"Pak," panggil Najwa dan Jacob menoleh ke arahnya dengan ekspresi dingin setelah mereka keluar dari toko buku, "hmmm, saya bisa pulang sendiri ke toko, pak. Bapak sibuk dan terburu-buru, kan?" tanya Najwa. Ia sungkan jika harus pulang diantarkan oleh Jacob."Saya sedang tidak punya calon istri untuk dinikahi, kenapa saya buru-buru?" jawab Jacob yang membuat Najwa bengong.Eh?Apa maksud ucapan pak Jacob? Aku bilang apa, dia jawab apa.Najwa dibuat langsung mingkem dengan jawaban dari Jacob yang diluar nalarnya itu. Ia benar-benar tak mengerti kenapa bisa Jacob menjawab seperti itu.Najwa akhirnya memutuskan mengikuti Jacob, ia telah kehilangan pembendarahaan kata jika harus berhadapan dengan Jacob. Jadi sepanjang perjalanan pulang ke tokonya, mereka saling diam satu sama lain. Najwa turun dari mobil setelah sampai di tokonya dan kebetulan sekali kalau Aisyah tengah berada di luar rumah, Aisyah sedang belajar jalan di pinggir jalan. Melihat Najwa turun dari mobil, mereka saling panda
Hari-hari Najwa bergulir seperti biasa, ia lebih banyak menghabiskan waktu di toko, membuat kue spesial untuk Jacob dan membantu pegawainya. Bahkan, Najwa jarang tidur di rumahnya dan hanya pulang ke rumah jika ia merindukan kamarnya. Bi Surti pun mengirimkan sarapan ke Najwa kalau pagi, jadi Najwa tak pernah sarapan di rumah bersama suaminya, adik madunya dan ibu mertuanya yang sudah lelah bicara dengan sang putra."Aku lelah, Bu, ibu lihat sendiri kan kalau aku harus berangkat pagi dan pulang malam hari," kata Hamish mengeluh kembali kala ibunya mengingatkannya soal Najwa."Tapi kalian seperti dua orang asing, Hamish," kata ibu Najwa, "ibu gak suka melihat kamu seperti ini, mengabaikan Najwa," kata ibunya."Mau bagaimana lagi? Kita sama-sama kerja, Bu," kata Hamish membela diri. Aisyah mendengar saja, tidak menimpali karena takut ibu mertuanya akan kembali marah dan menegurnya. Hubungan Najwa dan Hamish yang tak harmonis itu membuat Aisyah sangat senang, pasalnya dengan begitu Aisya
Najwa pikir Hamish dan Aisyah akan pergi dengan anak mereka yang bernama Mufti ke acara anniversary tersebut setelah ia menolak untuk menjaga Mufti. Nyatanya, Hamish dan Aisyah tetap pergi bahkan tak pamit pada dirinya. Sebenarnya Najwa sangat kesal, ia merasa Hamish sudah keterlaluan kepadanya, bahkan berani-beraninya membawa Aisyah ke acara penting tersebut. Najwa jadi penasaran apa yang akan dipikirkan temannya yang punya acara, karena istri pak Budi adalah teman semasa mereka masih SMP"Najwa," panggil ibu Hamish lembut pada sang menantu yang pagi itu sarapan dengannya. Biasanya Najwa bahkan enggan sarapan di rumahnya sendiri, ia memilih sibuk di toko setelah salat subuh dan makan di sana karena bi Surti mengantarkan makanan untuknya. Tapi kali ini setelah salat subuh dan mengaji, lalu ke toko sebentar, Najwa pulang ke rumah dan sarapan di rumahnya. Najwa merasa sangat lega karena Hamish dan Aisyah tidak berada di rumah. Mereka berangkat kemarin sore dan belum pulang."Ya, bu?" sa
Aisyah selalu merasa kalau hinaan yang ia terima seharusnya diterima oleh Najwa, ia merasa dia yang lebih berhak atas diri Hamish karena ia adalah cinta pertama Hamish dan Najwa hanyalah pengganti dirinya."Ibu kenapa marah sama kita sih, mas? Namanya ibu muda itu biar gak kena babyblues ya harus sering-sering keluar lah," kata Aisyah mengomel pada Hamish."Wajar ibu kesal karena Mufti ibu yang jaga sedangkan kita senang-senang, sudah berulang kali mas bilang kalau sebaiknya kita kembali saja," kata Hamish yang heran sekali dengan sikap Aisyah yang tak seperti dulu yang manut, baik dan selalu sabar."Ya kan Mufti juga cucunya, lagian mbak Najwa itu juga kan Ibunya Mufti, seharusnya dia seneng donk, sebagai wanita gak bisa hamil-hamil juga padahal udah bertahun-tahun nikah sama kamu dia seharusnya bahagia aku titipin Mufti ke dia. Sapa tahu kan bisa mancing perutnya biar bisa nampung kehidupan baru, kan? Ini malah songong banget gitu," kata Aisyah, Hamish yang menghela napas berat."Bu
