Najwa masih diam karena tahu dari ekspresi Angeline bahwa ia sedang kesal. Mungkin Angeline tak menyangka kalau ia akan mendapatkan reward berupa cake dari Jacob, padahal tadi pagi Angeline juga sudah makan roti yang dibuat Najwa. Untuk menghilangkan rasa kesal Angeline dan Najwa juga canggung karena Jacob terus menatap tajam ke arahnya, Najwa bangkit dan berjalan ke arah Angeline yang hanya menatap bingung ke arah macam-macam cake yang ada di hadapannya. "Mbak, sudah tentukan mana cake yang akan mbak pilih? Kalau belum dan gak keberatan, mau saya pilihkan?" tawar Najwa sopan dan Angeline mengangguk ke arahnya, setuju dengan saran dari Najwa tersebut. Najwa kemudian mengamati Angeline baik-baik lalu ia memilih brownies cake panggang yang sudah dihias sangat cantik. Angeline tadi juga sempat melirik brownies panggang cake itu tapi ia ragu dengan komposisi coklat di dalam cake tersebut karena takut akan mempengaruhi berat badannya yang ideal."Saya rasa sepulang kerja nanti ini enak di
Aisyah tak habis pikir dengan apa yang sedang Hamish pikirkan, ia merasa Hamish harus memprioritaskannya karena ia masih duduk di atas kursi roda.Hamish masuk ke dalam kamar mereka dan berniat mengambil kaos yang akan ia kenakan untuk tidur di kamar Najwa, "hanya karena aku belum bisa melayanimu, mas, kamu mau tidur dengan mbak Najwa dan meninggalkanku dalam pengawasan BI Surti?" kata Aisyah kesal sekali. Hamish menghela napas berat."Kamu tidak lihat sikap Najwa barusan, Aisyah? Dia sudah mulai membangkang dan tak mendengarkanku sebagai suaminya. Aku harus membujuknya agar ia tak marah terus menerus padaku," kata Hamish."Kenapa perlu membujuknya, mas? Apakah cinta di hatimu untukku sudah mati? Lihat aku, di sini akulah korban dari keegoisan mbak Najwa! Aku harus duduk di atas kursi roda karena perbuatannya dan itu membuatku tak bisa mengasuh Mufti!" isak Aisyah, sebenarnya Aisyah hanya berpura-pura saja, Aisyah tahu betul bagaimana harus bertindak jika ia tak mengijinkan Hamish per
Najwa tak mau memikirkan apa yang terjadi pada rumah tangganya. Sekarang ini yang jadi fokusnya adalah bagaimana ia harus membuat kue dengan sangat baik untuk ia sajikan kepada Jacob. Malam itu, Najwa tak pulang ke rumah dan memutuskan tidur di tokonya jam sebelas malam setelah semua pegawainya pulang. Jam dua pagi Najwa bangun dan langsung menguleni adonan lagi karena masih kurang. Untuk kue buat Jacob telah ia selesaikan dan hanya menghiasnya saja. Ia akan menghiasnya setelah salat subuh.Jam lima pagi, setelah selesai menghias kue untuk Jacob, Widya datang lebih pagi yang membuat Najwa heran sekali."Widya, kok sudah datang sepagi ini?" tanya Najwa yang heran dan juga terharu dengan kedatangan Widya."Saya sudah duga pasti sisanya akan ibu selesaikan sendiri," kata Widya dan Najwa hanya tersenyum."Tinggal seratus pics yang belum dibungkus," kata Najwa seraya menyerahkan bagian packing ke Widya, sedangkan ia melanjutkan untuk membuat kue untuk besok. Hari ini setidaknya akan banya
