Jantung Iris menegang. Dia menggenggam tangan Dimitri erat. Matanya membelalak menatap wajah cantik wanita di depannya.
Felicia tersenyum dan menatap Iris anggun. “Wah, sungguh kebetulan sekali bertemu denganmu.” Kemudian menyilangkan tangannya di depan dada dan menatap Iris dari atas sampai bawah. Matanya berkilat melihat penampilan Iris lebih baik daripada enam tahun yang lalu.
Mata Felicia sangat jeli melihat gaun, tas dan aksesoris yang dikenakan Iris berasal dari brand eksklusif yang hanya bisa dikenakan orang-orang kelas atas.
Iris tidak jauh berbeda dengan seorang wanita yang hidup terawat dari keluarga kaya. Penampilannya bukan lagi gadis miskin dan seorang pelayan bar seperti tujuh tahun yang lalu.
Senyum di wajah Felicia tampak aneh dan merendahkan. “Lama tidak bertemu, Iris. Sepertinya kamu hidup dengan sangat baik. Perubahan nasib yang luar biasa dari seorang pelayan bar dan wanita yang bercerai,” lanjutnya tersenyum lembut, namun suaranya terdengar menghina.
Kelly terlihat tersinggung mendengar kalimat terakhir wanita sinis ini. “Maaf, Anda siapa? Apa Anda mengenal Nona Iris? Tapi, beraninya Anda menyebut Nona Iris pelayan bar!” wanita di depannya ini terlihat lembut dan anggun, namun hatinya sangat busuk. Kelly merutuk dalam hati.
Felicia mengalihkan pandangannya pada wanita di sebelah Iris dan memiringkan kepalanya. “Apa yang aku katakan salah? Iris dan aku berteman dulu saat dia masih menikah dengan bosku,” ujarnya tersenyum melirik Iris.
“Kamu—“
“Kelly.” Iris melirik Kelly mengisyaratkannya untuk diam, sebelum menenangkan diri dan menatap wanita di depannya dengan tenang. Dia tidak peduli dengan penghinaan Felicia. Iris tidak ingin bertengkar saat ini dengan Felicia.
“Felicia, lama tidak bertemu. Kamu tampak berubah dan tidak munafik seperti dulu,” ujar Iris datar. Setelah Felicia mengungkap wajah aslinya, Iris tidak akan memperlakukannya dengan hormat dan segan seperti dulu.
Felicia tersenyum acuh tak acuh dan melipat tangannya di depan dada sambil mengangkat dagu angkuh. “Ya, setiap orang pasti berubah, begitu pun dengan aku dan Aiden.” Lalu ia melirik Iris dengan tatapan provokatif dan mengusap lehernya dengan gerakan disengaja, memperlihatkan sebuah cincin bertakhta berlian di jari manis. “Seperti yang kamu lihat, aku dan Aiden sudah bertunangan.”
Iris sesaat membeku menatap cincin di jari manis Felicia. Dia pikir hatinya sudah melupakan Aiden, namun mengapa hatinya terasa tertusuk mendengar kata-kata Felicia?
Felicia tersenyum melihat wajah Iris tampak memucat dan merasa puas dalam hati. “Sudah enam tahun, kuharap kamu sudah melupakan Aiden. Bagaimana pun masa lalu hanya masa lalu. Sebagai kenalan lama, aku harap kamu bisa hadir di pesta pernikahan kami kelak dan memberkati kami,” ujarnya tersenyum manis pada Iris.
Iris mengepalkan tangannya tanpa sadar. Wajahnya masih pucat.
Felicia dan Aiden akan menikah?
Hati Iris terasa tertusuk dan tidak nyaman.
“Mommy, sakit ....”
Cekalannya di tangan Dimitri membuat Iris tersadar dan menunduk. Dia melihat putranya, Dimitri, menatap Iris dengan mata besarnya yang khawatir. Kemudian Iris menyadarinya tangannya menggenggam erat tangan mungil Dimitri, dan langsung melonggarkan cengkeramannya dengan cemas.
“Maaf, Sayang, di mana yang sakit?” ujarnya sambil memeriksa tangan kecil Dimitri. Dia seolah melupakan berita pernikahan Felicia dan Aiden.
Dimitri mengecut bibirnya mengeluh. “Mommy, siapa Bibi jelek itu? Apa dia membuat Mommy marah?” matanya menyipit menatap tajam ke arah Felicia.
