“Kau mengira aku akan takut dengan apa yang kau lakukan itu? Kau itu hanyalah seorang gadis polos yang baru pertama kali memegang senjata api, mana mungkin kau bisa menggunakannya?” Arel memandang memang kepada Cantika, ia pun sambil tertawa kecil.
Akan tetapi, Cantika melihat ketakutan di balik suara tawa Arel. Sehingga ia menjadi semakin ingin melangkah lelaki itu untuk mengulur waktu.“Ya memang benar baru pertama kali aku memegang senjata api seperti ini, tapi tetap saja kalau hanya menarik pelatuk ini aku bisa melakukannya. Tentu saja mungkin aku bisa salah sasaran, misalnya yang awalnya mengancam tetapi menjadi langsung membunuhmu karena tertembak bagian kepala.” Cantika mengarahkan senjata api itu ke arah kepala Arel.Memang sebenarnya gadis itu sangat takut untuk menarik pelatuk senjata api yang berada di tangannya ini. Akan tetapi, Cantika sedang berusaha supaya mereka bisa mengulur waktu menunggu Jeremy datang kemari untuk menolongSemua orang yang hanya meninggalkan gudang, menjadi meninggalkan rumah itu. Mereka semua sekarang berada di luar. Akan tetapi, ternyata Jeremy masih saja belum keluar dari sana. Membuat Andika menjadikan panik, ia menyusul masuk untuk mencari Jeremy.“Tuan, jangan masuk ke sana! Biarkan kami yang masuk!” rengek bawahan Andika.“Tidak. Cukup aku saja yang masuk, aku tak mau lagi ada korban jiwa. Jadi kalian tunggu di sini, aku akan kembali dengan cepat.” Andika melangkahkan kakinya masuk ke dalam.Tidak ada yang bisa menahan lelaki itu untuk masuk ke dalam menjemput Jeremy. Cantika pun hanya diam sambil duduk berjongkok di tanah, ia tak kuasa melakukan apapun selain menjaga jarak dari rumah besar tersebut.Karena gadis tersebut takut untuk mati, ia masih perlu menjaga sang ayah yang terbaring koma di rumah sakit. Namun, di dalam hati Cantika pun merasa sangat khawatir dengan suaminya itu. “Semoga d
“Bagaimana cara kalian menjaganya? Sehingga tidak tahu kalau dia bunuh diri!” Andika menyugar rambutnya kasar, tak habis pikir apa yang dilakukan bawahannya.Bawahannya itu terdiam tak dapat mengatakan apapun, karena tahu kalau bersalah telah mengabaikan tahanan yang seharusnya dijaga dengan benar.Padahal Andika belum mengintrogasi Diana, tetapi ternyata gadis itu sudah memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Mungkin karena tahu kalau seseorang tahanan akan disiksa jika tidak menjawab pertanyaan dengan benar.Cantika menatap suaminya yang terlihat gelisah, ia tahu apa yang dirasakan oleh Andika saat ini. Apalagi kalau Arel mengetahui Diana telah tiada, pasti lelaki itu akan mengamuk membabi buta. Saat mencari saja Diana saja, Arel berani menyerang kediaman mereka. Apalagi kalau mengetahui gadis yang dicari telah tiada lantaran mengakhiri hidupnya sendiri mungkin akan lebih parah lagi. Entah sebenarnya apa hubungan mereka b
“Kenapa kau memandangku seperti itu, Cantika? Apa kau mengira aku adalah hantu?” Diana tersenyum tipis memandangi Cantika.Cantika terus memandang tak percaya kepada Diana yang berdiri di depannya. Ia menatap dari bawah ke atas, memastikan kalau penglihatannya sekarang memanglah tidak salah.“Aku masih hidup, kau lihat sendiri kan kakiku menginjak tanah.” Diana menunjuk kakinya sendiri dan beberapa kali menghentakkan kakinya. “Tapi apa yang terjadi? Bukannya kau sudah mati?” Cantika terus menatap Diana lekat, hatinya masih tak percaya dengan apa yang dilihat sekarang. “Aku sudah mati? Mana mungkin aku mati semudah itu, Cantika!” Diana tertawa keras, suara tawanya bahkan menggema di dalam ruangan itu.“Tapi aku dengar sendiri dari bawahan Andika kalau kau bunuh diri!” ucap Cantika masih tak percaya. “Kematian itu paling mudah dimanipulasi, selama kau memiliki uang disitulah kau memiliki kuasa.” Di
