Iris sudah tinggal di York City selama beberapa hari dan berdiam diri di vilanya. Dia tidak ingin keberadaannya di kota ini diketahui siapa pun.Duduk di meja kerjanya, Iris mengusap rambutnya kasar membaca hasil penyelidikan detektif swasta yang disewanya.Iris telah menyewa detektif swasta untuk menyelidiki kediaman Ridley dan mencari tahu kematian putranya enam tahun yang lalu. Ia tidak menyelidiki kediaman Ridley secara mencolok karena takut akan diketahui oleh orang-orang di kediaman Ridley, terutama Esme dan Aiden.Iris hanya mengingat beberapa wajah pelayan yang membantunya di dapur kala itu saat membuat kue untuk Zein. Akan tetapi, enam tahun sejak kematian Zein dan Iris meninggalkan kediaman Ridley, Esme telah mengganti beberapa pelayan yang pada saat itu bekerja di sana. Iris tidak bisa menemukan pelayan itu untuk dimintai keterangan mereka.Penyelidikan Iris hanya menemui jalan buntu.Tok, tok, tok.“Nona Iris, ini saya.” Pintu ruang kerja Iris diketuk dari luar.Iris mend
“Oh, begitu. Apa Tuan Ridley datang berkunjung hari ini?” Dia bertanya acuh tak acuh.“Seharusnya iy— Tuan Ridley!” Harry tiba-tiba berteriak memanggil seseorang di belakang Iris dan melambaikan tangannya.Iris menegang sesaat sebelum kemudian menenangkan dirinya. Dia tidak segera berbalik tetapi memandang ke sekitar menunggu Aiden datang.Namun, Kelly sebagai sekretarisnya berbalik dan mengangguk sopan pada Aiden dan asisten pribadinya, pria berkacamata.Aiden tengah menghampiri Harry karena namanya dipanggil. Dia melirik wanita di sebelah Harry mengenakan dres hijau polos dipadu mantel abu-abu. Helm keselamatan terpasang di kepalanya.Meski wanita itu tidak berbalik, Aiden masih bisa mengenali siapa wanita itu dari punggungnya. Wanita yang di sebelahnya mengangguk hormat menguatkan asumsi Aiden.Sorot matanya berkilau memandang punggung wanita berambut cokelat itu sebelum mendekati mereka dengan wajah tanpa ekspresi. “Tuan Ridley, selamat siang.” Harry buru-buru menyapa Aiden.Aid
“Oh karena dia mantan suam—apa?! Mantan suami?!” Kelly terkejut tidak menyadari suaranya cukup keras. Tetapi, untunglah Aiden dan Harry tampak sedang berbicara hingga tidak memperhatikan mereka. Jika tidak, semua orang akan tahu hubungan Iris dan Aiden.Hanya asisten pribadi yang dibawa Aiden berjalan di samping Kelly, menatap mereka dengan tatapan ingin tahu.Iris meliriknya memberinya tatapan peringatan.Kelly menutup mulutnya dengan tatapan permintaan maaf.Dia berbisik dengan suara pelan di samping Iris hingga hanya mereka berdua yang mendengar. “Nona Iris, apa Anda serius? Tuan Ridley adalah mantan suamimu?” tanyanya menatap punggung Aiden yang berjalan di depan mereka.Iris hanya mengangguk sambil menatap lurus ke depan.Kelly menatap ke sekeliling dan memelototi asisten pribadi Aiden yang menatap mereka dengan tatapan ingin tahu.Peter tersenyum sebelum mengalihkan pandangannya ke depan.Kelly kemudian kembali berbisik dengan suara pelan pada Iris. “Nona Iris, apa Presdir Ridle
“Ya, memangnya kenapa jika aku mengganti nama keluargaku? Tuan Ridley, ini bukan alasan untuk bersikap kasar pada mitra bisnismu,” tegur Iris tidak senang mencoba melepaskan cengkeraman Aiden. Namun, Aiden mencengkeram tangan Iris semakin kuat membuat Iris meringis kesakitan.“Apa maumu?! Lepaskan, tanganku sakit!” seru Iris marah.Aiden melepaskan cengkeraman Iris dan mendorongnya ke dinding. Dia menekan tubuh wanita itu ke dinding.Mata Iris melebar terkejut. Tangannya spontan menahan dada Aiden agar tidak menekan tubuhnya.“Tuan Ridley, apa-apaan sikap kasarmu! Jangan berpikir karena kamu adalah mitra bisnis aku tidak akan menuntutmu!” ancam Iris panik mendorong dada Aiden. Namun tenaganya tidak bisa dibandingkan dengan pria kekar seperti Aiden.Aiden tersenyum. Matanya yang gelap menunduk menatap Iris tajam.“Mitra bisnis? Aku muak mendengarnya,” desisnya.Iris mendongak memandang Aiden. Dia berhenti berontak dan berkata dengan datar, “Lalu kenapa kamu menyetujui kesepakatan deng