“Mommy? Dia anakmu?” Felicia bertanya heran melihat ke arah Dimitri.
Iris tersadar, Felicia tidak seharusnya melihat Dimitri. Dia menegakkan tubuhnya dan menutupi Dimitri di belakangnya. “Ya, dia anakku,” balasnya acuh tak acuh mencoba terlihat tenang.
Felicia mengerutkan keningnya menatap Iris dan bertanya, “Kamu sudah menikah?”
“Menurutmu?”
Felicia menyeringai sinis. “Tidak heran, kamu pasti menikahi pria kaya. Aku penasaran bagaimana wanita miskin bisa berubah menjadi seperti seorang wanita kaya dan terawat. Kamu akhirnya menemukan pria kaya lain setelah bercerai dengan Aiden.”
Dia menggelengkan kepalanya lalu melirik Dimitri yang bersembunyi di belakang Iris. “Anakmu seperti berusia lima tahun. Iris, jangan bilang kamu langsung menikah setelah bercerai dengan Aiden?” dia menatap Iris tak percaya. “Kamu masih wanita penggali harta rupanya. Aiden pasti benar-benar menyesal menikah denganmu,” ujar Felicia lagi-lagi dengan kesinisannya.
Kelly dan pengawal Iris yang lain tampak tidak senang dengan ucapan Felicia, namun mereka tidak berani berbicara sebelum Iris memerintahkan mereka.
Sebaliknya, Iris terlihat tenang dengan senyumannya dan berkata acuh tak acuh, “Teruslah berkata sesukamu. Aku tidak akan meladenimu.” Lalu Iris menatap Kelly dan pengawalnya yang lain. “Ayo pergi.”
Felicia menghadang jalan Iris sebelum dia pergi.
“Apa yang Anda lakukan? Minggir! Jangan menghalangi Nona Iris!” Kelly yang maju menegur Felicia.
“Nona Iris? Kamu benar-benar ingin diperlakukan seperti gadis dari keluarga terhormat,” dengus Felicia pada Iris. “Iris, tak peduli bagaimana pun kamu bekerja keras untuk sampai di status ini, meskipun aku yakin kamu mnggunakan cara murahan, tapi tetap tidak akan mengubah status kelahiranmu yang rendah,” lanjutnya menatap Iris dari atas ke bawah dengan pandangan merendahkan.
Iris tersenyum.
“A-apa? Kamu tersenyum? Kamu merasa bangga karena berhasil mencapai status ini dengan cara murahan?” Felicia mengerutkan keningnya menatap tak suka pada Iris.
“Sekali lagi, Anda siapa? Apa Anda tahu siapa Nona Iris?! Sejak tadi Anda terus memprovokasi Nona kami!” Kelly benar-benar tidak sabar ingin mendorong wanita itu.
“Tentu saja aku tahu karena kami saling mengenal,” cibir Felicia menatap Iris sebelum melanjutkan kalimatnya dengan nada mengejek, “kamu tidak berharap aku akan memperlakukanmu dengan hormat seperti orang-orangmu, bukan? Apa mereka tahu asal usulmu dulu?”
Felicia tidak pernah berpikir Iris akan berasal dari keluarga yang berkuasa ataupun luar biasa. Baginya orang miskin tanpa latar belakang keluarga seperti Iris, bisa mencapai status ini dengan menikahi orang kaya atau menjual dirinya menjadi simpanan pria tua.
Tidak ada pria dengan latar belakang bergengsi dan terhormat bersedia menikahi wanita seperti Iris. Mereka akan memilih orang-orang yang setara dengan status dan latar belakang keluarga mereka. Felicia memandang rendah orang-orang seperti Iris yang memanjat status sosial.
“Anda sangat tidak sopan. Apa Anda tahu Nona Iris dari keluarga Walling—“
“Kelly, cukup. Tidak perlu menanggapi orang seperti dia. Aku yakin Nona Felicia tidak akan peduli dengan orang-orang berstatus ‘rendahan’ seperti kita,” kata Iris tenang.
Sudut bibirnya tertarik menatap Felicia tenang. Orang-orang seperti Felicia hanya memandang orang berdasarkan status dan akan mengubah wajah mereka dengan cepat. Dulu, wanita ini bersikap sopan dan hormat pada Iris saat dirinya masih menjadi istri Aiden. Itu juga karena statusnya sebagai Nyonya Ridley. Setelah bercerai dengan Aiden, dia mengungkap wajah aslinya.
