“Lalu bagaimana dengan Aiden Ridley? Bagaimana jika dia tahu tentang Dimitri?”Iris terdiam sesaat sebelum menjawab dengan wajah kaku.“Aku tidak bisa selamanya memisahkan mereka. Tetapi, bahkan jika Aiden tahu tentang Dimitri, dia tidak akan bisa mengambil Dimitri dariku. Aku bukan lagi Iris yang lemah dan pengecut seperti enam tahun lalu,” balas Iris tegas menoleh menatap Hugo memohon.“Jadi, Hugo, tolong bantu aku berbicara dengan ibuku. Ibuku tidak akan melepaskan Dimitri pergi ke mana pun. Meskipun aku ibu kandung Dimitri, aku tidak bisa melawan ibuku. Dimitri sudah seperti harta berharga yang akan mewarisi WLT Group bagi ibuku,” ujarnya tersenyum kecut.Dimitri adalah anak laki-laki yang didambakan Lilian di keluarga Wallington. Selama dua generasi keluarga Wallington hanya memiliki wanita sebagai pewaris WLT Group hingga membuat mereka diremehkan oleh kerabat yang juga merupakan pemegang saham di WLT Group.Dimitri akan menjadi tonggak perusahaan bagi Lilian hingga dia memperla
Iris tak berkutik menghadapi pertanyaan putranya.Dia menggertakkan gigi dalam hati. Apa Lilian sengaja melakukan ini padanya karena Iris membawa Dimitri meninggalkan Negara S?“Mommy, di mana Daddy? Aku ingin bertemu Daddy.” Dimitri menarik lengan baju Iris meminta perhatiannya.Iris menatap putranya lemah. “Dimi, dengarkan mommy, jangan mencari Daddy lagi, okey?”Dimitri mengerutkan bibirnya cemberut dan sedih. “Mengapa? Apa Daddy tidak suka dengan Dimitri?”Iris tidak sanggup melihat ekspresi Dimitri dan buru-buru menenangkannya. “Tentu saja tidak. Daddy yang paling menyukai Dimi.”Iris menampar mulutnya. Kata-katanya hanya membuat masalah pada dirinya sendiri. Namun, dia tidak bisa menarik kembali kata-katanya setelah melihat mata Dimitri berbinar bahagia.“Benarkah? Daddy paling menyukai Dimitri?”Iris meringis tetapi tetap menganggukkan kepalanya.“Ya, selama Dimi berperilaku baik dan tidak membuat masalah, Dimi bisa bertemu Daddy.”“Sungguh? Mommy tidak berbohong, 'kan?” Iris
Iris sudah tinggal di York City selama beberapa hari dan berdiam diri di vilanya. Dia tidak ingin keberadaannya di kota ini diketahui siapa pun.Duduk di meja kerjanya, Iris mengusap rambutnya kasar membaca hasil penyelidikan detektif swasta yang disewanya.Iris telah menyewa detektif swasta untuk menyelidiki kediaman Ridley dan mencari tahu kematian putranya enam tahun yang lalu. Ia tidak menyelidiki kediaman Ridley secara mencolok karena takut akan diketahui oleh orang-orang di kediaman Ridley, terutama Esme dan Aiden.Iris hanya mengingat beberapa wajah pelayan yang membantunya di dapur kala itu saat membuat kue untuk Zein. Akan tetapi, enam tahun sejak kematian Zein dan Iris meninggalkan kediaman Ridley, Esme telah mengganti beberapa pelayan yang pada saat itu bekerja di sana. Iris tidak bisa menemukan pelayan itu untuk dimintai keterangan mereka.Penyelidikan Iris hanya menemui jalan buntu.Tok, tok, tok.“Nona Iris, ini saya.” Pintu ruang kerja Iris diketuk dari luar.Iris mend
“Oh, begitu. Apa Tuan Ridley datang berkunjung hari ini?” Dia bertanya acuh tak acuh.“Seharusnya iy— Tuan Ridley!” Harry tiba-tiba berteriak memanggil seseorang di belakang Iris dan melambaikan tangannya.Iris menegang sesaat sebelum kemudian menenangkan dirinya. Dia tidak segera berbalik tetapi memandang ke sekitar menunggu Aiden datang.Namun, Kelly sebagai sekretarisnya berbalik dan mengangguk sopan pada Aiden dan asisten pribadinya, pria berkacamata.Aiden tengah menghampiri Harry karena namanya dipanggil. Dia melirik wanita di sebelah Harry mengenakan dres hijau polos dipadu mantel abu-abu. Helm keselamatan terpasang di kepalanya.Meski wanita itu tidak berbalik, Aiden masih bisa mengenali siapa wanita itu dari punggungnya. Wanita yang di sebelahnya mengangguk hormat menguatkan asumsi Aiden.Sorot matanya berkilau memandang punggung wanita berambut cokelat itu sebelum mendekati mereka dengan wajah tanpa ekspresi. “Tuan Ridley, selamat siang.” Harry buru-buru menyapa Aiden.Aid