"Kamu menyia-nyiakan kesempatan, Hamish!" seru Ida kesal pada Hamish di depan Aisyah. Ia sudah tak tahan melihat sikap anaknya yang acuh tak acuh pada Najwa."Kesempatan apa, bu?" tanya Aisyah."Kesempatan untuk merebut hati Najwa lagi!" kali ini Ida berkata ketus pada Aisyah, ia kesal sekali karena Aisyah benar-benar kelihatan kalau ingin menguasai Hamish.Hamish hanya diam, tak berani mengangkat wajahnya karena ia tahu ibunya akan semakin murka."Aisyah memang harus kontrol, kalau makan malam kan bisa lain kali, bu," kata Aisyah membela diri."Kamu tahu gak biaya susu Mufti selama ini siapa yang ngasih? Ya Najwa! Belanjaan kamu yang seabrek kemarin siapa yang bayarin? Ya, Najwa!" seru Ida kesal."Tapi kan uang mbak Najwa juga dari mas Hamish, Bu!" Aisyah kesal karena disalahkan, jadi ia membela diri. Baginya, dia adalah satu-satunya istri Hamish dan kalau Najwa juga mengeluarkan uang untuk Mufti ya wajar, karena Mufti adalah anak mereka juga."Tanyakan pada suamimu kapan terakhir ka
Jacob meminta kunci mobil pada sopirnya yang telah membukakan pintu untuknya. Sebelum sang sopir memberikan kunci mobilnya, sang sopir celingukan dengan wajah bingungnya, apalagi Jacob hanya keluar berdua dengan Najwa, bahkan sekretarisnya tidak boleh ikut. Biasanya, Jacob anti berdua saja dengan perempuan lain, bahkan dengan Angeline sekalipun, Jacob selalu membawa serta sang sopir.“Mana kuncinya!” seru Jacob kesal.“Anu, pak, apa gak sebaiknya sama saya saja?” tanya sang sopirnya yang cemas. Bukan tanpa sebab ia bertanya hal seperti itu, karena setiap tiga jam sekali sang nyonya besar yakni ibu Jacob selalu menghubunginya dan bertanya soal Jacob. Hubungan antara Jacob dan ibunya tak baik apalagi setelah kakek yang Jacob sayangi meninggal dan Jacob kecewa pada ibunya yang tak bisa datang di saat-saat terakhir sang kakek. Meski ibunya menjelaskan bahwa ia tak bisa pulang karena bisnis yang harus dikerjakannya, dan sekarang Jacob membalas hal yang sama pada ibunya, mengabaikan ibunya
"Pak," panggil Najwa dan Jacob menoleh ke arahnya dengan ekspresi dingin setelah mereka keluar dari toko buku, "hmmm, saya bisa pulang sendiri ke toko, pak. Bapak sibuk dan terburu-buru, kan?" tanya Najwa. Ia sungkan jika harus pulang diantarkan oleh Jacob."Saya sedang tidak punya calon istri untuk dinikahi, kenapa saya buru-buru?" jawab Jacob yang membuat Najwa bengong.Eh?Apa maksud ucapan pak Jacob? Aku bilang apa, dia jawab apa.Najwa dibuat langsung mingkem dengan jawaban dari Jacob yang diluar nalarnya itu. Ia benar-benar tak mengerti kenapa bisa Jacob menjawab seperti itu.Najwa akhirnya memutuskan mengikuti Jacob, ia telah kehilangan pembendarahaan kata jika harus berhadapan dengan Jacob. Jadi sepanjang perjalanan pulang ke tokonya, mereka saling diam satu sama lain. Najwa turun dari mobil setelah sampai di tokonya dan kebetulan sekali kalau Aisyah tengah berada di luar rumah, Aisyah sedang belajar jalan di pinggir jalan. Melihat Najwa turun dari mobil, mereka saling panda
Hari-hari Najwa bergulir seperti biasa, ia lebih banyak menghabiskan waktu di toko, membuat kue spesial untuk Jacob dan membantu pegawainya. Bahkan, Najwa jarang tidur di rumahnya dan hanya pulang ke rumah jika ia merindukan kamarnya. Bi Surti pun mengirimkan sarapan ke Najwa kalau pagi, jadi Najwa tak pernah sarapan di rumah bersama suaminya, adik madunya dan ibu mertuanya yang sudah lelah bicara dengan sang putra."Aku lelah, Bu, ibu lihat sendiri kan kalau aku harus berangkat pagi dan pulang malam hari," kata Hamish mengeluh kembali kala ibunya mengingatkannya soal Najwa."Tapi kalian seperti dua orang asing, Hamish," kata ibu Najwa, "ibu gak suka melihat kamu seperti ini, mengabaikan Najwa," kata ibunya."Mau bagaimana lagi? Kita sama-sama kerja, Bu," kata Hamish membela diri. Aisyah mendengar saja, tidak menimpali karena takut ibu mertuanya akan kembali marah dan menegurnya. Hubungan Najwa dan Hamish yang tak harmonis itu membuat Aisyah sangat senang, pasalnya dengan begitu Aisya
