Sejak kembali dari negara S, Iris tidak lagi bekerja. Aiden menyuruhnya beristirahat sejenak untuk merawat kandungannya.Iris sama sekali tidak keberatan karena dia menjadi memiliki banyak waktu untuk bersama putranya dan merawat kandungannya tanpa tertekan dengan pekerjaan.Bahkan jika Iris tidak bekerja, dia memiliki banyak warisan yang ditinggalkan Lilian dan saham yang dia miliki di WLT Group tidak pernah berubah. Dia tidak sepenuhnya bergantung dinafkahi Aiden.Saat itu hampir jam 11.30 Iris hendak menjemput Dimitri. Tapi dia berhenti sejenak di perusahaan RDY Group untuk mengantar makan siang pada suaminya.Dia mencoba menelepon Aiden, tapi tidak diangkat. Iris memutuskan untuk datang sendiri ke kantor Aiden.“Anda siapa? Siapa yang mengizinkan kamu masuk ke ruang Presdir.” Peter berdiri melihat seorang wanita yang tampak asing masuk ke kantor Aiden.Iris menatapnya datar. “Kamu tidak mengenaliku?” Mendengar suara Iris, mata Peter melebar terkejut.“Nyonya, apa kabar?” Peter bu
“Sayang, aku dengar ada di sini hari ini.”Iris mendongak melihat Aiden berjalan menghampirinya sambil melepas jas kerja.“Ya, aku datang mengantar makan siang, sekalian makan siang bersamamu.”“Ah, kebetulan aku sangat lapar sekali.” Aiden terlihat senang dengan kunjungan Iris meski dia merasa lelah usai rapat dengan dewan direksi.Aiden membungkuk mencium kening Iris sebelum duduk di sebelahnya.“Apa yang kamu bawa hari ini?” Dia melibat lengan kemejanya dan membantu Iris mengeluarkan kotak bento dari dalam tas.“Omelet kesukaanmu dan sup ayam.”“Aku lapar sekali sayang, terima kasih.” Aiden menghargai usaha istrinya dan meraih dagunya sebelum mengecup bibirnya dengan penuh kasih sayang.Iris menatapnya cukup lama setelah Aiden melepaskan ciumannya.“Ada apa?” tanya Aiden melihat Iris menatapnya cukup lama.“Apa kamu tidak jijik?”“Jijik? Jijik kenapa?” Iris cemberut menunjuk wajahnya. “Aku menjadi dekil dan hidungku mengembang,” ujarnya dengan ekspresi sedih.Aiden tertawa mendeng
Aiden pulang dari awal sore itu. dia melihat istrinya duduk di ruang tamu sambil membaca sebuah makalah di sofa. hatinya menghangat dan rasa lelah yang dia rasakan seolah lenyap sang istri di ruang tamu seperti menunggunya.Aiden melonggarkan dasinya dan melepaskan jas kerjanya sambil berjalan mendekati Iris. Wanita itu tampak sedang fokus membaca makalah hingga tidak mendongak ketika Aiden mendekatinya.“Apa yang kamu baca,” bisiknya duduk di sebelah Iris sambil mencium keningnya.Iris tersentak kaget, makalah di tangannya terlempar jatuh dari tangannya.“Maaf, aku tidak bermaksud mengagetkan kamu,” kata Aiden melihat Iris sangat kaget. Dia menunduk meraih makalah yang jatuh di lantai.“Jangan dilihat!” seru Iris terlihat panik dan buru-buru meraih makalah itu dari tangan Aiden.Aiden mengangkat alis dengan ingin tahu melihat reaksinya dan menjauhkan makalah itu dari Iris.“Apa yang kamu baca hingga begitu panik?” Dia menjaukan makalah itu dari jangkauan Iris dan membaca isinya.“K
“Dimi, Daddy sudah bilang padamu. Mommy sedang bayi adik perempuanmu di perut, kamu jangan menabrak Mommy agar Mommy tidak kehilangan adik perempuanmu, paham?” kata Aiden tegas pada putranya.Mata Dimitri melebar merasa sudah membuat ayahnya marah. Dia mengangguk dengan ekspresi bersalah memandang Iris. “Maaf Mommy, aku tidak akan melakukannya lagi.”Iris tersenyum mengelus rambut Dimitri. “Tidak apa-apa sayang. Lain kali hati-hati.”Dimitri mengangguk dengan senyum lebar. “Iya Mommy.”Aiden mengacak rambutnya dengan senyum tipis membawa istri dan putra ke atas.......Pesta berjalan cukup lancar dan lama. rekan-rekan bisnis tidak mengizinkan Aiden pulang lebih awal dan mengajaknya minum di bar. Mereka bersenang-senang minum di bar yang disediakan di hotel setelah pesta berakhir. Aiden tidak bisa menolak karena dia membutuhkan koneksi mereka dan memberitahu Iris bahwa dia tidak akan pulang dan menginap di hotel.Merasa dirinya sudah cukup mabuk, Aiden berjalan ke kamar hotel yang su
