuk pundak Hugo dengan gerakan sok akrab sebelum berbisik dengan suara rendah. “Berhenti memata-matai keluarga kecilku, Hugo Wallington. Kamu sangat menyedihkan.” Dia kemudian menjauh dengan senyum yang sama di wajahnya.“Selamat tinggal, aku tidak bisa meninggalkan istriku lebih lama. kamu tahu, kami memiliki bayi gadis kecil untuk diurus.” Dengan tawa kecil dia berbalik meninggalkan Hugo yang membantu.Cengkeraman Hugo di gelas mengetat hingga dia bisa menghancurkannya.Seorang wanita paruh baya mendekati Hugo dengan cepat. Dia berpapasan dengan Aiden.“Ah kamu ....” Dia tidak mengenal wajah Aiden dan tidak merasa pernah mengundangnya.“Halo Bibi selamat malam. Aku suami Iris, Aiden Ridley.” Aiden berhenti untuk memperkenalkan dirinya di depan Lily.Lily menatapnya terkejut, kemudian menatapnya dengan ekspresi tidak nyaman dan melirik putranya di belakang.“Aiden Ridley? Aku pernah mendengar tentangmu dari I
Hugo menggelengkan kepalanya mulai merasa pusing. Tubuhnya mendadak demam.“Ada apa Tuan Hugo? Apa kamu merasa tidak nyaman?” seorang wanita cantik di depannya bertanya dengan penuh perhatian meraih lengan Hugo.Hugo menegang merasakan sentuhan wanita itu. Suhu tubuhnya tiba-tiba naik, dia merasa panas dan tegang. Sentuhan wanita itu dan aroma tubuhnya membuatnya tiba-tiba terangsang.Hugo mencengkeram kepalanya, menatap wanita di depannya dengan tatapan berat. Liera Walton, sosialita cantik dan Nona Muda dari keluarga Walton yang cukup bergengsi. Dia ingat Tuan Muda Walton menyebutkan tentang perjodohannya dengan Liera Walton. Hugo tidak bisa menahan rutukan.Dia melirik gelas wine kosong di tangannya dan sosok ibunya dikejauhan sambil menggertakkan gigi.Lily melambai padanya dengan senyum riang.Hugo menggeram marah. Bisa-bisanya dia dibius oleh ibunya sendiri, tepat di pesta yang penuh tamu bergengsi.“Tuan Hugo, apa kamu baik-baik saja?” Liera menyentuh bisep Hugo di balik tuxedo
“Candra!” Marcus menatapnya terkejut sebelum kemudian berubah marah. “Apa yang kamu lakukan di sini.”Candra balik menatapnya marah. “Apa ini pekerjaanmu selama ini, mengatur pelacur untuk Paman Hugo?!”Mata Marcus melebar mendengar tuduhan adiknya. “Kamu menguping?” desisnya.Candra menatap kakaknya dengan ekspresi terluka. “Jadi selama ini gosip yang sering dibicarakan pelayan itu benar? Beberapa bulan ini kamu yang mengatur semua pertemuan Paman Hugo dengan para pelacur itu dan menjadi orang yang mengurus semua wanita simpanannya?”Candra sering mendengar gosip para pelayan di kediaman Hugo, bahwa paman Hugo telah berubah dratis sejak Iris Wallington pergi. Dia lebih sering bertemu dengan para pelacur itu dan bahkan membawa wanita yang berbeda ke rumah. Hugo bahkan menyediakan rumah untuk wanita simpanan yang menjadi favorit-nya.Candra tidak ingin mempercayai gosip itu. Baginya paman Hugo-nya adalah pria sempurna yang menjadi idolanya selama bertahun-tahun. Tapi mendengar sendiri