Andika baru saja tersadar kalau Cantika tidak berada di sekitar mereka, membuat ia menjadi mencari-cari gadis tersebut di sekeliling tempat yang kemungkinan sang gadis berada di sana.Tak diduga oleh Andika seorang gadis yang mirip dengan Cantika berlari untuk mendekatinya. Padahal kalau Cantika tidak mungkin melakukan itu, gadis tersebut terlalu pemalu untuk berlari mendekatinya dan memeluk di tengah orang banyak.“Ada apa denganmu?” Andika menatap penuh selidik kepada gadis yang berada di depannya.“Aku tadi hampir saja diculik oleh seseorang di sana, tapi tidak tahu siapa.” Gadis itu memeluk Andika dengan erat, ia menunjukkan ke arah gerbang.“Kau Cantika kan?” Andika malah bertanya identitas gadis yang berada di depannya sekarang.“Ya Tuhan, tentu saja aku adalah Cantika! Lantas kalau aku bukan Cantika, lalu siapa lagi?” Cantika mengerutkan dahinya, ekspresi wajahnya terlihat heran dengan perkataan Andika.
“Apa kau sudah gila?” Maura menarik tangannya dengan kuat dari bawah kaki Andika. Gadis itu terus menangis kesakitan, lantaran tangannya terus mengeluarkan darah segar dan belum lagi bagian pecahan kaca menempel di sana.“Aku kan sudah bilang kalau aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan! Salah siapa kau lancang memasuki kamarku dan ingin menurunkan bingkai foto yang sudah tergantung di sana!” Wajah Andika sangat memerah dan terlihat urat lehernya yang menonjol, pertanda kalau ia sangat marah.Maura sangat terkejut mengetahui kalau wajah Andika tak setampan hatinya. Lelaki itu bahkan tak mengedipkan matanya sama sekali saat memperlakukan dirinya dengan kasar, padahal ia adalah seorang gadis yang lemah. Akan tetapi, lelaki tersebut seakan tak mentoleransi kesalahan apapun, walaupun yang bersalah adalah seorang gadis seperti dirinya.“Kau hanya masuk ke kamar ini sekali, bukan berarti kalau aku sudah menerimamu sebagai istr
“Hei kau mendengar apa yang aku katakan? Hello!” Maura mengibaskan tangannya di depan wajah Jeremy, karena sedari tadi lelaki berkacamata itu melamun.“Maaf saya sedikit melamun, mungkin karena terlalu lelah sekali.” Jeremy cepat-cepat menyelesaikan mengobati Cantika palsu. “sudah selesai! Kalau begitu, saya pergi dulu dari sini karena ada urusan pekerjaan.”Jeremy segera pergi meninggalkan Maura seorang diri, ia ingin cepat-cepat meninggalkan gadis tersebut supaya tidak memikirkan hal lain.Maura tersenyum kecut melihat Jeremy yang pergi meninggalkan, ia merasa kalau lelaki itu hanyalah beralasan saja supaya bisa meninggalkannya seorang diri. “Yang satunya galak, satunya lagi malah menyebalkan sekali. Belum juga apa-apa, sudah pergi,” ucap Maura menggerutu seorang diri. Gadis itu memandangi tangannya yang dibalut perban dengan rapi oleh Jeremy, seketika senyuman terukir di bibirnya. Maura terus mengelus perban tersebut. “Tapi
“Aku tidak sadar kalau aku tertidur, tapi kapan, ya?” Maura menggeliatkan tubuhnya, ia menjadi merasa lebih segar saat sudah tertidur.Akan tetapi, terdengar ketukan di pintu pertanda kalau ada seseorang yang ingin masuk kemarin. Membuat gadis itu perlahan turun dari ranjang, menuju ke arah pintu. “Siapa, ya?” Maura membuka pintu perlahan, di sana terlihat wajah Jeremy. Saat melihat Maura, wajah Jeremy terlihat tersipu malu. Lelaki itu beberapa kali berdehem, tetapi tidak kunjung mengatakan apa yang ingin dikatakan sehingga datang kemari. Maura mengerutkan dahinya, ia menatap bingung ke arah lelaki berkacamata di depannya ini. “Ada apa kau kemari?”“Tuan berkata ingin makan malam bersama dengan Anda, Nona. Itulah sebabnya saya datang kemari.” Jeremy memalingkan wajahnya, ia terlihat malu-malu di depan Cantika palsu.Maura yang masih belum sepenuhnya sadar, ia hanya menganggukkan kepalanya.Jeremy terlihat masih tidak ingin pergi dari sana, membuat ia menjadi menatap ke arah lelaki
