Tak lama kemudian Candra datang mengantar pesanan mereka. Dia sesaat cemburu melihat pemandang sosok Hugo yang tampan dan Liera yang anggun duduk berhadapan. Mereka terlihat seperti pasangan yang sempurna. Mereka juga memiliki latar belakang yang sama.Candra menekan perasaan cemburu dan mendekati meja mereka dengan senyum bisnis.Hugo mendongak ketika Candra meletakkan pesanan mereka di atas meja.Candra tersenyum manis meletakkan segelas cappucino pesanan Hugo di depan pria itu.“Selamat menikmati kopi buatanku, Paman Hugo,” ujarnya dengan senyum ceria memandang Hugo dan tidak melirik wanita yang duduk di depan Hugo.Hugo tersenyum sedikit pada gadis itu. “Jangan bekerja terlalu keras. Kamu harus belajar dengan giat,” ujarnya dengan suara lembut.Candra mengangguk dengan antusias, senang Hugo menanggapinya dan tidak mengabaikannya setelah sebulan ini menghindarinya.Liera mengerut kening melihat interaksi mereka. Hugo terlihat lebih ramah di depan Candra di bandingkan dengannya. Di
“Aku akan menjadi calon istrimu, tentu harus membantu Candra. Aku bisa menyayangi dia seperti kamu juga menyayangi Candra,” balas Liera dengan senyum lembut,.“Jangan mengambil kesimpulan tentang perasaanku. Dan kamu hanya salah satu dari daftar calon istriku. Jaga sikapmu,” balas Hugo acuh tak acuh.Ekspresi Liera menjadi murung, dia mengepalkan tangannya di bawah meja. dia dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya dengan sedih dan hati-hati menatap Hugo.“Maafkan aku jika sudah lancang mencampuri urusan pribadimu, aku akan minta maaf pada Candra jika aku mengatakan sesuatu yang salah padanya.”“Lupakan, jangan ganggu dia.”Liera hanya tersenyum dan dengan cepat mengubah topik pembicaraan. Dia tidak ingin mengakhiri kencan buta mereka dengan cepat atau berpisah dengan buruk. Dia sudah menunggu kesempatan ini sebulan. Hugo orang yang sangat sibuk. Dia senang pria itu tidak langsung pergi setelah dia menyinggungnya yang berarti dia masih menghargainya.Suasana hati Liera berubah dengan c
Seorang pria keluar dari mobil dan memanggil Candra.“Paman Andrew, mengapa kamu di sini?” Candra memandang Andrew, sekretaris Hugo penuh harap.“Nona Candra, masuklah. Kami akan mengantarmu ke asrama,” ujar pria itu dengan sopan.Kami? Berarti ada Paman Hugo di dalam mobil?Candra mengangguk terlalu gembira menuju ke kursi penumpang seolah melupakan kehadiran Lorcan.Dia membuka pintu samping mobil penumpang dan melihat pria yang duduk di sisi lain kursi penumpang dengan posisi anggun memandang keluar kaca jendela.“Paman Hugo!” Dia duduk di sebelah kursi penuh penumpang dengan wajah excited seperti anak kecil. Dia sangat ingin melemparkan dirinya memeluk paman Hugo.Pria itu menoleh dengan wajah tampak ekspresi. Ekpsresinya sedikit melembut melihat wajah gadis muda itu memerah dengan senyum merekah di wajahnya yang cantik. Tatapannya turun ke mantel besar yang dikenakan Candra.“Di dalam mobil hangat, untuk apa pakai mantel?” Dia berkata dengan suara tanpa emosi.Padahal dirinya jug
Andrew melirik mereka dari kaca spion mobil sebelum mengalihkan pandangannya ke depan dan membantin melihat kedekatan mereka.“Candra ....” Hugo mendesah dengan suara berat mendorong gadis itu dan menarik lengannya dari pelukan dadanya.Candra menolak melepaskannya. Dia tahu dirinya sudah melewati batas dan tidak tahu malu. Tapi sejak kejadian malam itu, mereka sudah melewati batas antara anak asuh dan paman. Untuk apa malu? Dia sudah kehilangan kepolosannya pada pria yang dicintainya. Kapan lagi dia begitu dekat Paman Hugo-nya. Dia takut setelah ini Hugo akan menjauh lagi.Hugo menyerah mendorong gadis itu menjauh saat merasakan cengkeramnya dan membiarkan Candra bersandar di bahunya.Candra senang Hugo tidak mendorongnya menjauh lagi dan bersandar dengan manja di bahu pria itu“Siapa pemuda itu?”Candra menoleh dengan ekspresi bertanya. “Apa?”“Pemuda yang berbicara denganmu di depan kafe.”“Oh, itu ... dia ketua kelasku, Lorcan Mars.”“Apa kamu dekat dengannya?”“Hm, dia selalu m
