Najwa pikir Hamish dan Aisyah akan pergi dengan anak mereka yang bernama Mufti ke acara anniversary tersebut setelah ia menolak untuk menjaga Mufti. Nyatanya, Hamish dan Aisyah tetap pergi bahkan tak pamit pada dirinya. Sebenarnya Najwa sangat kesal, ia merasa Hamish sudah keterlaluan kepadanya, bahkan berani-beraninya membawa Aisyah ke acara penting tersebut. Najwa jadi penasaran apa yang akan dipikirkan temannya yang punya acara, karena istri pak Budi adalah teman semasa mereka masih SMP"Najwa," panggil ibu Hamish lembut pada sang menantu yang pagi itu sarapan dengannya. Biasanya Najwa bahkan enggan sarapan di rumahnya sendiri, ia memilih sibuk di toko setelah salat subuh dan makan di sana karena bi Surti mengantarkan makanan untuknya. Tapi kali ini setelah salat subuh dan mengaji, lalu ke toko sebentar, Najwa pulang ke rumah dan sarapan di rumahnya. Najwa merasa sangat lega karena Hamish dan Aisyah tidak berada di rumah. Mereka berangkat kemarin sore dan belum pulang."Ya, bu?" sa
Aisyah selalu merasa kalau hinaan yang ia terima seharusnya diterima oleh Najwa, ia merasa dia yang lebih berhak atas diri Hamish karena ia adalah cinta pertama Hamish dan Najwa hanyalah pengganti dirinya."Ibu kenapa marah sama kita sih, mas? Namanya ibu muda itu biar gak kena babyblues ya harus sering-sering keluar lah," kata Aisyah mengomel pada Hamish."Wajar ibu kesal karena Mufti ibu yang jaga sedangkan kita senang-senang, sudah berulang kali mas bilang kalau sebaiknya kita kembali saja," kata Hamish yang heran sekali dengan sikap Aisyah yang tak seperti dulu yang manut, baik dan selalu sabar."Ya kan Mufti juga cucunya, lagian mbak Najwa itu juga kan Ibunya Mufti, seharusnya dia seneng donk, sebagai wanita gak bisa hamil-hamil juga padahal udah bertahun-tahun nikah sama kamu dia seharusnya bahagia aku titipin Mufti ke dia. Sapa tahu kan bisa mancing perutnya biar bisa nampung kehidupan baru, kan? Ini malah songong banget gitu," kata Aisyah, Hamish yang menghela napas berat."Bu
Tina kebingungan dengan perintah Jacob, ia menoleh ke arah Jacob dan Najwa yang juga kaget dengan situasinya. Karena tak ada satupun orang yang bergerak, Jacob mengangkat tangannya dan seorang manager datang dengan tergesa-gesa ke arahnya."Pak Jacob, bisa saya bantu?" belum selesai keterkejutan Najwa dan yang lainnya soal perhiasan yang akan diterimanya, kini ia harus kembali terkejut kala manager toko itu mengenal Jacob."Saya mau satu set perhiasan paling mahal di sini dan beberapa kalung juga, mungkin 15 kalung berbeda?" kata Jacob lalu ia menoleh ke arah Najwa,"berapa jumlah pegawai kamu di toko Najwa?" tanya Jacob"Dua puluh sembilan," jawab Najwa yang membuat Prima dan Aisyah kembali kaget atas penuturan Najwa tersebut.b"Bukan lima belas kalung tapi dua puluh sembilan. Tolong carikan segera karena saya gak punya banyak waktu," kata Jacob. Manager itu kemudian mengangguk dan pergi dari hadapan Jacob menuju dua pegawai lainnya dan mereka segera bekerja mencari apa yang Jacob ing