Andika menatap tajam kepada Maura, akan ingin menelan gadis itu hidup-hidup. “Kau tidak menjawab pertanyaanku tadi, cepat katakan apa yang aku dengar tadi salah ataukah benar?” Andika bertanya dengan menatap tajam orang yang ada di depannya.Maura menjadi memikirkan alasan apa yang ingin dikatakan kepada lelaki berada di depannya ini. Akan tetapi, belum juga ia memikirkan perkataan apa yang ingin keluar dari mulutnya, Jeremy sudah mendekat kepada sang tuan.“Tuan, Anda hanya salah mendengar saja. Karena Nona tidak mengatakan apapun,” sela Jeremy, ia terlihat sangat khawatir dengan Maura.Maura merasa menjadi gadis yang istimewa, diperebutkan oleh dua lelaki tampan di depannya ini. Sehingga ia menjadi terus tersenyum sedari tadi. “Kau kemari. “Andika melambaikan tangannya kepada Maura supaya mendekat kepadanya. Maura malah bingung, ia pun menunjuk dirinya sendiri supaya tidak salah menduga.Sementara Andika, lelak
Andika menendang pintu rumah Kartika dengan kuat sampai membuat pintu tersebut terbuka lebar. Terlihat di sana perempuan itu sedang memakai masker wajah dan hanya menggunakan jubah mandi saja duduk di ruang tamu. “Kalau masuk seharusnya ketuk dulu pintunya, jangan malah didobrak seperti itu.” Kartika melepas timun yang berada di matanya, ia terlihat tenang menatap Andika. “Untuk apa aku mengetuk pintumu? Sedangkan aku datang kemari bukan untuk berbicara baik-baik!” Andika mendekat dan menarik jubah Kartika supaya perempuan itu berdiri. Akan tetapi, tak diduga oleh Andika Kartika terlihat sangat tenang sekali, tidak ada raut ketakutan yang terukir di wajah perempuan tersebut. Sehingga membuat ia menjadi merasa sangat heran sekali. “Lepaskan dulu!” Kartika menepis tangan Andika dengan kasar, tetapi tak kunjung membuat lelaki itu melepaskan cengkraman.“Katakan dulu di mana Cantika! Aku sangat yakin kalau kau yang menyembunyikannya!” Mata elang Andika menatap penuh mengintimidasi kep
Andika yang bagus saja pulang dari bekerja merasa sangat lelah sekali. Alhasil ia ingin menemui Cantika supaya bisa menghilangkan rasa penat dirasa. Akan tetapi, sudah mencari kesana-kemari gadis kecil tersebut tidak berada di manapun. Andika menjadi melangkah untuk mencari keberadaan Cantika. Lelaki tersebut membuka semua ruangan yang berada di dalam kediamannya, tanpa terlewat satu pun sampai di tempat terakhir, yaitu kamar Maura.Kamar Maura yang tidak dikunci membuat gadis di dalamnya menjadi terkejut dan langsung beranjak dari duduknya saat pintu dibuka tanpa permisi. Ia terlihat takut-takut menatap ke arah Andika, lantaran ekspresi dari lelaki itu sangat berbeda dari biasanya. Yaitu lebih dingin dan kejam. “Ke mana Cantika? Aku sudah mencarinya di seluruh kediaman ini, tetapi dia tidak kunjung terlihat di manapun!” Andika menatap penuh selidik kepada Maura. Maura menjadi gelagapan lantaran yang merasa terkejut karena s
