"Kamu menyia-nyiakan kesempatan, Hamish!" seru Ida kesal pada Hamish di depan Aisyah. Ia sudah tak tahan melihat sikap anaknya yang acuh tak acuh pada Najwa."Kesempatan apa, bu?" tanya Aisyah."Kesempatan untuk merebut hati Najwa lagi!" kali ini Ida berkata ketus pada Aisyah, ia kesal sekali karena Aisyah benar-benar kelihatan kalau ingin menguasai Hamish.Hamish hanya diam, tak berani mengangkat wajahnya karena ia tahu ibunya akan semakin murka."Aisyah memang harus kontrol, kalau makan malam kan bisa lain kali, bu," kata Aisyah membela diri."Kamu tahu gak biaya susu Mufti selama ini siapa yang ngasih? Ya Najwa! Belanjaan kamu yang seabrek kemarin siapa yang bayarin? Ya, Najwa!" seru Ida kesal."Tapi kan uang mbak Najwa juga dari mas Hamish, Bu!" Aisyah kesal karena disalahkan, jadi ia membela diri. Baginya, dia adalah satu-satunya istri Hamish dan kalau Najwa juga mengeluarkan uang untuk Mufti ya wajar, karena Mufti adalah anak mereka juga."Tanyakan pada suamimu kapan terakhir ka
Jacob meminta kunci mobil pada sopirnya yang telah membukakan pintu untuknya. Sebelum sang sopir memberikan kunci mobilnya, sang sopir celingukan dengan wajah bingungnya, apalagi Jacob hanya keluar berdua dengan Najwa, bahkan sekretarisnya tidak boleh ikut. Biasanya, Jacob anti berdua saja dengan perempuan lain, bahkan dengan Angeline sekalipun, Jacob selalu membawa serta sang sopir.“Mana kuncinya!” seru Jacob kesal.“Anu, pak, apa gak sebaiknya sama saya saja?” tanya sang sopirnya yang cemas. Bukan tanpa sebab ia bertanya hal seperti itu, karena setiap tiga jam sekali sang nyonya besar yakni ibu Jacob selalu menghubunginya dan bertanya soal Jacob. Hubungan antara Jacob dan ibunya tak baik apalagi setelah kakek yang Jacob sayangi meninggal dan Jacob kecewa pada ibunya yang tak bisa datang di saat-saat terakhir sang kakek. Meski ibunya menjelaskan bahwa ia tak bisa pulang karena bisnis yang harus dikerjakannya, dan sekarang Jacob membalas hal yang sama pada ibunya, mengabaikan ibunya
"Pak," panggil Najwa dan Jacob menoleh ke arahnya dengan ekspresi dingin setelah mereka keluar dari toko buku, "hmmm, saya bisa pulang sendiri ke toko, pak. Bapak sibuk dan terburu-buru, kan?" tanya Najwa. Ia sungkan jika harus pulang diantarkan oleh Jacob."Saya sedang tidak punya calon istri untuk dinikahi, kenapa saya buru-buru?" jawab Jacob yang membuat Najwa bengong.Eh?Apa maksud ucapan pak Jacob? Aku bilang apa, dia jawab apa.Najwa dibuat langsung mingkem dengan jawaban dari Jacob yang diluar nalarnya itu. Ia benar-benar tak mengerti kenapa bisa Jacob menjawab seperti itu.Najwa akhirnya memutuskan mengikuti Jacob, ia telah kehilangan pembendarahaan kata jika harus berhadapan dengan Jacob. Jadi sepanjang perjalanan pulang ke tokonya, mereka saling diam satu sama lain. Najwa turun dari mobil setelah sampai di tokonya dan kebetulan sekali kalau Aisyah tengah berada di luar rumah, Aisyah sedang belajar jalan di pinggir jalan. Melihat Najwa turun dari mobil, mereka saling panda
Hari-hari Najwa bergulir seperti biasa, ia lebih banyak menghabiskan waktu di toko, membuat kue spesial untuk Jacob dan membantu pegawainya. Bahkan, Najwa jarang tidur di rumahnya dan hanya pulang ke rumah jika ia merindukan kamarnya. Bi Surti pun mengirimkan sarapan ke Najwa kalau pagi, jadi Najwa tak pernah sarapan di rumah bersama suaminya, adik madunya dan ibu mertuanya yang sudah lelah bicara dengan sang putra."Aku lelah, Bu, ibu lihat sendiri kan kalau aku harus berangkat pagi dan pulang malam hari," kata Hamish mengeluh kembali kala ibunya mengingatkannya soal Najwa."Tapi kalian seperti dua orang asing, Hamish," kata ibu Najwa, "ibu gak suka melihat kamu seperti ini, mengabaikan Najwa," kata ibunya."Mau bagaimana lagi? Kita sama-sama kerja, Bu," kata Hamish membela diri. Aisyah mendengar saja, tidak menimpali karena takut ibu mertuanya akan kembali marah dan menegurnya. Hubungan Najwa dan Hamish yang tak harmonis itu membuat Aisyah sangat senang, pasalnya dengan begitu Aisya