Aisyah berharap dengan memanas-manasi hati Hamish, Hamish akan marah dan langsung menjatuhkan talaq pada Najwa. Aisyah sudah tak sabar hanya ingin menjadi satu-satunya nyonya di rumah Hamish dan merebut kamar mewah Najwa."Ayo kita pulang!" ketus Hamish pada Aisyah yang membuat Aisyah sangat senang karena ia sangat yakin kalau sang suami pasti sedang marah besar pada Najwa.***Sepanjanga perjalanan pulang, Hamish terlihat sangat kesal sekali, ia terbayang-bayang satu set kalung perhiasan yang dibelikan oleh rekan bisnis Najwa pada Najwa. Meski Najwa menolaknya, Hamish merasa pria itu memiliki perhatian khusus pada Najwa dan ia tak menyukai hal itu.Setelah memarkir mobil, Aisyah dan Hamish turun lalu masuk ke dalam. Wajah Hamish yang kesal itu terlihat sekali saat Ida membukakan pintu untuknya dan menantunya.Ida bertanya-tanya apa gerangan yang membuat sang anak kesal, saat menatap Aisyah yang menggendong Mufti, Ida mendapati cincin baru yang melingkar di jari Aisyah, ia yakin cinci
Mata Ida berkunang-kunang kala ia mendengar sendiri kata Talak yang baru saja dilontarkan oleh Hamish ke Najwa. Hal yang paling ia takutkan akhirnya terjadi juga, tapi bukan dari pihak Najwa yang menginginkan perpisahan, melainkan anaknya sendiri yang telah menceraikan Najwa di depannya. Sekarang Ida tak tahu lagi harus tinggal di mana, memang dia punya empat anak yang lainnya tapi semuanya sudah ikut istri atau suami mereka masing-masing dan tinggal satu atap dengan mertuanya. Tak mungkin jika Ida menumpang hidup di rumah besannya, sedangkan dengan Najwa ia tak perlu sungkan pada siapapun karena Najwa tinggal sendirian di rumah besarnya.Tubuh Ida goyang dan hampir ambruk jika saja Najwa tak dengan sigap menopang dirinya. Lagi-lagi hanya Najwa yang refleks menangkap tubuhnya sedangkan sang Putra dan menantunya yang lain hanya berdiam diri saja di tempat mereka baru detik kemudian menghampirinya. Ida semakin tak tega melihat Najwa disakiti oleh putranya sendiri, ia takut kena karma, i
"Najwa, turuti permintaan ibu, jangan biarkan ibu terus berdosa karena melihat ketidakadilan yang dilakukan Hamish padamu," kata Ida dengan mata berkaca-kaca."Sudah Bu, jangan pikirkan hal itu," kata Najwa dengan hati yang penuh haru dan sesak yang mengumpul di dadanya. Satu hal yang membuatnya berat berpisah dari Hamish adalah ibu mertuanya yang baik hati. Ida menggeleng lemah ke arah Najwa."Ibu memiliki anak perempuan, mereka tinggal bersama mertua mereka, ibu hanya tidak ingin anak ibu mengalami hal yang sama seperti yang kamu alami," kata Ida, mata Najwa berkaca-kaca, "kamu sudah bertahan cukup lama, nak, kamu sudah ikhlas dan saatnya kamu berhenti, kamu harus mencintai diri kamu sendiri lebih dulu," kata Ida. Najwa mendekat, ia memeluk Ida dengan seluruh hatinya. Sejak menikah dengan Hamish, Najwa selalu memperlakukan sang mertua sebagai ibu sendiri, membuatnya nyaman tinggal di rumahnya, menuruti kemauannya tanpa bantahan sama sekali.Air mata Ida juga tumpah, ia juga menyayan
"Ada apa, Sarah? Aku sedang ada meeting!" seru Jacob kesal di luar ruangan meeting saat Sarah meneleponnya. Semula Jacob mengabaikan teleponnya yang bergetar beberapa kali sampai akhirnya ada pesan masuk dari Sarah yang menyebut nama Najwa. Seketika itu pula, Jacob gagal fokus dan langsung ijin keluar meeting untuk menelepon Sarah kembali."Maaf, ya sudah kamu lanjutin saja meetingnya, nanti saja kita ngobrol setelah kamu meeting," kata Sarah enteng. Jacob menggeram sebal."Katakan, Sarah!" tekan Jacob dengan suara beratnya. Sarah terdengar tersenyum penuh arti di seberang sana."Ada komisi khusus buat aku loh, ya, jangan lupakan itu!" kata Sarah bermain-main."Katakan!" seru Jacob seraya melirik ke ruang meeting dimana beberapa dewan direksi lainnya seperti sedang berdiskusi dengan materi meeting sebelum ia kembali ke dalam ruangan yang penuh sesak oleh para pemegang saham dan investor itu."Najwa butuh pengacara yang bagus buat perceraiannya dengan Hamish," kata Sarah yang membuat m