Iris menggelengkan kepala tidak menanggapi orang-orang seperti Felicia. Bagaimana dulu dia bisa berpikir jika Felicia adalah wanita yang anggun dan bermartabat. Wanita itu hanya orang bermuka dua.
Iris sudah sering berinteraksi dengan orang-orang munafik seperti Felicia dan itu melelahkan. Dia juga tidak ingin berurusan dengan orang-orang dari masa lalunya.
“Lupakan saja, ayo kita pergi.” Iris menggenggam tangan Dimitri berjalan melewati Felicia diikuti Kelly dan pengawal-pengawalnya.
Felicia berbalik menatap rombongan Iris tajam. Matanya melirik Dimitri dengan kening berkerut. Dia merasa wajah anak itu agak familier. “Sebenarnya dengan siapa dia menikah hingga berubah 180 derajat,” gumamnya kesal.
Telepon Felicia berdering mengalihkan perhatiannya. Dia menatap ponsel dan melihat Aiden yang menelepon, kekesalannya langsung menghilang. Dia tersenyum melupakan pertemuannya dengan Iris lalu mengangkat panggilan telepon itu.
“Halo Aiden.”
Iris memandang wajah damai putranya yang tidur nyenyak. Dia tersenyum mengusap wajah Dimitri. Menatap wajah putranya mengingatkan wanita itu pada seseorang yang seharusnya sudah terlupakan.Namun, pertemuan malam ini membuka kembali kenangan enam tahun yang lalu.Iris tersenyum sedih meraih tangan mungil Dimitri dan mencium punggung tangan putranya yang kecil. Baginya, Dimitri adalah keajaiban yang dikirim Tuhan di tengah titik terendah hidupnya setelah kehilangan anak dan seorang ayah yang berharga.“Aku dengar pertemuan dengan Houre Corporation dibatalkan. Apa yang terjadi?”Iris mengalihkan pandangannya dan menatap seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan berpakaian kasual tengah bersandar di daun pintu sambil menyilangkan tangannya di depan dada. Di bawah cahaya lampu, wajah wanita itu hampir terlihat mirip dengan wajah Iris. Dia berusia awal lima puluhan tahun, namun tidak ada kerutan di wajahnya yang membuat wanita paruh baya itu terlihat lebih muda sepuluh tah
Iris dan Aiden membeku saling menatap satu sama lain selama beberapa saat.Aiden tidak bisa mengalihkan pandangan dari wanita di depannya dan hampir tidak bisa mengenali mantan istrinya ini.Penampilan Iris sangat jauh berbeda dengan sosok dirinya enam tahun yang lalu. Saat ini, Iris terlihat glamor dan menjadi lebih cantik seperti dua orang yang berbeda.Felicia gelisah dan menggertakkan gigi menginterupsi mereka. “Iris, lama tidak bertemu, mengapa kamu ada di sini? Apa kamu salah masuk ruangan?” Felicia menyapa Iris dengan ramah seakan mereka baru bertemu setelah sekian lama. Dia kemudian mengalihkan pandangan pada pelayan di sebelah Iris dan menegurnya, “Apa yang kamu lakukan membiarkan orang lain salah masuk ruangan dan mengganggu pertemuan penting?”Interupsi Felicia memutuskan pandangan Iris dan Aiden.Aiden mengalihkan pandangannya dan berdeham. Wajahnya kembali dingin dan acuh tak acuh. Tidak mengatakan sepatah kata pun dan membiarkan Felicia menangani situasi canggung yang me
Iris mencengkeram berkas di tangannya. Setelah beberapa saat dan menenangkan diri, dia tersenyum profesional menatap semua orang.“Tentu saja kita harus bekerja sama, mengapa tidak? Kami sudah mengatur pertemuan ini berbulan-bulan dengan Houre Corporation. Dengan RDY Group mengambil alih tentu akan membuat nilai proyek ini lebih menguntungkan.”Iris berdiri dan mengulurkan tangannya pada Aiden. “Tuan Ridley, senang bisa bekerja sama dengan Anda.”Aiden menatapnya intens selama beberapa saat sebelum kemudian berdiri menyambut jabatan tangan Iris. “Tentu, semoga Anda bisa bertahan, Nona Wallington,” balasnya sedikit meremas tangan Iris.Iris mengerutkan kening dan menarik tangannya.“Omong-omong ....” Iris menatap Felicia sebelum mengalihkan pandangannya pada Aiden. “Selamat atas pertunangan kalian. Kuharap kamu akan mengundangku hadir di pernikahanmu dengan Nona Hills.”Wajah Felicia berubah pucat.“Pertunangan? Apa maksudmu?” balas Aiden mengerutkan keningnya.“Tentu saja pertunanganm