“Oh karena dia mantan suam—apa?! Mantan suami?!” Kelly terkejut tidak menyadari suaranya cukup keras. Tetapi, untunglah Aiden dan Harry tampak sedang berbicara hingga tidak memperhatikan mereka. Jika tidak, semua orang akan tahu hubungan Iris dan Aiden.Hanya asisten pribadi yang dibawa Aiden berjalan di samping Kelly, menatap mereka dengan tatapan ingin tahu.Iris meliriknya memberinya tatapan peringatan.Kelly menutup mulutnya dengan tatapan permintaan maaf.Dia berbisik dengan suara pelan di samping Iris hingga hanya mereka berdua yang mendengar. “Nona Iris, apa Anda serius? Tuan Ridley adalah mantan suamimu?” tanyanya menatap punggung Aiden yang berjalan di depan mereka.Iris hanya mengangguk sambil menatap lurus ke depan.Kelly menatap ke sekeliling dan memelototi asisten pribadi Aiden yang menatap mereka dengan tatapan ingin tahu.Peter tersenyum sebelum mengalihkan pandangannya ke depan.Kelly kemudian kembali berbisik dengan suara pelan pada Iris. “Nona Iris, apa Presdir Ridle
“Ya, memangnya kenapa jika aku mengganti nama keluargaku? Tuan Ridley, ini bukan alasan untuk bersikap kasar pada mitra bisnismu,” tegur Iris tidak senang mencoba melepaskan cengkeraman Aiden. Namun, Aiden mencengkeram tangan Iris semakin kuat membuat Iris meringis kesakitan.“Apa maumu?! Lepaskan, tanganku sakit!” seru Iris marah.Aiden melepaskan cengkeraman Iris dan mendorongnya ke dinding. Dia menekan tubuh wanita itu ke dinding.Mata Iris melebar terkejut. Tangannya spontan menahan dada Aiden agar tidak menekan tubuhnya.“Tuan Ridley, apa-apaan sikap kasarmu! Jangan berpikir karena kamu adalah mitra bisnis aku tidak akan menuntutmu!” ancam Iris panik mendorong dada Aiden. Namun tenaganya tidak bisa dibandingkan dengan pria kekar seperti Aiden.Aiden tersenyum. Matanya yang gelap menunduk menatap Iris tajam.“Mitra bisnis? Aku muak mendengarnya,” desisnya.Iris mendongak memandang Aiden. Dia berhenti berontak dan berkata dengan datar, “Lalu kenapa kamu menyetujui kesepakatan deng
Mata Iris bergetar dan memerah. Dia menggertakkan gigi menahan air matanya mati-matian agar tidak menangis di depan Aiden. Dia pernah mencintai pria itu dan kata-katanya masih menusuk, membuat hatinya sakit. Dia benci kenyataan bahwa pria itu adalah ayah Dimitri.“Memangnya kenapa jika aku wanita yang seperti itu? Kamu menyesal sudah menikah denganku?”Aiden tidak menjawab.Iris tersenyum dingin dan berkata datar, “Aku juga menyesal. Mengapa aku harus bertahan denganmu dan membuat Zein menderita? Jika saat itu aku memilih meninggalkanmu dan membawa pergi Zein, putraku tidak akan meninggal karena keegoisan keluargamu yang busuk.” Dia menatap Aiden dengan tatapan penuh kebencian. Air mata mengalir di pipinya.Aiden sesaat tertegun melihat air mata mengalir di pipi Iris. Tangannya yang mencengkeram pergelangan tangan Iris tanpa sadar melonggar.Iris mengalihkan pandangannya ke samping dan menarik tangannya dari cengkeraman Aiden. Dia menghapus air matanya kasar dan menenangkan dirinya s
Iris terdiam tidak bisa berkata-kata. Bagaimana dia bisa menelepon Aiden dan memberitahunya bahwa putra mereka merindukannya?Aiden pasti menganggapnya sudah gila, atau akan mengambil Dimitri darinya mengingat pria itu sangat menginginkan anak untuk membuat pijakannya semakin kokoh di RDY Group, pikirnya getir.“Ah, telepon Daddy?”Dimitri mengangguk dan menatap Iris penuh harap.Iris meringis dan merutuk dirinya dalam hati. Mengapa dia tidak mengatakan sejak awal saja kalau Aiden sudah mati hingga putranya tidak akan terus bertanya tentang ayahnya.Karena Iris sudah terlanjur berbohong, dia bisa berbohong lagi pada putranya.“Telepon Daddy .... baiklah ....” Iris tersenyum berpura-pura mengambil ponselnya menelepon nomor Hugo dan bukan Aiden.Mata hitam Dimitri mengawasi Iris penuh harap membuatnya merasa bersalah.Dia mengalihkan tatapannya dan fokus ke panggilan telepon. Sebelum Hugo menjawab panggilannya, Iris buru-buru mematikan panggilan dan menatap putranya.“Yaaah, Daddy tidak