Candra tidak ada jadwal mata kuliah pagi dan memanfaatkan waktunya untuk tidur sampai siang. Semalam dia begadang untuk mengerjakan tugas kuliah hingga tidur larut malam.Waktu berlalu ketika jam kuliah siang masuk. Dia masuk ke kelas ketika seseorang menyenggolnya dari belakang cukup keras, hampir membuat Candra jatuh tersandung ke depan.“Hei!” protes Candra ketika orang itu melewatinya begitu saja tanpa meminta maaf.Dua orang gadis itu meliriknya dengan tatapan sinis tanpa mengucapkan sepatah kata pun permintaan maaf dan menuju ke salah meja di kelas.“Hei kamu!” Candra sangat kesal diabaikan tanpa perminta maaf. Dia memandang ke sekeliling dan dia menyadari suasana dalam kelas itu tampak aneh.Teman-teman sekelasnya menatapnya dengan tatapan aneh dan berbisik ketika dia tidak melihat. Para gadis menatap dengan sinis dan menghina, sementara laki-laki menatapnya dengan tatapan tidak senonoh yang terang-terangan dan berkata sesuatu pada temannya yang tidak bisa didengar Candra, seb
“Memangnya tidak boleh jika aku punya Paman yang kaya? Kamu juga bilang keluarga pamanmu kaya, apa kamu juga jadi simpanan pamanmu?” jawab Candra mencibir.“Kamu—!” Amy berdiri dengan marah.“Cukup Amy!” Potong Lorcan menghentikan perdebatan mereka.“Jika yang kalian maksud orang yang mengantar Candra semalam, aku kenal orang itu. Dia memang paman Candra,” lanjutnya dengan tegas membersih nama Candra.“Lorcan, aku tahu kamu baik. Tapi kamu tidak perlu berbohong untuk membela dia. Reputasi mahasiswi di kelas hancur gara-gara dia,” seru Amy kesal dan cemburu.“Aku tidak berbohong, aku memang bertemu Paman Candra kemarin di depan tempat kerja Candra. Sebagai teman sekelas, kita seharusnya membela Candra dan membantah rumor itu. Jika kalian hanya diam saja serta membiarkan orang lain dan ikut serta menuduh Candra, tidak heran orang lain akan memandang remeh kalian,” balas Lorcan dengan ekspresi tegas menatap teman-teman sekelasnya.Tidak ada yang berani membantah Lorcan. Semua orang diam
Candra membeku mendengar Liera tahu tentang latar belakangnya. Dia menjadi marah mendengar ucapan terakhirnya dan memukul meja marah.“Jangan bicara sembarang, paman Hugo tidak akan membuangku!” serunya merasa cemas dan panik dalam hati. Ucapan Liera sedikit mempengaruhinya.Orang-orang di kafe menoleh karena suara teriakan Candra cukup keras, tapi kedua orang itu tidak peduli dan saling memelototi.Liera menyeringai. “Memangnya kamu siapa bagi Hugo? Putrinya? Adiknya? Jika dia peduli padamu sedalam itu, mengapa kakakmu hanya menjadi supir dan pengawalnya? Kamu bahkan bukan anggota keluarga Wallington, beraninya kamu dan kakakmu menempel pada Hugo seperti parasit.”Mata Candra memerah ingin membantah tapi tidak menemukan kata-kata untuk membantah ucapan Liera. Dia hanya menggertakkan gigi. “Kami bukan parasit. Paman Hugo sudah seperti keluarga.”Namun Liera tidak peduli dengan pembelaanya.“Dengar gadis kecil, aku akan menjadi calon istri Hugo. Aku tidak peduli kamu anak adopsi atau
Marcus mengangguk. “Ya, aku kenal Nona Muda Walton, dia calon istri bosku.”....“Apa sih yang sudah kamu lakukan pada Nona Muda Walton?!” Marcus menatap tajam adiknya setelah mengompres memar di pipinya di bangku salah satu taman.Candra menunduk dengan ekspresi bersalah.“Aku tidak menyukai wanita itu. Dia munafik, dia tidak cocok dengan Paman Hugo,” bisiknya dengan suara pelan.“Bukan berarti kamu bisa meracuni minumannya dengan obat pencahar, apalagi Nona Muda walton adalah calon istri Tuan Hugo!” Marcus berusaha agar tidak membentak adiknya.Candra mengangkat wajahnya dengan ekspresi penuh keluhan, tapi tidak mengatakan apa-apa. Dia menelan apa pun yang ingin dia katakan pada saudaranya.Marcus meraih pundak adiknya dengan ekspresi tajam, “Candra, katakan padaku ... kamu tidak jatuh cinta pada Tuan Hugo, kan?”Mata Candra berkaca-kaca dan membalas dengan lantang. “Ya, aku jatuh cinta pada Paman Hugo. Aku cemburu dan tidak suka Paman Hugo dekat dengan wanita lain. Aku tidak mau Pa