Jika itu dari keluarga Ridley, Aiden tidak melepaskan mereka karena sudah membunuh putranya.Esme atau Alice adalah orang yang mengatur urusan di kediaman Ridley.Dia tidak akan melepaskan orang-orang itu! Akan tetapi ....Aiden menatap punggung Iris dingin.Dia tidak akan melupakan perselingkuhan Iris enam tahun yang lalu.....Di gedung WLT Group, kantor Direktur.Iris mengetuk-ngetuk pulpen ke meja kerja dan menatap laptop di depannya. Tetapi, perhatiannya tidak terkonsentrasi pada laptop di depannya.Pikiran Iris berkelana pada pertemuan terakhirnya dengan Felicia beberapa waktu lalu.Aiden dan Felicia sudah meninggalkan Negara S tanpa penundaan.Iris mencoba untuk tidak memikirkan hal itu namun, kata-kata Felicia membekas di kepalanya.Iris tidak akan bisa berdamai jika kematian putranya bukan karena alergi kacang semata, tetapi sudah diatur oleh seseorang. Apa kesalahan putranya? Dia hanya anak kecil yang baru berusia satu tahun dan tidak mengerti masalah orang dewasa.Bagaima
“Lalu bagaimana dengan Aiden Ridley? Bagaimana jika dia tahu tentang Dimitri?”Iris terdiam sesaat sebelum menjawab dengan wajah kaku.“Aku tidak bisa selamanya memisahkan mereka. Tetapi, bahkan jika Aiden tahu tentang Dimitri, dia tidak akan bisa mengambil Dimitri dariku. Aku bukan lagi Iris yang lemah dan pengecut seperti enam tahun lalu,” balas Iris tegas menoleh menatap Hugo memohon.“Jadi, Hugo, tolong bantu aku berbicara dengan ibuku. Ibuku tidak akan melepaskan Dimitri pergi ke mana pun. Meskipun aku ibu kandung Dimitri, aku tidak bisa melawan ibuku. Dimitri sudah seperti harta berharga yang akan mewarisi WLT Group bagi ibuku,” ujarnya tersenyum kecut.Dimitri adalah anak laki-laki yang didambakan Lilian di keluarga Wallington. Selama dua generasi keluarga Wallington hanya memiliki wanita sebagai pewaris WLT Group hingga membuat mereka diremehkan oleh kerabat yang juga merupakan pemegang saham di WLT Group.Dimitri akan menjadi tonggak perusahaan bagi Lilian hingga dia memperla
Iris tak berkutik menghadapi pertanyaan putranya.Dia menggertakkan gigi dalam hati. Apa Lilian sengaja melakukan ini padanya karena Iris membawa Dimitri meninggalkan Negara S?“Mommy, di mana Daddy? Aku ingin bertemu Daddy.” Dimitri menarik lengan baju Iris meminta perhatiannya.Iris menatap putranya lemah. “Dimi, dengarkan mommy, jangan mencari Daddy lagi, okey?”Dimitri mengerutkan bibirnya cemberut dan sedih. “Mengapa? Apa Daddy tidak suka dengan Dimitri?”Iris tidak sanggup melihat ekspresi Dimitri dan buru-buru menenangkannya. “Tentu saja tidak. Daddy yang paling menyukai Dimi.”Iris menampar mulutnya. Kata-katanya hanya membuat masalah pada dirinya sendiri. Namun, dia tidak bisa menarik kembali kata-katanya setelah melihat mata Dimitri berbinar bahagia.“Benarkah? Daddy paling menyukai Dimitri?”Iris meringis tetapi tetap menganggukkan kepalanya.“Ya, selama Dimi berperilaku baik dan tidak membuat masalah, Dimi bisa bertemu Daddy.”“Sungguh? Mommy tidak berbohong, 'kan?” Iris
