Hugo menggelengkan kepalanya mulai merasa pusing. Tubuhnya mendadak demam.“Ada apa Tuan Hugo? Apa kamu merasa tidak nyaman?” seorang wanita cantik di depannya bertanya dengan penuh perhatian meraih lengan Hugo.Hugo menegang merasakan sentuhan wanita itu. Suhu tubuhnya tiba-tiba naik, dia merasa panas dan tegang. Sentuhan wanita itu dan aroma tubuhnya membuatnya tiba-tiba terangsang.Hugo mencengkeram kepalanya, menatap wanita di depannya dengan tatapan berat. Liera Walton, sosialita cantik dan Nona Muda dari keluarga Walton yang cukup bergengsi. Dia ingat Tuan Muda Walton menyebutkan tentang perjodohannya dengan Liera Walton. Hugo tidak bisa menahan rutukan.Dia melirik gelas wine kosong di tangannya dan sosok ibunya dikejauhan sambil menggertakkan gigi.Lily melambai padanya dengan senyum riang.Hugo menggeram marah. Bisa-bisanya dia dibius oleh ibunya sendiri, tepat di pesta yang penuh tamu bergengsi.“Tuan Hugo, apa kamu baik-baik saja?” Liera menyentuh bisep Hugo di balik tuxedo
“Candra!” Marcus menatapnya terkejut sebelum kemudian berubah marah. “Apa yang kamu lakukan di sini.”Candra balik menatapnya marah. “Apa ini pekerjaanmu selama ini, mengatur pelacur untuk Paman Hugo?!”Mata Marcus melebar mendengar tuduhan adiknya. “Kamu menguping?” desisnya.Candra menatap kakaknya dengan ekspresi terluka. “Jadi selama ini gosip yang sering dibicarakan pelayan itu benar? Beberapa bulan ini kamu yang mengatur semua pertemuan Paman Hugo dengan para pelacur itu dan menjadi orang yang mengurus semua wanita simpanannya?”Candra sering mendengar gosip para pelayan di kediaman Hugo, bahwa paman Hugo telah berubah dratis sejak Iris Wallington pergi. Dia lebih sering bertemu dengan para pelacur itu dan bahkan membawa wanita yang berbeda ke rumah. Hugo bahkan menyediakan rumah untuk wanita simpanan yang menjadi favorit-nya.Candra tidak ingin mempercayai gosip itu. Baginya paman Hugo-nya adalah pria sempurna yang menjadi idolanya selama bertahun-tahun. Tapi mendengar sendiri
Candra sedikit meringis akibat cengkeraman Hugo di bahunya. Dia merasa ada yang aneh dengan pria di depannya. Napas Hugo terdengar terengah-engah, telapak tangan pria yang lebih tua itu terasa panas di pundaknya. Mata Hugo menatapnya dengan intensitas yang membuatnya tersipu.Candra menggelengkan kepalanya mengusir pikiran itu.“A-aku ... aku mendengar Paman berbicara di telepon dengan Kakak. Kupikir Paman sakit, jadi ... jadi aku datang untuk memeriksa paman,” ujar Candra tergagap.Hugo memejamkan matanya kala aroma lembut gadis itu menerpa hidungnya dan kulit bahu mungil Candra terasa lembut di telapak tangannya, membuat Hugo ingin memeluk gadis itu dan menciumnya dengan keras.Gairah berdenyut di tubuhnya, Hugo menjadi keras di bawah tubuhnya hanya dengan mencium aroma lembut dan manis gadis itu.Hugo menggeram melepaskan cengkeramannya di bahu mungil Candra dengan cepat dan menjauh seolah dia takut terinfeksi. Pikirannya mulai kabur oleh obat dan alkohol, keinginan untuk meniduri
Candra memandang kosong langit-langit kamar dengan napas terengah-engah. Seluruh badannya lemas hingga dia bahkan tidak bisa menggerakkan jari-jarinya. Dia tidak menyangka seks akan begitu luar biasa seperti ini.Sisi ranjang sebelahnya bergerak dan dia melirik sosok pria dewasa yang turun dari tempat tidur tanpa menatap ke arahnya.Candra tersipu memandang tubuh kokoh dan berotot Hugo yang tidak mengenakan apa-apa. Beberapa cakaran kuku terlihat di punggungnya.Candra menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya dan berkata dengan malu-malu, “Paman Hugo, apa kita—““Lupakan apa yang terjadi malam ini,” potong Hugo mengambil handuk yang tergelatak di lantai dan melilit handuk itu di pinggangnya tanpa menatap Candra.Candra membeku sesaat dan duduk di tempat tidur, memandang punggung Hugo. “Paman Hugo, apa maksudmu?”“Apa yang terjadi malam ini hanya kecelakaan. Aku meningkatkan uang sakumu di rekeningmu dan lupakan apa yang teriadi malam ini. Besok kamu akan berangkat ke London, kan
