Mata Ida berkunang-kunang kala ia mendengar sendiri kata Talak yang baru saja dilontarkan oleh Hamish ke Najwa. Hal yang paling ia takutkan akhirnya terjadi juga, tapi bukan dari pihak Najwa yang menginginkan perpisahan, melainkan anaknya sendiri yang telah menceraikan Najwa di depannya. Sekarang Ida tak tahu lagi harus tinggal di mana, memang dia punya empat anak yang lainnya tapi semuanya sudah ikut istri atau suami mereka masing-masing dan tinggal satu atap dengan mertuanya. Tak mungkin jika Ida menumpang hidup di rumah besannya, sedangkan dengan Najwa ia tak perlu sungkan pada siapapun karena Najwa tinggal sendirian di rumah besarnya.Tubuh Ida goyang dan hampir ambruk jika saja Najwa tak dengan sigap menopang dirinya. Lagi-lagi hanya Najwa yang refleks menangkap tubuhnya sedangkan sang Putra dan menantunya yang lain hanya berdiam diri saja di tempat mereka baru detik kemudian menghampirinya. Ida semakin tak tega melihat Najwa disakiti oleh putranya sendiri, ia takut kena karma, i
"Najwa, turuti permintaan ibu, jangan biarkan ibu terus berdosa karena melihat ketidakadilan yang dilakukan Hamish padamu," kata Ida dengan mata berkaca-kaca."Sudah Bu, jangan pikirkan hal itu," kata Najwa dengan hati yang penuh haru dan sesak yang mengumpul di dadanya. Satu hal yang membuatnya berat berpisah dari Hamish adalah ibu mertuanya yang baik hati. Ida menggeleng lemah ke arah Najwa."Ibu memiliki anak perempuan, mereka tinggal bersama mertua mereka, ibu hanya tidak ingin anak ibu mengalami hal yang sama seperti yang kamu alami," kata Ida, mata Najwa berkaca-kaca, "kamu sudah bertahan cukup lama, nak, kamu sudah ikhlas dan saatnya kamu berhenti, kamu harus mencintai diri kamu sendiri lebih dulu," kata Ida. Najwa mendekat, ia memeluk Ida dengan seluruh hatinya. Sejak menikah dengan Hamish, Najwa selalu memperlakukan sang mertua sebagai ibu sendiri, membuatnya nyaman tinggal di rumahnya, menuruti kemauannya tanpa bantahan sama sekali.Air mata Ida juga tumpah, ia juga menyayan
"Ada apa, Sarah? Aku sedang ada meeting!" seru Jacob kesal di luar ruangan meeting saat Sarah meneleponnya. Semula Jacob mengabaikan teleponnya yang bergetar beberapa kali sampai akhirnya ada pesan masuk dari Sarah yang menyebut nama Najwa. Seketika itu pula, Jacob gagal fokus dan langsung ijin keluar meeting untuk menelepon Sarah kembali."Maaf, ya sudah kamu lanjutin saja meetingnya, nanti saja kita ngobrol setelah kamu meeting," kata Sarah enteng. Jacob menggeram sebal."Katakan, Sarah!" tekan Jacob dengan suara beratnya. Sarah terdengar tersenyum penuh arti di seberang sana."Ada komisi khusus buat aku loh, ya, jangan lupakan itu!" kata Sarah bermain-main."Katakan!" seru Jacob seraya melirik ke ruang meeting dimana beberapa dewan direksi lainnya seperti sedang berdiskusi dengan materi meeting sebelum ia kembali ke dalam ruangan yang penuh sesak oleh para pemegang saham dan investor itu."Najwa butuh pengacara yang bagus buat perceraiannya dengan Hamish," kata Sarah yang membuat m
“Kamu mau ke mana?” tanya Sarah yang heran saat melihat Jacob panik dan sudah berdiri untuk siap pergi menemui Najwa.“Pasti terjadi sesuatu pada Najwa, kita harus ke sana menolongnya,” kata Jacob dan Sarah menggeleng ke arahnya.“Dia sudah tidak bisa dihubungi, Jacob. Mungkin dia sudah pergi ke Hotel,” kata Sarah yang akhirnya memanggil Jacob dengan namanya saja karena merasa lebih akrab jika diluar konteks pekerjaan.“Kamu tidak cemas dengan temanmu?” tanya Jacob heran dan Sarah menggeleng.“Aku malah cemas sama kamu, takut kamu nikahi Najwa sekarang juga,” kata Sarah.“Jika saja bisa, maka sudah kunikahi dia,” kata Jacob, Sarah hampir saja menyemburkan air yang ada di dalam mulutnya jika saja ia tak buru-buru sadar kalau Jacob adalah atasannya di tempatnya bekerja sekarang.“Susah ngomong sama orang yang lagi jatuh cinta. Najwa gak selemah yang kamu bayangkan, Jacob. Dia sudah survive dari kecil, disaat orang tuanya meninggal dan dia hidup dengan paman dan bibinya, ia sudah melalui
Sarah sengaja mengajak Najwa sarapan di tempat yang ramai pengunjung sampai antri hanya agar membuat Jacob kesal karena menunggu kabar darinya.“Tumben banget sih kamu ngajakin aku makan di tempat rame kayak gini, biasanya males banget buat antri, kan?” tanya Najwa.“Pecelnya terkenal enak, asli orang Madiun yang jualan,” jawab Sarah dan Najwa hanya manggut-manggut saja.Usai memesan dan mendapatkan meja untuk makan, Najwa dan Sarah langsung duduk sembari menunggu pelayan datang membawakan pesanan mereka. Dua nasi pecel, satu dengan lauk empal daging dan yang satu dengan lauk telor dadar disajikan lima menit kemudian. Dua gelas teh tawar hangat juga menjadi pelengkap sarapan Najwa dan Sarah.“Pedes juga, ya,” kata Najwa mencoba pecel miliknya. Sarah mengangguk saja, ia suka makan pecel dan tak mau diganggu saat menyantapnya sampai habis. Rasa pedas, gurih, asam, manis dan asin bercampur jadi satu.Selesai makan, mereka berbincang-bincang sejenak.“Semalam kenapa gak hubungi aku saja?