Iris sudah tinggal di York City selama beberapa hari dan berdiam diri di vilanya. Dia tidak ingin keberadaannya di kota ini diketahui siapa pun.Duduk di meja kerjanya, Iris mengusap rambutnya kasar membaca hasil penyelidikan detektif swasta yang disewanya.Iris telah menyewa detektif swasta untuk menyelidiki kediaman Ridley dan mencari tahu kematian putranya enam tahun yang lalu. Ia tidak menyelidiki kediaman Ridley secara mencolok karena takut akan diketahui oleh orang-orang di kediaman Ridley, terutama Esme dan Aiden.Iris hanya mengingat beberapa wajah pelayan yang membantunya di dapur kala itu saat membuat kue untuk Zein. Akan tetapi, enam tahun sejak kematian Zein dan Iris meninggalkan kediaman Ridley, Esme telah mengganti beberapa pelayan yang pada saat itu bekerja di sana. Iris tidak bisa menemukan pelayan itu untuk dimintai keterangan mereka.Penyelidikan Iris hanya menemui jalan buntu.Tok, tok, tok.“Nona Iris, ini saya.” Pintu ruang kerja Iris diketuk dari luar.Iris mend
“Oh, begitu. Apa Tuan Ridley datang berkunjung hari ini?” Dia bertanya acuh tak acuh.“Seharusnya iy— Tuan Ridley!” Harry tiba-tiba berteriak memanggil seseorang di belakang Iris dan melambaikan tangannya.Iris menegang sesaat sebelum kemudian menenangkan dirinya. Dia tidak segera berbalik tetapi memandang ke sekitar menunggu Aiden datang.Namun, Kelly sebagai sekretarisnya berbalik dan mengangguk sopan pada Aiden dan asisten pribadinya, pria berkacamata.Aiden tengah menghampiri Harry karena namanya dipanggil. Dia melirik wanita di sebelah Harry mengenakan dres hijau polos dipadu mantel abu-abu. Helm keselamatan terpasang di kepalanya.Meski wanita itu tidak berbalik, Aiden masih bisa mengenali siapa wanita itu dari punggungnya. Wanita yang di sebelahnya mengangguk hormat menguatkan asumsi Aiden.Sorot matanya berkilau memandang punggung wanita berambut cokelat itu sebelum mendekati mereka dengan wajah tanpa ekspresi. “Tuan Ridley, selamat siang.” Harry buru-buru menyapa Aiden.Aid
Mereka pun telah selesai makan malam bersama. Lily dan Candra melangkah menuju ke arah ruang tamu. Sementara itu Aurelio sudah terlelap di kamarnya. Candra sengaja menemani putra tunggal Hugo hingga ia terlelap agar dirinya bisa pergi meninggalkan Aurelio tanpa merasa terbebani oleh rasa bersalah, karena sang putra tak ingin melepaskannya. “Candra apakah kamu yakin tetap balik hotel malam ini? Sudah larut malam Candra, apa tidak sebaiknya besok pagi-pagi sekali kamu kembali ke hotel. Kurasa belum terlambat jika kamu memang akan kembali besok ke Italia.” Ucap Lily seraya melangkah di sisi Candra. “Sekali lagi aku minta maaf Bibi Lily. Aku harus kembali malam ini ke hotel, jika aku harus menginap malam ini di sini dan kembali pagi harinya ke hotel, rasanya aku tak punya banyak waktu untuk berberes-beres barang-barangku yang berada di hotel, karena besok pagi aku harus segera berangkat ke Italia.” Jelas Candra menanggapi tawaran dari nyonya Wallington. “Ya sudah. Jika memang demikian,
Lily mengerucutkan bibirnya melihat sikap dingin Hugo. Dia menatap Candra dan menepuk lengannya menenangkan.“Jangan berkecil hati. Hugo selalu seperti ini.”Candra mengangguk, dia tidak mengambil sikap dingin Hugo, apalagi setelah mendengar kata-kata Aurelio bahwa Hugo menyimpan foto dirinya.Lily menyruh pelayan menyiapkan camilan ringan dan menghabiskan waktu mengobrol bersama Candra dan bermain dengan Aurelio.Sepanjang hari itu Hugo tidak turun dan berada di ruang kerjanya. Entah dia sengaja untuk menghindari Candra atau pria itu memang seperti itu. Candra tidak terlalu memikirkannya. Dia menikmati bermain dengan Aurelio. Candra tampak bahagia ia menikmati kebersamaannya bersama Aurelio di rumah Hugo Wallington. Meskipun Hugo terlihat cuek tak mengacuhkannya, namun Candra tidak mempedulikannya.Ia justru semakin akrab dan dekat dengan putra tunggal CEO berwajah tampan tersebut.Lily menyukai Candra, setelah melihat ketika Candra begitu pintar mengambil hati cucunya. Ini peluang te