Candra langsung mendongak mendengar kata-kata Hugo. Wajahnya memerah dan sekaligus sedih. Obat kontresepsi? Tentu saja dia mengerti Hugo tidak akan membiarkannya hamil. Begitu Hugo mengakhiri teleponnya, dia berkata pada gadis itu. “Andrew akan datang membawamu baju ganti dan pil kb.” Setelah mengatakan itu dia berbalik masuk ke kamar mandi tanpa menatap Canra. Candra mengepalkan tangannya dengan penuh kesedihan tapi tidak bisa membantah Hugo. Dia mengenakan kembali gaunnya yang sudah robek bagian depannya. Dia tidak peduli dan mengenakan kembali gaun itu dan tuxedo Hugo yang tergeletak ke lantai. Dia hendak pergi ketika mendengar suara bel kamar hotel di pintu. Candra hendak membuka pintu kamar hotel ketika suara Hugo terdengar di belakangnya. “Berhenti, Candra.” Candra berbalik melihat Hugo mengenakan jubah hotel di pintu kamar mandi. Dia mendekatinya dengan cepat dan menariknya menjauh dari pintu kamar hotel. “Pergilah ke kamar mandi. Jangan sampai ada yang melihatmu di si
Hugo pulang ke kediamannya dengan suasana hati yang buruk. Dia tidak bisa tidur semalam karena memikirkan apa yang sudah dia perbuat pada Candra.Hugo berhenti melihat ibunya berada di ruang tamu. Suasana hatinya menjadi semakin jelek mengingat ibunya membius minumannya semalam. Hugo tidak ingin bertengkar dengan ibunya. Dia hendak berbalik untuk pergi ketika Lily memanggilnya di belakang.“Hugo, kamu mau ke mana?!”Hugo menghembuskan napas dan berbalik menghampiri ibunya di ruang tamu dengan ekspresi datar.“Ibu, apa yang membuatmu ke sini,” desahnya duduk di sofa seberang Lily.Lily menyilangkan tangannya di depan dada menatap putranya tajam.“Dengan siapa kamu semalam?”“Mengapa ibu ingin tahu?” balas Hugo datar.“Liera menghubungiku semalam karena kamu menghilang begitu saja. Kamu seharusnya bersama Lier—““Ibu,” potong Hugo menatapnya dingin. “Apa kamu yang membius minumanku semalam? Kamu ingin membuatku tidur dengan wanita itu?”Lily membalasnya dengan tegas. “Benar, kamu terus
“Lalu kenapa dia memindahkan kamu dari kampus London ke sini? Aku akan bertanya sekali lagi apa kamu melakukan sesuatu yang membuat Tuan Hugo marah? Semua beasiswamu sudah dicabut oleh Tuan Hugo!”Marcus masih marah karena Candra tiba-tiba memberitahunya dia pindah kampus ke Universitas di Negara S setelah sebulan menyembunyikan masalah ini darinya.Dia terlalu sibuk menemani Hugo melakukan perjalan bisnis keluar negeri hingga dia tidak menyadari bahwa adiknya tidak kembali ke London. Dia mendadak mendapat pemberitahuan adik perempuannya pindah kampus kemarin malam ketika dia pulang dari perjalanan bisnis.Candra memutar matanya dan menggerutu. “Aku tidak membuat marah Paman Hugo. Aku sendiri yang minta untuk dipindahkan ke Universitas B. Harus berapa kali aku bilang sih.”“Mengapa kamu harus pindah dari kampus Oxford? Candra, aku tidak mau kamu membuang kesempatan belajar di luar negeri dengan sia-sia. Ini demi masa depan kamu.”"Kakak, berhenti mengomeliku.” Candra bersandar di sand
“Mengapa kamu tidak tahu? Kamu kan yang lebih sering bersama Paman Hugo!” balas Candra tidak sabar. “Jika kamu ingin tahu, tanya sendiri pada Tuan Hugo.” Candra menatapnya cemberut. Andai dia bisa, dia akan langsung bertanya pada Paman Hugo. Namun belakangan ini dia tidak bisa menghubungi Paman Hugo. Panggilannya selalu tidak dijawab. Bahkan jika datang berkunjung ke kediaman Hugo, pelayan selalu mengatakan Hugo sibuk dan tidak bisa diganggu. Dia merasa Hugo menghindarinya sejak kejadian malam itu sebulan yang lalu. Marcus menyentil dahi Candra. “Aku mendengar kamu sering datang ke kediaman Tuan Hugo. Kamu harus berhenti mengganggu Tuan Hugo. Meski Tuan Hugo baik dan dekat denganmu, kamu harus menyadari posisimu bukan anggota keluarga Wallington, mengerti?” Candra memelototi Marcus kesal, tiba-tiba sangat membenci kakaknya yang terus mengingatkan posisinya. “Kakak harus mencegah wanita itu mendekati Paman Hugo,” serunya. “Mengapa aku harus melakukannya?” Marcus menatapnya deng