“Kamu mau ke mana?” tanya Sarah yang heran saat melihat Jacob panik dan sudah berdiri untuk siap pergi menemui Najwa.“Pasti terjadi sesuatu pada Najwa, kita harus ke sana menolongnya,” kata Jacob dan Sarah menggeleng ke arahnya.“Dia sudah tidak bisa dihubungi, Jacob. Mungkin dia sudah pergi ke Hotel,” kata Sarah yang akhirnya memanggil Jacob dengan namanya saja karena merasa lebih akrab jika diluar konteks pekerjaan.“Kamu tidak cemas dengan temanmu?” tanya Jacob heran dan Sarah menggeleng.“Aku malah cemas sama kamu, takut kamu nikahi Najwa sekarang juga,” kata Sarah.“Jika saja bisa, maka sudah kunikahi dia,” kata Jacob, Sarah hampir saja menyemburkan air yang ada di dalam mulutnya jika saja ia tak buru-buru sadar kalau Jacob adalah atasannya di tempatnya bekerja sekarang.“Susah ngomong sama orang yang lagi jatuh cinta. Najwa gak selemah yang kamu bayangkan, Jacob. Dia sudah survive dari kecil, disaat orang tuanya meninggal dan dia hidup dengan paman dan bibinya, ia sudah melalui
Najwa sedang memilih-milih bahan yang bagus untuk kue yang akan ia buat nanti sore. Ia ingin memakan cake yang cantik dan enak. Membayangkannya saja membuat Najwa menelan ludah.“Najwa,” panggil seseorang yang langsung membuat Najwa menoleh dan kaget begitupun dengan pria yang ada di hadapannya ketika ia baru menyadari perut Najwa sedikit membuncit. Tubuh Najwa yang kurus selama kehamilan membuat kandungan Najwa yang sudah dua puluh empat minggu itu terlihat lebih jelas, padahal ini adalah kehamilan pertamanya.Hamish yang mengenali Najwa dari belakang dan ingin menyapanya saat ia memasuki supermarket tak pernah menyangka sebelumnya kalau Najwa akan hamil secepat ini di pernikahan keduanya.“Mas Hamish,” panggil Najwa kikuk seraya menoleh ke kanan dan kiri untuk menemukan suaminya yang entah kemana.“Kamu hamil, Najwa?” tanya Hamish dengan suara berat, rasanya seperti ada yang mengganjal di kerongkongannya saat ia mengucapkan hal itu pada Najwa.“Alhamdulillah, iya, mas. Gak nyangka b
Aisyah menangis di dalam tahanan karena tak menyangka ada orang yang tega memfitnahnya dengan menaruh obat terlarang dalam tasnya.Berulang kali ia berteriak tak menggunakan obat terlarang tersebut, tapi pihak kepolisian mengabaikannya."Pak,tolong pak, saya punya anak balita di rumah, bebaskan saya, saya mohon ..." rengek Aisyah pada petugas kepolisian yang lewat di depan tahanan sementaranya."Ibu macam apa yang dandanannya seperti wanita malam dan keluyuran tengah malam?" sahut polisi tersebut kepada Aisyah."Setidaknya biarkan saya telepon suami saya dulu," pinta Aisyah."Bukankah ponselmu sedang di cas? Tunggu dulu sekalian tunggu giliran kamu diperiksa," kata petugas itu geram."Percaya sama saya pak, saya bukan pemakai atau pengedar obat terlarang," kata Aisyah pada petugas tersebut."Semua orang juga bilang begitu kalau sudah ketahuan. Kamu akan menjalani rangkaian test, kalau terbukti bukan pemakai mungkin memang beberapa pil itu bukan milikmu," kata pak polisi itu pada Aisya