“Tidak kok nyonya. Aku tidak memikirkan apapun, dan aku baik-baik saja kok nyonya,” ucapnya kembali berbohong menutupi jika sesungguhnya pikirannya justru melayang ke arah Hugo berada.“Candra. Aku minta maaf, jika selama ini sikapku sudah sangat keterlaluan padamu. Aku sadar, seharusnya aku tak memperlakukanmu seperti itu, hingga akhirnya kamu pergi meninggalkan putraku Hugo. Aku berharap kamu bisa memaafkanku Candra, meskipun aku akui kesalahanku mungkin sudah terlalu besar terhadapmu.”Candra tak menyangka, jika nyonya Wallington bisa berkata demikian padanya. Mengakui kesalahannya dan meminta maaf atas kesalahan yang pernah ia lakukan terhadap Candra.Candra menyentuh tangan nyonya Wallington, seraya menganggukkan kepalanya pelan. Candra tersenyum begitu juga dengan nyonya Wallington.“Iya nyonya. Aku sudah memaafkanmu nyonya, jauh sebelum nyonya minta maaf padaku,” jawab Candra seketika membuat nyonya Wallington berbinar-binar wajahnya.“Sungguhkah? Kamu memaafkanku Candra..? Kam
"Ya, ibu bantu cari pengasuh yang lebih kompenten.”“Kamu tidak butuh pengasuh untuk Aurelio, tapi seorang ibu untuk anakmu,” ujar Lily melirik Hugo dengan hati-hati.“Ibu ....” Hugo menatap ibunya tidak suka topik itu di bahas lagi.“Kamu tidak berniat mencari ibu untuk Aurelio? Apa karena kamu tidak bisa melupakan Candra?”Hugo terdiam, pikirannya kembali memikirkan Candra. Wanita itu memperlakukan Aurelio dengan baik saat itu dan dia pula yang menemukan putranya.Hugo menggelengkan kepala mengusir bayangan gadis itu dan berpura-pura mengetik sesuatu di laptop. "Aku sibuk, tolong tinggalkan aku, Bu.”Lily mendesah pasrah dan meninggalkan Hugo untuk mengurus pekerjaannya.....Beberapa hari kemudian sejak pertemuannya dengan Paman Hugo, Candra masih tidak memiliki keberanian mencari pria itu.Gadis berparas manis itu, bolak-balik tak jelas dan gelisah di ruang tamu kamar hotelnya seolah-olah mengukur ruang luas di kamar hotel tempat ia menginap selama berada di kota tersebut. Pikira
Candra merasa sedih atas sikap Hugo Wallington bersikap dingin dan mengabaikannya. Dia meninggalkan taman hiburan dan kembali ke hotel tempat dia menginap. Candra gelisah terus memikirkan pertemuannya dengan Hugo. Dia berusaha menahan diri untuk tidak mencari tahu tentang pria itu selama lima tahun sejak dia meninggalkannya. Pada akhirnya dia tidak bisa menahan keinginannya dan menelepon seorang asisten yang mengurus semua keperluannya. Dia menyuruh asistennya mencari tahu tentang Hugo selama lima tahun ini. Setelah itu Candra menunggu informasi dari asistennya semalaman. Beberapa jam kemudian asistennya datang ke kamar hotelnya. “Bagaimana, Vivi?” Candra bertanya gelisah meraih tangan wanita itu. “Nona muda, Tuan Wallington tidak pernah menikah, tapi dia memiliki seorang anak yang sampai saat ini masih dia sembunyikan dari mata publik. Ibu dari anak itu, mantan pelacur Tuan Wallington meninggal saat melahirkan.” Mata Candra melebar, jantung berdegup kencang merasa senang karena