“Tidak mungkin! Anda pasti berbohong kepada saya!” Cantika menggeleng kepalanya pelan sambil semakin derasnya linangan air mata.Kartika tersenyum tipis menatap Cantika. “Mulutmu berkata tidak percaya, tetapi hatimu malah membenarkan apa yang aku katakan.”Cantikan menyentuh kedua pipinya yang sekarang sudah basah akibat linangan air mata semakin deras. Ia dengan cepat mengambil tisu yang berada di depan mata.“Dia memang yang menabrak ayahmu, coba kau tanyakan saja kepada dia. Tapi pasti dia akan berbohong kepadamu, karena orang seperti dia mana mungkin mengakui kesalahannya dengan mudah seperti itu.” Kartika menepuk pundak Cantika, ia pun kemudian pergi menjauh dari sana.Karena Kartika tahu sekarang sudah hampir lima menit, membuat ia memilih untuk pergi lebih awal, supaya tidak ketahuan oleh para penjaga Cantika. Saat perempuan tersebut melewati satu meja, ia menatap dan menganggukkan kepala kepada orang yang duduk di sana.Orang itu
Cantika membelalakkan mata menatap Kartika yang sekarang berdiri di depan matanya. Namun, seketika ia baru saja teringat kalau perempuan itu dilarang untuk mendekati dirinya. “Bukankah Anda dilarang untuk bertemu dengan saya, tetapi kenapa Anda malah mengatakan omong kosong itu supaya saya datang kemari?” Cantika menaikkan sebelah alisnya menatap ke arah Kartika. Kartika berdecak kesal mendengar hal itu, karena ia merasa kalau Cantika mengira adalah seseorang yang pantas untuk ia temui, padahal nyatanya tidak seperti itu. Semuanya ia lakukan untuk dirinya sendiri, perempuan tersebut tidak peduli apapun yang terjadi kepada gadis kecil itu. Hanya saja Kartika harus menahan diri, supaya tidak terlalu terlihat kalau ia sekarang disuruh oleh Jack dan tentu saja tujuannya ingin mendapatkan Andika, sumber uang yang tak akan pernah habis. “Sebaiknya kita duduk dulu di sana, karena aku sudah memesan tempat khu
Mata Cantika menjadi berkaca-kaca menatap isi pesan tersebut, sehingga ia tanpa sadar menjatuhkan bulir bening dari kedua sudut matanya. Dengan cepat ia menyeka, lantaran ia sadar kalau pesan dari orang tak dikenal itu bisa saja hanyalah kebohongan belaka.Akan tetapi, Cantika tetap saja merasa kalau kepikiran dengan pesan tersebut. Sehingga mulai membuat ia menjadi terus melamun. “Kau kenapa? Bukankah kau seharusnya sangat senang karena sudah habis berbelanja?” Andika menatap lekat ke arah Cantika yang berada di sampingnya.Karena sekarang malam hari, mereka sedang tidur bersama di satu ranjang yang sama. Andika jadi melihat kalau Cantika terus saja melamun sedari tadi, padahal dirinya tahu kalau seorang perempuan pasti akan sangat suka sekali berbelanja sama seperti Kartika. Kartika saja sangat senang sekali setiap habis berbelanja, sehingga perempuan tersebut menjadi bersikap manis kepadanya, tetapi Cantika malah sedari ta
Maura menjadi gelagapan melihat Cantika yang tiba-tiba pingsan. Alhasil ia tak bisa berpikir jernih dan malah menjadi mondar-mandir lantaran merasa bingung melakukan apa kepada gadis pingsan di depan mata. Ingin memanggil seseorang untuk meminta bantuan, tetapi Maura terlalu takut untuk melakukan hal itu. Alhasil sekarang ia berusaha untuk membawa Cantika dengan susah payah ke ranjang, tak lupa ia pun pergi ke dapur untuk menyiapkan teh panas dan mengambil minyak angin di dalam kamarnya sendiri. Saat Maura masuk ke dalam kamar Cantika masih tak sadarkan diri, membuat ia mengoleskan minyak angin ke perut gadis tersebut dan tak lupa menciumkan aromanya ke hidung. Tak menunggu waktu lama, akhirnya gadis itu tersadar membuat perasaan ia menjadi sangat lega sekali melihat itu.“Sebaiknya kau bangun secara perlahan, karena kau habis pingsan di kamar mandi. Beruntung aku cepat menangkapmu.” Maura membantu Cantika untuk duduk secara perlahan.