Mata Iris bergetar dan memerah. Dia menggertakkan gigi menahan air matanya mati-matian agar tidak menangis di depan Aiden. Dia pernah mencintai pria itu dan kata-katanya masih menusuk, membuat hatinya sakit. Dia benci kenyataan bahwa pria itu adalah ayah Dimitri.“Memangnya kenapa jika aku wanita yang seperti itu? Kamu menyesal sudah menikah denganku?”Aiden tidak menjawab.Iris tersenyum dingin dan berkata datar, “Aku juga menyesal. Mengapa aku harus bertahan denganmu dan membuat Zein menderita? Jika saat itu aku memilih meninggalkanmu dan membawa pergi Zein, putraku tidak akan meninggal karena keegoisan keluargamu yang busuk.” Dia menatap Aiden dengan tatapan penuh kebencian. Air mata mengalir di pipinya.Aiden sesaat tertegun melihat air mata mengalir di pipi Iris. Tangannya yang mencengkeram pergelangan tangan Iris tanpa sadar melonggar.Iris mengalihkan pandangannya ke samping dan menarik tangannya dari cengkeraman Aiden. Dia menghapus air matanya kasar dan menenangkan dirinya s
Iris terdiam tidak bisa berkata-kata. Bagaimana dia bisa menelepon Aiden dan memberitahunya bahwa putra mereka merindukannya?Aiden pasti menganggapnya sudah gila, atau akan mengambil Dimitri darinya mengingat pria itu sangat menginginkan anak untuk membuat pijakannya semakin kokoh di RDY Group, pikirnya getir.“Ah, telepon Daddy?”Dimitri mengangguk dan menatap Iris penuh harap.Iris meringis dan merutuk dirinya dalam hati. Mengapa dia tidak mengatakan sejak awal saja kalau Aiden sudah mati hingga putranya tidak akan terus bertanya tentang ayahnya.Karena Iris sudah terlanjur berbohong, dia bisa berbohong lagi pada putranya.“Telepon Daddy .... baiklah ....” Iris tersenyum berpura-pura mengambil ponselnya menelepon nomor Hugo dan bukan Aiden.Mata hitam Dimitri mengawasi Iris penuh harap membuatnya merasa bersalah.Dia mengalihkan tatapannya dan fokus ke panggilan telepon. Sebelum Hugo menjawab panggilannya, Iris buru-buru mematikan panggilan dan menatap putranya.“Yaaah, Daddy tidak
“Mengapa kamu ada di sini?!”Iris tersentak dan menoleh ke samping menemukan wajah wanita paruh baya yang dikenalnya, mantan ibu mertuanya, Esme Spinet.Esme tidak sendiri, dia bersama Felicia yang memandangnya dengan ekspresi tidak senang.“Iris Jessen, mengapa kamu ada di sini?!” tanya Esme sekali lagi menatapnya tajam.Iris menarik tangannya dari cengkeraman Esme dan berhadapan dengan mantan ibu mertuanya. “Memangnya kenapa jika aku di sini?” balas Iris tenang. Dia mengepalkan tangannya berkeringat dingin dan mencemaskan Dimitri. Iris tidak ingin putranya bertemu dengan salah satu anggota keluarga Ridley, terutama Esme yang merupakan ibu tiri Aiden. Iris masih mencurigai Esme sebagai dalang yang menyebabkan kematian Zein.“Bukan apa-apa, hanya saja kamu tidak pantas ada di sini.”“Apa mal atau toko ini milikmu, Nyonya Ridley, hingga kamu bisa menyebutku pantas atau tidak di sini?” balas Iris dinginEsme menatapnya dengan mata membelalak keheranan. ”Wow, Iris, lama tidak bertemu
“Apa?! Dia menghina wanita muda itu karena mantan pelayan bar, tapi dia sendiri dulunya ‘wanita panggilan’ ““Benarkah Nyonya Ridley dulu ‘wanita panggilan’ dan simpanan?”“Aku tidak menyangka Presdir Ridley memiliki ibu tiri mantan ‘wanita panggilan’“Wajah Esme memucat mendengar bisik-bisik yang tertuju padanya. Dia memelototi Iris penuh amarah.Bagaimana wanita itu bisa tahu tentang masa lalunya yang mati-matian ditutupinya?“Kamu—beraninya kamu memfitnahku!” Dia mengangkat tangannya untuk menampar Iris.Iris menangkap tangan yang melayang di udara sebelum Esme bisa menamparnya dan menatap dingin wanita tua itu. “Sekarang kamu tahu bagaimana rasanya direndahkan? Jika kamu tidak ingin orang lain mengungkap masa lalumu, lebih baik tutup mulutmu dan sadari sendiri posisimu,” desis Iris melempar tangan Esme.Tubuh Esme bergetar menahan amarah.“Iris, kamu sudah keterlaluan! Bagaimana pun Bibi adalah ibu Aiden dan mantan mertuamu. Beraninya kamu menghina Bibi! Apa kamu tidak takut Aiden