“Kamu tidak usah takut dengan kakak. Kakak tidak jahat kok, jadi adik kecil jangan menangis lagi ya. Tenang saja, Kakak akan bantuin kamu kok.” Candra terus mengajak anak kecil tersebut berbicara, meskipun ia tetap bungkam tak mau bicara sepatah kata pun.“Ayo sini..! Ikut dengan kakak. Kita cari keberadaan orang tua kamu ya,” ujar Candra mengulurkan tangannya pada anak kecil itu.Anak itu seolah mengerti dan menghapus air matanya. dia mengulurkan tangan kecilnya meraih tangan wanita di depannya.Candra tersenyum hangat meremas tangan kecilnya. Dia pun menggendong dan mengajaknya menuju ke arah ruangan bagian informasi. Candra berpikir jika anak tersebut adalah anak hilang, mungkin dengan bantuan bagian informasi dapat mempertemukan kembali anak kecil yang terpisah dari orang tuanya bisa berkumpul lagi dengan keluarganya.Anak kecil tersebut saat ini berada dalam gendongan Candra tidak menangis dan memeluk leher Candra saat dibawa masuk ke pusat informasi taman hiburan.Candra mendeka
Lima tahun kemudian.Langit biru cerah dan angin bertiup lembut. Taman hiburan tampak hidup dan meriah.Gadis itu memandang langit musim panas dan memejamkan mata menikmati sinar matahari bersinar cukup cerah.Dia cantik berada di usia muda 25 tahun, kecantikannya mekar dengan indah. Jejak naif dan polos seorang gadis memudar dengan kecantikan wanita dewasa. Dia menarik perhatian beberapa pria yang lewat.Candra memuka mata, memperlihat matanya yang cerah dan cemerlang, namun menyimpan jejak kesedihan.Lima tahun telah berlalu, kota ini tak begitu banyak perubahannya. Kerinduannya begitu besar terhadap kota ini, begitu banyak kenangan yang tak mudah dilupakan di sini. Candra telah kembali ke kota di mana dulu ia memiliki story dan kenangan yang begitu membekas untuk dirinya.Bagaimana kabarnya kamu paman Hugo?Pasti saat ini dia sudah bahagia menikah dengan perempuan itu.Candra mendesah. Tak ada gunanya lagi mengingat semuanya jika saat ini paman Hugo sudah menjadi milik perempua
Candra tidak menjawab, dia menatap bibir tipis Hugo sebelum menundukkan kepala mencium bibirnya. Ciumannya agak grogi dan gugup. Hugo merasa terkejut. Sudah lama sekali Candra tidak mengambil inisitif menciumnya. Tapi dia tidak membalas ciuman Candra dan menahan keinginannya untuk melumat bibirnya menggoda. Dia harus memberinya pelajaran hari ini. Merasa Hugo tidak membalas ciumannya membuat Candra agak cemas dan malu. Tapi Hugo tidak mendoronya. Candra agak berani memperdalam ciumannya, bibir menghisap bibir bawah pria itu dan menyapu lidahnya di sepanjang bibir Hugo. Hugo mengerang pelan dalam bibirnya, tangannya mencengkeram pinggang ramping gadis itu. Candra semakin berani menyelipkan lidahnya menggoda bibir Hugo, tanganya mengusap-ngusap dada pria itu dengan gerakan menggodanya. Pinggulnya mengosok pangkal paha Hugo, menggoda ‘junior’ pria itu. Napas Hugo semakin dalam, dia mengcengkeram pinggang gadis itu semakin erat. Salah satu tangannya meremas pantat Candra di balik cel
“Tidak,” balas Candra serak dan menundukkan kepala agar Hugo tidak melihat dia menangis.“Benarkah?” Hugo meraih dagu gadis agar mendongak menatapnya. Dia melihat mata Candra berkaca-kaca dan basah. “Kamu menangis? Mengapa kamu menangis?” tanyanya dengan kening berkerut.Candra menggelengkan kepala. “Tidak, aku hanya mengantuk kok.”Candra mengusap matanya dan berpura-pura menguap. “Aku tidak tidur nyenyak semalam dan bangun pagi-pagi sekali untuk membuat bubur.”Hugo menatapnya lekat-lekat seolah mencari kebohongan dari mata gadis itu.Candra menguap hingga air matanya keluar. “Aku mengantuk. Bangunkan aku jika makan malam sudah selesai ....” Lalu dia dengan hati-hati memeluk pinggang Hugo agar menekan luka di perutnya dan bersandar di dada Hugo. Matanya terpenjam, dalam hitungan beberapa menit, dia sudah tertidur.Hugo mengamati gadis yang tertidur itu dan mendesah memeluk kepalanya di dadanya. Dia mencium kepala Candra dan memejamkan mata mencoba untuk tidur.Satu jam kemudian, Hug