Najwa pikir Hamish dan Aisyah akan pergi dengan anak mereka yang bernama Mufti ke acara anniversary tersebut setelah ia menolak untuk menjaga Mufti. Nyatanya, Hamish dan Aisyah tetap pergi bahkan tak pamit pada dirinya. Sebenarnya Najwa sangat kesal, ia merasa Hamish sudah keterlaluan kepadanya, bahkan berani-beraninya membawa Aisyah ke acara penting tersebut. Najwa jadi penasaran apa yang akan dipikirkan temannya yang punya acara, karena istri pak Budi adalah teman semasa mereka masih SMP"Najwa," panggil ibu Hamish lembut pada sang menantu yang pagi itu sarapan dengannya. Biasanya Najwa bahkan enggan sarapan di rumahnya sendiri, ia memilih sibuk di toko setelah salat subuh dan makan di sana karena bi Surti mengantarkan makanan untuknya. Tapi kali ini setelah salat subuh dan mengaji, lalu ke toko sebentar, Najwa pulang ke rumah dan sarapan di rumahnya. Najwa merasa sangat lega karena Hamish dan Aisyah tidak berada di rumah. Mereka berangkat kemarin sore dan belum pulang."Ya, bu?" sa
Aisyah selalu merasa kalau hinaan yang ia terima seharusnya diterima oleh Najwa, ia merasa dia yang lebih berhak atas diri Hamish karena ia adalah cinta pertama Hamish dan Najwa hanyalah pengganti dirinya."Ibu kenapa marah sama kita sih, mas? Namanya ibu muda itu biar gak kena babyblues ya harus sering-sering keluar lah," kata Aisyah mengomel pada Hamish."Wajar ibu kesal karena Mufti ibu yang jaga sedangkan kita senang-senang, sudah berulang kali mas bilang kalau sebaiknya kita kembali saja," kata Hamish yang heran sekali dengan sikap Aisyah yang tak seperti dulu yang manut, baik dan selalu sabar."Ya kan Mufti juga cucunya, lagian mbak Najwa itu juga kan Ibunya Mufti, seharusnya dia seneng donk, sebagai wanita gak bisa hamil-hamil juga padahal udah bertahun-tahun nikah sama kamu dia seharusnya bahagia aku titipin Mufti ke dia. Sapa tahu kan bisa mancing perutnya biar bisa nampung kehidupan baru, kan? Ini malah songong banget gitu," kata Aisyah, Hamish yang menghela napas berat."Bu
Tina kebingungan dengan perintah Jacob, ia menoleh ke arah Jacob dan Najwa yang juga kaget dengan situasinya. Karena tak ada satupun orang yang bergerak, Jacob mengangkat tangannya dan seorang manager datang dengan tergesa-gesa ke arahnya."Pak Jacob, bisa saya bantu?" belum selesai keterkejutan Najwa dan yang lainnya soal perhiasan yang akan diterimanya, kini ia harus kembali terkejut kala manager toko itu mengenal Jacob."Saya mau satu set perhiasan paling mahal di sini dan beberapa kalung juga, mungkin 15 kalung berbeda?" kata Jacob lalu ia menoleh ke arah Najwa,"berapa jumlah pegawai kamu di toko Najwa?" tanya Jacob"Dua puluh sembilan," jawab Najwa yang membuat Prima dan Aisyah kembali kaget atas penuturan Najwa tersebut.b"Bukan lima belas kalung tapi dua puluh sembilan. Tolong carikan segera karena saya gak punya banyak waktu," kata Jacob. Manager itu kemudian mengangguk dan pergi dari hadapan Jacob menuju dua pegawai lainnya dan mereka segera bekerja mencari apa yang Jacob ing
Aisyah berharap dengan memanas-manasi hati Hamish, Hamish akan marah dan langsung menjatuhkan talaq pada Najwa. Aisyah sudah tak sabar hanya ingin menjadi satu-satunya nyonya di rumah Hamish dan merebut kamar mewah Najwa."Ayo kita pulang!" ketus Hamish pada Aisyah yang membuat Aisyah sangat senang karena ia sangat yakin kalau sang suami pasti sedang marah besar pada Najwa.***Sepanjanga perjalanan pulang, Hamish terlihat sangat kesal sekali, ia terbayang-bayang satu set kalung perhiasan yang dibelikan oleh rekan bisnis Najwa pada Najwa. Meski Najwa menolaknya, Hamish merasa pria itu memiliki perhatian khusus pada Najwa dan ia tak menyukai hal itu.Setelah memarkir mobil, Aisyah dan Hamish turun lalu masuk ke dalam. Wajah Hamish yang kesal itu terlihat sekali saat Ida membukakan pintu untuknya dan menantunya.Ida bertanya-tanya apa gerangan yang membuat sang anak kesal, saat menatap Aisyah yang menggendong Mufti, Ida mendapati cincin baru yang melingkar di jari Aisyah, ia yakin cinci