Home / Romansa / Istri Presdir yang Berkuasa / Pertemuan dengan Teman Lama

Share

Pertemuan dengan Teman Lama

Sekelompok orang tampak berdebat di depan sebuah pintu ganda ruang VVIP restoran untuk pertemuan makan malam.

“Nona Kelly, apa yang harus kita lakukan?! Tuan Muda hilang!” Seorang pria yang terlihat seperti pengawal bertanya cemas pada wanita di sebelahnya.

“Kamu masih berani bertanya?! Tuan Muda hilang karena kelalaianmu! Jika Nona Wallington tahu, kamu yang akan dipecat!” bentak wanita yang dipanggil Nona Kelly.

Pengawal itu menggaruk kepalanya tampak bersalah.

“Saya hanya menoleh sesaat, mungkin hanya tiga menit untuk berbicara dengan pelayan restoran. Saya tidak menyangka Tuan Muda begitu lihai menyelinap pergi,” ujarnya tampak menyesal. “Haruskah kita melapor pada Nona Wallington?” lanjutnya kemudian cemas.

Sebelum Kelly membalas si pengawal, terdengar suara seseorang yang menanggapi dari belakang mereka. “Apa yang harus dilaporkan padaku?” 

Semua orang langsung berbalik ke belakang. Seorang wanita cantik dan anggun keluar dari ruang VVIP tersebut. Dia mengenakan gaun biru lembut sebatas lutut dengan blazer putih menutupi  bahunya.

Wanita itu mengerutkan kening menatap sekretaris dan pengawalnya. “Kenapa kalian begitu ribut? Sebentar lagi pihak Houre Corporation akan tiba,” tegurnya tegas.

Kelly meringis dan menunduk di depan wanita itu. “Maaf Nona Iris, Tuan Muda Dimitri hilang.”

Ekspresi wanita itu langsung berubah. “Apa?! Bagaimana Dimi bisa hilang?!” suaranya naik satu oktaf.

Si pengawal maju dengan ekspresi bersalah. “Semua salah saya, Nona. Saya sesaat mengalihkan pandangan untuk berbicara dengan pelayan, tetapi saya tidak sadar Tuan Muda sudah menyelinap pergi.”

Iris ingin marah namun ia terlalu cemas. Dia tidak ada waktu untuk menyalahkan kelalaian pengawal dan sekretarisnya. Kepala Iris dipenuhi dengan kecemasan tentang putranya yang hilang. “Sudah berapa lama Dimi hilang? Kenapa kalian baru melapor padaku?!”

“Sudah lewat sepuluh menit, Nona.”

“Sepuluh menit?! Dan kalian masih di sini?! Kenapa kalian tidak pergi ke petugas keamanan dan mencari Dimi?!”

“Harry sudah pergi ke bagian keamanan untuk memeriksa rekaman CCTV. Kita mungkin akan menemukan Tuan Muda Kecil sebentar lagi,” balas Kelly. “Nona Iris, bagaimana jika Anda tetap di dalam dan kami akan mencari Tuan Muda Dimitri? Pihak Houre Corporation akan segera tiba.”

Iris mengambil tasnya dari dalam ruang VVIP dan berjalan meninggalkan ruang VVIP tersebut. “Aku tidak akan tenang sebelum Dimi ditemukan. Pihak Houre Corporation bisa menunggu, tapi Dimi tidak! Bagaimana kalau ada orang yang berniat jahat padanya dan menculik Dimi-ku?!” balas Iris cemas berjalan cepat di lorong restoran. Sekretaris dan pengawal mengikutinya di belakang.

Iris tidak akan pernah bisa tenang jika sesuatu terjadi pada putra satu-satunya itu.

Kelly ingin membalas kalau itu tidak mungkin. Siapa yang berani menculik cucu berharga keluarga Wallington? Mereka pasti cari mati. Namun, Kelly tidak berani mengatakan hal tersebut di depan Iris karena dia tahu Direktur adalah ibu yang super protektif terhadap putranya. 

“Baik, Nona, aku akan menelepon Harry untuk memastikan apakah dia sudah menemukan Tuan Muda Kecil atau belum.”

“Cepat telepon dia!” balas Iris tak sabar mempercepat langkahnya. “Ini sudah lewat tiga belas menit. Dimi mungkin masih belum berjalan terlalu jauh. Cari dia!”

“Baik, Nona!” Kelly dengan cepat menelepon Harry sementara yang lain mencari Dimi.

Tak lama kemudian Kelly memberitahu Iris setelah menelepon Harry. “Nona, Tuan Muda terlihat masuk ke toilet pria lantai satu beberapa menit yang lalu dan belum keluar.”

Iris menghembuskan napas lega.

“Ayo, cepat ke toilet!” Iris bergegas ke toilet lantai satu restoran bersama dengan sekretaris dan pengawalnya.

“Nona, itu Tuan Muda Kecil!” seru Kelly melihat seorang pria baru saja keluar dengan seorang anak laki-laki kecil mengenakan setelan berwarna abu-abu dan dasi kupu-kupu merah.

Iris mendadak berhenti. Jantung wanita itu berdegup kencang. Matanya melebar melihat ke arah pria yang menggenggam tangan putranya. Tatapan Iris turun melihat putranya tampak ceria berbicara dengan pria itu. Detak jantungnya serasa berhenti. Wajahnya memucat.

Sudah enam tahun sejak dia meninggalkan pria itu. Tetapi, wajahnya tampak tidak pernah berubah.

Bagaimana dia ada di sini?!

Bagaimana mereka bisa bertemu ....