Tina kebingungan dengan perintah Jacob, ia menoleh ke arah Jacob dan Najwa yang juga kaget dengan situasinya. Karena tak ada satupun orang yang bergerak, Jacob mengangkat tangannya dan seorang manager datang dengan tergesa-gesa ke arahnya."Pak Jacob, bisa saya bantu?" belum selesai keterkejutan Najwa dan yang lainnya soal perhiasan yang akan diterimanya, kini ia harus kembali terkejut kala manager toko itu mengenal Jacob."Saya mau satu set perhiasan paling mahal di sini dan beberapa kalung juga, mungkin 15 kalung berbeda?" kata Jacob lalu ia menoleh ke arah Najwa,"berapa jumlah pegawai kamu di toko Najwa?" tanya Jacob"Dua puluh sembilan," jawab Najwa yang membuat Prima dan Aisyah kembali kaget atas penuturan Najwa tersebut.b"Bukan lima belas kalung tapi dua puluh sembilan. Tolong carikan segera karena saya gak punya banyak waktu," kata Jacob. Manager itu kemudian mengangguk dan pergi dari hadapan Jacob menuju dua pegawai lainnya dan mereka segera bekerja mencari apa yang Jacob ing
Aisyah berharap dengan memanas-manasi hati Hamish, Hamish akan marah dan langsung menjatuhkan talaq pada Najwa. Aisyah sudah tak sabar hanya ingin menjadi satu-satunya nyonya di rumah Hamish dan merebut kamar mewah Najwa."Ayo kita pulang!" ketus Hamish pada Aisyah yang membuat Aisyah sangat senang karena ia sangat yakin kalau sang suami pasti sedang marah besar pada Najwa.***Sepanjanga perjalanan pulang, Hamish terlihat sangat kesal sekali, ia terbayang-bayang satu set kalung perhiasan yang dibelikan oleh rekan bisnis Najwa pada Najwa. Meski Najwa menolaknya, Hamish merasa pria itu memiliki perhatian khusus pada Najwa dan ia tak menyukai hal itu.Setelah memarkir mobil, Aisyah dan Hamish turun lalu masuk ke dalam. Wajah Hamish yang kesal itu terlihat sekali saat Ida membukakan pintu untuknya dan menantunya.Ida bertanya-tanya apa gerangan yang membuat sang anak kesal, saat menatap Aisyah yang menggendong Mufti, Ida mendapati cincin baru yang melingkar di jari Aisyah, ia yakin cinci
Mata Ida berkunang-kunang kala ia mendengar sendiri kata Talak yang baru saja dilontarkan oleh Hamish ke Najwa. Hal yang paling ia takutkan akhirnya terjadi juga, tapi bukan dari pihak Najwa yang menginginkan perpisahan, melainkan anaknya sendiri yang telah menceraikan Najwa di depannya. Sekarang Ida tak tahu lagi harus tinggal di mana, memang dia punya empat anak yang lainnya tapi semuanya sudah ikut istri atau suami mereka masing-masing dan tinggal satu atap dengan mertuanya. Tak mungkin jika Ida menumpang hidup di rumah besannya, sedangkan dengan Najwa ia tak perlu sungkan pada siapapun karena Najwa tinggal sendirian di rumah besarnya.Tubuh Ida goyang dan hampir ambruk jika saja Najwa tak dengan sigap menopang dirinya. Lagi-lagi hanya Najwa yang refleks menangkap tubuhnya sedangkan sang Putra dan menantunya yang lain hanya berdiam diri saja di tempat mereka baru detik kemudian menghampirinya. Ida semakin tak tega melihat Najwa disakiti oleh putranya sendiri, ia takut kena karma, i
"Najwa, turuti permintaan ibu, jangan biarkan ibu terus berdosa karena melihat ketidakadilan yang dilakukan Hamish padamu," kata Ida dengan mata berkaca-kaca."Sudah Bu, jangan pikirkan hal itu," kata Najwa dengan hati yang penuh haru dan sesak yang mengumpul di dadanya. Satu hal yang membuatnya berat berpisah dari Hamish adalah ibu mertuanya yang baik hati. Ida menggeleng lemah ke arah Najwa."Ibu memiliki anak perempuan, mereka tinggal bersama mertua mereka, ibu hanya tidak ingin anak ibu mengalami hal yang sama seperti yang kamu alami," kata Ida, mata Najwa berkaca-kaca, "kamu sudah bertahan cukup lama, nak, kamu sudah ikhlas dan saatnya kamu berhenti, kamu harus mencintai diri kamu sendiri lebih dulu," kata Ida. Najwa mendekat, ia memeluk Ida dengan seluruh hatinya. Sejak menikah dengan Hamish, Najwa selalu memperlakukan sang mertua sebagai ibu sendiri, membuatnya nyaman tinggal di rumahnya, menuruti kemauannya tanpa bantahan sama sekali.Air mata Ida juga tumpah, ia juga menyayan