Akan tetapi, Jack malah memaksa untuk Kartika mengikutinya masuk ke dalam mobil, membuat perempuan tersebut tidak memiliki pilihan lain sehingga ikut masuk ke dalam “Apa yang ingin kau tanyakan kepadaku? Tanyakan saja!” Jack menatap lekat ke arah Kartika. “Aku hanya ingin bertanya, kenapa kau ingin membantuku? Walaupun hubungan kalian tidak terlalu baik, tetapi kau bukanlah orang yang bisa menghianatinya karena bisnis kalian itu.” Kartika bersedekap dada sambil menatap Jack dengan tatapan penuh selidik.Jack tertawa dengan keras, “Kau ingin aku menjawab jujur atau berbohong?” tanyanya. “Tentu saja jujur. Siapa yang ingin dibohongi oleh seseorang?” ucap Kartika dengan tegas.Kartika terus saja memperhatikan ke arah Jack, karena ia berpikir kalau lelaki itu pasti memiliki sesuatu yang diinginkan. Sehingga membuat ia memilih untuk berhati-hati, takutnya kalau Jack akan meminta sesuatu yang tak dapat dirinya kabulk
Hanya umpatan yang bisa dikatakan Kartika saat i, ia tidak bisa memberikan pelajaran kepada Cantika. Karena setelah apa yang Lisa lakukan tadi membuat Andika menjadi menempatkan dua orang menjaga gadis kecil itu. Akan tetapi, saat perempuan itu ingin mengikuti Cantika lagi. Ada sentuhan di pundaknya, membuat Kartika menjadi ragu untuk menoleh lantaran mengira kalau orang itu adalah penjaga yang menjaga gadis tersebut. “Rupanya sekarang aku ketahuan,” gumam Kartika pelan. “Ketahuan oleh siapa?” Jack yang berada di belakang mengerutkan dahinya Kartika sadar kalau seseorang yang berada di belakangnya bukanlah penjaga yang menjaga Cantika, membuat ia menjadi menoleh menatap lelaki tampan di belakangnya.“Oh, hai, Jack!” sapa Kartika dengan lembut“Kau sekarang baru saja terlihat ramah, tadi padahal selalu mengepalkan tangan dengan wajah yang sangat merah,” ejek Jack dengan tertawa kecil.
Cantika merasakan ada sesuatu yang dingin menyentuh lehernya, ia pun membuka matanya secara perlahan untuk melihat. Pertama kali yang ia lihat adalah Andika sudah menjauh dari dirinya dan lantas membuat gadis kecil itu memegang leher.“Kalung?” Cantika mengerutkan dahinya.“Iya, kalung. Daripada memakai barang yang rusak lebih baik kau memakai itu saja di lehermu.” Andika menjawab sambil menunjukkan cermin kecil kepada sang gadis. Cantika lantas segera mengambil cermin itu, ia pun melihat kalung yang diberikan oleh Andika. Kalung itu sangatlah cantik dan tidak berlebihan di mata, tetapi gadis tersebut tetap merasa sayang kepada kalung yang rusak. Kalau sampai Andika membelikan kalung baru untuknya, berarti keputusan lelaki itu tetap saja untuk membuang kalung rusak tersebut. “Tapi bagaimana dengan kalung itu?” Cantikan menoleh menatap lekat kepada Andika, terlihat guratan khawatir di wajahnya “Te