Aisyah dan Hans akhirnya terpaksa keluar rumah keesokan harinya bersama dengan barang-barang perabotan yang baru saja dibeli oleh Hans. Saat memasuki kost rumah tangga yang sangat sederhana, Aisyah menggerutu kesal dan marah-marah tak jelas.“Kenapa kita tinggal di sini, sih, mas?” tanya Aisyah kesal sekali, “panas sekali,”“Nyalakan saja kipasnya,” kata Hans.“Kenapa kita gak cari apartemen sih, mas?” tanya Aisyah kembali,“Uangku gak cukup dan aku belum dapat pekerjaan baru,”“Seharusnya kamu itu gak dipecat dari perusahaan, mas. Masalah kita kan masalah pribadi, seharusnya mbak Mirna tahu kalau masalah pribadi gak bisa dicampur dengan masalah perusahaan,” kata Aisyah mengomel. Hans lelah, Aisyah sama sekali tak mau membantunya dalam hal beres-beres tempat kost yang baru, jadi ia sungguh lelah karena harus mengerjakannya sendirian.Setelah menata semua perabot di dalam kostnya, Hans mencoba mencari pekerjaan lewat rekan bisnis dan teman-teman kerjanya. Tapi sayang sekali, ia tak men
“Bayinya sehat, sebentar saya dengarkan detak jantungnya, ya,” ujar dokter kandungan yang bernama Amalia itu kala ia memeriksa kandungan Najwa secara USG. Dada Najwa berdebar-debar sejak tadi diperiksa saking terharunya ia mengetahui kehamilannya lewat test pack dan Jacob langsung membawanya ke dokter kandungan.“Nah, dengar, kan? usianya delapan minggu,” kata dokter Amalia lagi saat mendengarkan detak jantung sang calon bayi di rahim Najwa. Najwa tak kuasa menahannya hingga air mata haru dan bahagia meleleh begitu saja di pipinya.Jacob bergerak membantu Najwa yang bangun setelah selesai diperiksa, sedangkan dokter memberikan resep vitamin yang harus dikonsumsi oleh Najwa dan mengingatkannya untuk kontrol ulang tiga minggu lagi.“Terima kasih banyak, dok,” kata Najwa dan Jacob bersamaan. Mereka keluar ruang periksa dan berjalan dengan beriringan. Jacob merangkul Najwa dengan perasaan bahagia luar biasa.“Kita ke rumah mama, ya,” ajak Jacob dan Najwa mengangguk. Najwa terus memandangi
Aisyah dan Hans tak mengijinkan perempuan gemuk itu masuk ke dalam rumah karena Hans merasa tak pernah menjual rumahnya pada siapapun. "Kamu yakin gak pernah jual rumah ini, mas?" tanya Aisyah cemas."Nggak,""Kalau gitu kamu simpan surat-suratnya?" tanya Aisyah lagi. Hans menoleh ke Aisyah dan ia baru ingat kalau surat rumah ini dibawa salah seorang saudaranya. Gegas Hans menuju kamarnya dan mengambil ponsel yang ada di sebelah kasur di atas nakas. Hans mencoba menghubungi saudaranya yang memegang sertifikat rumah tapi ia tak bisa menghubunginya.Kecemasan melanda Hans, ia panik karena perempuan gemuk yang ia pikir sudah pergi dari rumahnya, kini marah-marah dan berteriak di luar sana lalu akan mengancam melaporkan Hans ke polisi."Mas, aku takut," kata Aisyah yang muncul di ambang pintu kamar. "Aku bukain pintu saja mas, biar dia gak teriak-teriak!" kata Aisyah pada Hans yang diam saja. Pikiran Hans penuh, ia takut kalau saudaranya memang menjual rumah peninggalan orang tuanya.Ais
“Mirna! Tunggu! Maafkan aku!” seru Hans seraya mengejar Mirna yang akhirnya bisa ia temui di pusat perbelanjaan setelah mengikutinya keluar rumah. Surat sidang perceraian pertama telah ia terima, baju-bajunya juga sudah dikeluarkan semuanya oleh Mirna saat ia berusaha pulang ke rumah malam itu dan ternyata mendapatkan pengusiran yang menyedihkan. Hans sangat sulit menemui Mirna, karena Mirna terus menghindarinya dan tak mau bicara dengannya. Selain Mirna tak mau bertemu dengannya, Hans juga dilarang menemui anak-anak mereka sampai sidang putusan perceraian itu keluar dan hakim memutuskan kepada siapa hak asuh anak mereka akan jatuh.“Apa lagi sih, mas?” tanya Mirna kesal seraya melepaskan cekalan Hans dari tangannya, tatapan Mirna penuh amarah dan kebencian yang luar biasa pada Hans.“Aku tahu aku salah, maafkan aku. Aku ingin jika kita berpisah, kita bisa pisah secara damai,” kata Hans pada Mirna. Mirna tak menyangka kalau Hans juga akan menyerah dengan hubungan mereka dan menerima p