“Tuan Muda Kecil!” panggil Kelly bergegas ke arah pria itu dan Dimitri.

Iris spontan bersembunyi di balik tembok sebelum pria itu melihatnya. Iris bersandar di tembok sambil memegang dadanya yang berdebar kencang. Matanya memanas. Dia tidak siap bertemu lagi dengan Aiden. Rasa sakit kehilangan putra pertamanya, penghinaan dan tuduhan Aiden tidak pernah bisa Iris lupakan.

“Tuan Muda Kecil!” Kelly bergegas dan berlutut di depan Dimitri untuk memeriksanya dan memeluknya.

“Tuan Muda Kecil, kamu baik-baik saja? Kamu menakuti kakak setengah mati!”

Aiden melirik wanita yang memeluk Dimitri. “Apa kamu mengenalnya?” Aiden bertanya pada Dimitri.

“Bibi Kelly, dia sekretaris Mommy,” balas Dimitri acuh tak acuh.

Kelly mendongak menatap Aiden. Dia baru menyadari Dimitri tidak sendirian. Dimitri bersama pria asing yang teramat tampan. Kelly terpesona melihat wajah tampan Aiden. Mata gelap pria itu dingin dan acuh tak acuh balas menatap Kelly dengan tatapan menilai.

Meskipun sudah melihat banyak pria tampan, Kelly tetap terpesona pada pria di depannya ini. Bahkan paman Dimitri tidak bisa dibandingkan dengan wajah tampan pria itu!

“Bibi, air liurmu keluar!” seru Dimitri.

Kelly tersentak dan buru-buru mengusap bibirnya. Dia menyadari ditipu oleh Dimitri.

Dimitri tertawa terbahak-bahak menertawakan Kelly. “Bibi, kamu hampir ngiler!”

Kelly malu ingin memukul Dimitri karena menggodanya. Namun, dia tidak kehilangan akal sehat dan tetap waspada pada Aiden. 

Dia berdiri menggenggam tangan Dimitri dan berhadapan dengan Aiden. “Tuan, Anda siapa? Bagaimana Anda bisa bersama Dimitri?”

Dimitri bukan anak kecil biasa. Dia cucu tertua dari keluarga Wallington yang berkuasa dan kaya di Negara S. Jika pria ini berniat buruk untuk membawa Dimitri, Kelly tidak akan segan menangkapnya.

“Aku tidak berniat buruk pada anak itu. Kalian, orang dewasa seharusnya lebih perhatian pada anak-anak,” balas Aiden acuh tak acuh, tak peduli dengan Kelly dan pengawalnya. 

Aiden penasaran dengan ibu anak lucu ini, tetapi ia tidak melihat sosok seorang ibu yang kehilangan putra di antara orang-orang di depannya ini. Entah mengapa, Aiden merasa agak kecewa lalu ia mengalihkan pandangannya pada Dimitri. 

Aiden tersenyum dan mengusap kepala Dimitri. “Sampai jumpa lagi, Little Boy.” 

Aiden berbalik pergi meninggalkan toilet. Ekspresi wajahnya kembali dingin seolah dia tidak pernah tersenyum.

“Apa-apaan pria itu, dingin sekali. Dia bahkan tidak tersenyum padaku,” gerutu Kelly merasa dianggap tak kasat mata oleh Aiden.

“Bibi, siapa yang mau tertarik padamu ... weee ....” Dimitri menjulurkan lidahnya pada Kelly.

“Kamu bocah kecil, ibumu sangat mencemaskanmu!”

“Mommy di mana?”

Sementara itu, Iris bersembunyi di balik tembok pembatas toilet pria dan wanita ketika Aiden lewat meninggalkan toilet. Dia segera bergegas menghampiri putranya. “Dimi!”

Dimitri menoleh dan tersenyum menghampiri ibunya.

“Mommy!” dia memeluk paha Iris. “Mommy, aku bertemu pria tampan dan keren—“

“Dimitri, harus berapa kali mommy bilang jangan pergi ke mana-mana sendirian!” Iris cemas dan marah karena Aiden bertemu dengan Dimitri, lalu memarahi putranya. Tanpa dia sadari sudah membentak Dimitri.

Mata Dimitri membelalak dan berkaca-kaca. Kemungkinan terkejut dibentak Iris untuk pertama kalinya.

“Nona, ini bukan salah Tuan Muda. Saya yang lalai membiarkan Tuan Muda pergi sendiri. Mungkin terburu-buru ingin pergi ke toilet.” Pengawalnya merasa bersalah dan buru-buru menenangkan Iris agar tidak memerahi Dimitri.

“Maaf Mommy, aku tidak akan melakukannya lagi,” bisik Dimitri pelan. Matanya yang besar memerah tampak akan menangis.

Iris merasa bersalah dan memeluk Dimitri. “Maaf Sayang, mommy hanya cemas dan takut kamu hilang.” Setelah menenangkan putranya, Iris bangkit menggenggam tangan Dimitri erat. “Ayo kita pulang.”

“Tapi Nona, bagaimana pertemuan dengan pihak Houre Corporation?” tanya Kelly.

“Beritahu mereka kita minta maaf tidak bisa bertemu malam ini dan atur pertemuan di hari lain,” balas Iris tergesa-gesa. Dia tidak ingin berlama-lama di sini setelah melihat Aiden.

“Baik Nona.”

Mereka kemudian meninggalkan toilet pria. 

“Oh, Iris, apa kabar?” Iris berhenti di depan pintu masuk toilet saat berpapasan dengan wanita yang paling tidak ingin dia temui. 

“Felicia," dia berbisik tegang.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
enining salwareihan
Sangat bagus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status