Sebelum Najwa menceritakan bagaimana biduk rumah tangganya hingga ia mengambil langkah untuk menggugat cerai sang suami, ia menanyakan berapa komisi yang harus ia bayarkan kepada Mauren."Semuanya sudah diatur sama pak Jacob, Bu," kata Mauren yang membuat Najwa kaget dan langsung menoleh ke arah Sarah yang tersenyum hambar ke arahnya. Najwa ingin melayangkan banyak pertanyaan kepada Sarah, tapi ia diam, ia memilih akan mengurusnya nanti.Kemudian Najwa menceritakan bagaimana perasaannya selama menikah dengan Hamish dan perjuangannya mempertahankan rumah tangganya. Lalu pernikahan suaminya yang diam-diam dengan wanita masa lalunya sampai hamil yang baru diketahui oleh Najwa saat suaminya mengalami kecelakaan itu membuatnya syok dan sebenarnya ia ingin segera berpisah dari sang suami. Tak ada hal yang memberatkannya berpisah dari sang suami sejak suaminya ketahuan selingkuh, tapi permintaan sang mertua yang menginginkannya bertahan dalam rumah tangga membuat Najwa mencoba bertahan dan y
Hamish mencoba menghubungi temannya yang menjadi seorang pengacara ketika ia menerima surat dari pengadilan. Ia benar-benar tak bisa berpisah dari Najwa selain karena ia tak tahu harus tinggal dimana setelah berpisah nanti, ekonominya juga sedang tidak baik-baik saja."Besok kita ketemu di cafe langganan kita dulu," kata Hamish saat Aisyah masuk ke kamar dan sempat mendengarnya. "Oke," kata Hamish lagi sebelum akhirnya ia mematikan ponselnya dan memandang istrinya."Ngomong sama siapa, mas?" Aisyah menaruh curiga karena mendengar bahwa Hamish akan bertemu seseorang di luar sana, ia takut kalau Hamish berselingkuh darinya."Daud," jawab Hamish."Daud temen kita yang sekarang jadi pengacara?" tanya Aisyah lagi dan Hamish mengangguk, "mau apa, mas?" tanya Aisyah."Aku akan cerita soal Najwa dan minta bantuan padanya agar aku dan Najwa tidak berpisah," kata Hamish yang membuat Aisyah kesal dan cemburu."Mbak Najwa sendiri yang pergi dari rumah, bukan mas yang menyuruhnya pergi, kenapa men
Aisyah tergesa-gesa memasuki taksi online yang dipesannya di mini market dimana ia meninggalkan motor yang tadi ia gunakan dari rumah.Taksi membawanya menuju hotel tempat dia dan lelaki yang selama ini menjadi selingkuhannya membuat janji. Sampai di sana, Aisyah langsung memasuki hotel dan tak sadar ada sepasang mata yang sedang mengawasinya memasuki hotel. Sepasang mata itu terus menatapnya yang berdiri di lobi hotel sebelum akhirnya seorang lelaki berkulit putih dengan mata sedikit sipit menghampirinya dan mengecup kedua pipinya lalu merangkulnya untuk berjalan bersama menuju lift.Jacob jadi penasaran siapa pria yang sedang bersama dengan Aisyah itu, ia yakin pria yang bersama Aisyah bukanlah kerabat Aisyah, karena kerabat tak akan melakukan kemesraan seperti itu."Terima kasih atas kerjasamanya pak Jacob," kata pria tambun di hadapan Jacob. Jacob mengangguk dan berdiri kemudian lalu menjabat tangan pria itu sebelum pria itu pergi.Jacob kemudian pergi dari hotel tersebut, beberap