“Maaf sudah membangunkan kamu. tidurlah lagi,” bisik Aiden mencium keningnya dan mendorong Iris untuk kembali berbaring dengan lembut.Tapi Iris tidak bisa tidur setelah bangun. dia mencium bau alkohol dari tubuh Aiden.“Kamu mabuk? Bukankah kamu bilang tidak akan pulang malam ini?” tanya Iris ingin tahu.“Tidak ada tempat senyaman rumah. aku ingin tidur di kamarku dan memeluk istriku.” Aiden menguap dengan manja menggosok kepalanya di pundak Iris dan menghirup aroma tubuh wanita itu penuh kerinduan.Iris merasa hangat dalam hatinya. “Jangan tidur dulu, aku akan siapkan air hangat agar kamu mandi.”“Tidak usah. Aku bisa melakukannya sendiri. Kamu kembalilah tidur,” kata Aiden melepaskan tuxedo pesta di tubuhnya sebelum melemparkan jas itu ke kursi terdekat dan terhuyung berjalan ke kamar mandi.Iris menggelengkan kepalanya dan turun dari tempat tidur. dia mengambil tuxedo Aiden untuk diletakkan di keranjang. Dia tiba-tiba berhenti ketikan mencium arom parfum wanita yang tampak asing
Iris cemberut ingin membantah tapi Aiden menggelengkan kepalanya.“Pikirkan anak kita,” ujar mengelus perut Iris yang kini sudah berusia tujuh bulan. Jenis kelamin ada itu akhirnya seorang gadis kecil yang diidamkan Aiden. dia tidak Iris kelelahan sampai dia melahirkan dengan aman.“Dokter sudah mengatakan kamu tidak boleh kelelahan atau melakukan aktivitas berat, kamu mengerti?”Iris mengangguk dengan cemberut sedih. Aiden menarik kepala Iris ke dadanya dan mengelus rambutnya dengan lembut. “Tapi kamu boleh mengawasi pengaturan perayaan.”Iris tersenyum sumringah dan mencium bibir Aiden dengan sayang. “Oke, aku mengerti sayang. Terima kasih sudah menjaga dan perhatian padaku meski penampilan aku menjadi jelek.”Aiden menyentil keningnya. “Apa yang kamu bicarakan. Kamu adalah istriku dan sudah melahirkan dua anak untukku, belum lagi bayi di perutmu. Aku harus memberikan perhatian penuh tapi itu tidak akan cukup untuk semua pengorbananmu melahirkan anak-anakku.”Iris tersenyum lembut
“Anak-anak akan tumbuh dewasa dan meninggalkan rumah ketika sudah waktunya. Tapi aku berbeda, aku akan menemanimu seumur hidup dan menjalani tahun-tahun yang berganti.”Iris tersenyum memeluk tubuhnya. “Oh, kamu puitis sekali. Dari mana kamu belajar kata-kata ini?”Aiden terkekeh dan berbisik, “Rahasia.”.....Tiba saatnya perayaan ulang tahun pernikahan Aiden dan Iris, banyak tamu yang datang di rumah mereka.Alih-alih hotel, pesta perayaan mereka di adakan di rumah yang dibangun Aiden untuknya. Ruang tamu itu cukup luas untuk menampung para tamu. Aiden dan Iris mengirim undangan lebih banyak pada orang-orang terdekat mereka agar tidak ada yang bergunjing tentang fisik Iris.Iris mengenakan pakaian merah muda cantik yang dipesan Aiden secara khusus. Gaun itu menonjolkan tubuh Iris yang membesar dan perut hamil. tidak ada yang berani menggunjingan pasangan itu maupun Iris.Iris dirias dengan sangat cantik malam itu dan mendapat banyak pujian dari orang lain. Iris dan Aiden saling ber
Ekspresi kejam di wajah Felicia menghilang melihat genangan darah di atas lantai kamar mandi.Dia berjalan mundur menghindari genangan darah yang menyebar di lantai kamar mandi dengan wajah pucat.Meski dia membenci Iris dan berharap bisa membunuhnya, dia tidak bisa melakukannya di sini, saat semua orang hadir.“Tolong ….” Iris memandang memohon mengulurkan tangannya yang berdarah dengan lemah.Wajah wanita itu pucat pasi seolah darah menghilang dari wajahnya.Felicia menatap darah di tangannya dengan jijik dan berjalan melewati Iris dengan cepat sebelum dia ketahuan.“Iris!” Pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka dan sosok Aiden muncul di ambang pintu.Felicia langsung pucat pasi berhadapan dengan Aiden.“A-Aiden ….”Aiden mengeryit menatao Felicia dengan ekspresi serius.“Mengapa kamu ada di sini? Aku mendengar teriakan Iris di sini. Apa yang ka—“ Aiden tidak menyelesaikan kalimatnya ketika pandangannya tertuju ke belakang Felicia, matanya melebar melihat Iris terduduk di lantai dan ge