Jacob memeluk Najwa dari arah belakang ketika Najwa sedang asyik menikmati panorama keindahan alam dari balkon kamar hotelnya. Najwa menoleh dan tersenyum manis ke arah Jacob yang langsung mengecup bibirnya singkat. Lalu keduanya kini kembali menikmati pemandangan luar yang indah sekali. “Kita sarapan?” tanya Jacob dan Najwa mengangguk. Jacob menggandeng tangan Najwa keluar kamar dan langsung mengajaknya turun untuk makan sarapan di lobi hotel. Kemesraan keduanya terlihat jelas dari wajah mereka masing-masing. Sembari menikmati roti bakar serta buah-buahan segar, mereka berbicara tentang rencana bulan madu mereka di kota itu. Sesekali mereka mengambil foto berdua lalu mempostingnya di media sosial mereka masing-masing.Malam hari setelah lelah berkeliling kota dan menikmati destinasi wisata dimana-mana, mereka akan kembali saling menjamah berkali-kali sampai kelelahan dan tertidur hingga keesokan paginya.***Setelah melihat story Najwa yang bahagia di luar negeri saat menikmati bul
Hamish pulang bersama Mirna ke rumah Mirna lebih dulu baru ia pulang ke rumahnya dengan naik motor.“Kamu gak mau masuk buat obatin luka di tanganmu?” tawar Mirna dan Hamish menggeleng ke arahnya. Sepanjang perjalanan tadi ia terus melamun, membayangkan adegan dimana ia harus melihat istrinya sendiri bercumbu dengan pria lain, itu sangat memalukan buatnya.Mirna menatap kepergian Hamish dengan hati yang juga hancur, pasalnya setelah hari ini, ia tahu bahwa ia akan menjadi single mom untuk anak-anaknya. Mirna masuk rumah dan sebelum masuk ia berpesan pada satpam rumah.“Jangan biarkan bapak masuk rumah malam ini, apapun yang terjadi. Kunci semua pintu rumah,” kata Mirna yang membuat satpam rumahnya kaget dan bingung. “Kamu dengar perintah saya, kan?” tanya Mirna dan satpam rumahnya mengangguk ke arahnya meski bingung. Selepas kepergian sang tuan rumah, barulah satpam rumah bertanya kepada pak sopri, apa yang sudah terjadi sehelumnya.“Bapak selingkuh, ibu dapatin bapak lagi di kamar b
"Mas ...." Aisyah merasa risih karena sikap Hans yang menginginkannya, sedangkan dirinya merasa tak tenang dan nyaman sama sekali hari ini. Aisyah kepikiran Hamish, bertanya-tanya dimana ia sekarang dan apa yang terjadi padanya saat Hamish tahu bahwa Hans sudah tak ada di hotel tempat mereka janjian bertemu. Hans tak peduli dengan penolakan halus dari Aisyah, hasratnya sudah tinggi dan ia tak bisa membendungnya lagi. Anehnya, kepada Mirna yang cantik dan masih memiliki tubuh indah, Hans tak seperti ini, apakah ini namanya menikmati hubungan haram, membuat manusia terlena hingga mengulanginya lagi dan lagi?"Mas, tunggu, bagaimana ..." Aisyah hendak menolak Hans kala Hans berusaha melucuti pakaiannya tapi Hans tak peduli, ia terus melancarkan aksinya dan mulai melepaskan pakaian Aisyah satu persatu sembari terus mencumbunya dan membuat Aisyah akhirnya tak berkutik dengan permintaan Hans tersebut.Mata Hans makin berkilat penuh nafsu kala ia melihat tubuh polos Aisyah di hadapannya. Ia