Najwa pikir Hamish dan Aisyah akan pergi dengan anak mereka yang bernama Mufti ke acara anniversary tersebut setelah ia menolak untuk menjaga Mufti. Nyatanya, Hamish dan Aisyah tetap pergi bahkan tak pamit pada dirinya. Sebenarnya Najwa sangat kesal, ia merasa Hamish sudah keterlaluan kepadanya, bahkan berani-beraninya membawa Aisyah ke acara penting tersebut. Najwa jadi penasaran apa yang akan dipikirkan temannya yang punya acara, karena istri pak Budi adalah teman semasa mereka masih SMP"Najwa," panggil ibu Hamish lembut pada sang menantu yang pagi itu sarapan dengannya. Biasanya Najwa bahkan enggan sarapan di rumahnya sendiri, ia memilih sibuk di toko setelah salat subuh dan makan di sana karena bi Surti mengantarkan makanan untuknya. Tapi kali ini setelah salat subuh dan mengaji, lalu ke toko sebentar, Najwa pulang ke rumah dan sarapan di rumahnya. Najwa merasa sangat lega karena Hamish dan Aisyah tidak berada di rumah. Mereka berangkat kemarin sore dan belum pulang."Ya, bu?" sa
Najwa sedang memilih-milih bahan yang bagus untuk kue yang akan ia buat nanti sore. Ia ingin memakan cake yang cantik dan enak. Membayangkannya saja membuat Najwa menelan ludah.“Najwa,” panggil seseorang yang langsung membuat Najwa menoleh dan kaget begitupun dengan pria yang ada di hadapannya ketika ia baru menyadari perut Najwa sedikit membuncit. Tubuh Najwa yang kurus selama kehamilan membuat kandungan Najwa yang sudah dua puluh empat minggu itu terlihat lebih jelas, padahal ini adalah kehamilan pertamanya.Hamish yang mengenali Najwa dari belakang dan ingin menyapanya saat ia memasuki supermarket tak pernah menyangka sebelumnya kalau Najwa akan hamil secepat ini di pernikahan keduanya.“Mas Hamish,” panggil Najwa kikuk seraya menoleh ke kanan dan kiri untuk menemukan suaminya yang entah kemana.“Kamu hamil, Najwa?” tanya Hamish dengan suara berat, rasanya seperti ada yang mengganjal di kerongkongannya saat ia mengucapkan hal itu pada Najwa.“Alhamdulillah, iya, mas. Gak nyangka b
Aisyah menangis di dalam tahanan karena tak menyangka ada orang yang tega memfitnahnya dengan menaruh obat terlarang dalam tasnya.Berulang kali ia berteriak tak menggunakan obat terlarang tersebut, tapi pihak kepolisian mengabaikannya."Pak,tolong pak, saya punya anak balita di rumah, bebaskan saya, saya mohon ..." rengek Aisyah pada petugas kepolisian yang lewat di depan tahanan sementaranya."Ibu macam apa yang dandanannya seperti wanita malam dan keluyuran tengah malam?" sahut polisi tersebut kepada Aisyah."Setidaknya biarkan saya telepon suami saya dulu," pinta Aisyah."Bukankah ponselmu sedang di cas? Tunggu dulu sekalian tunggu giliran kamu diperiksa," kata petugas itu geram."Percaya sama saya pak, saya bukan pemakai atau pengedar obat terlarang," kata Aisyah pada petugas tersebut."Semua orang juga bilang begitu kalau sudah ketahuan. Kamu akan menjalani rangkaian test, kalau terbukti bukan pemakai mungkin memang beberapa pil itu bukan milikmu," kata pak polisi itu pada Aisya
Aisyah dan Hans akhirnya terpaksa keluar rumah keesokan harinya bersama dengan barang-barang perabotan yang baru saja dibeli oleh Hans. Saat memasuki kost rumah tangga yang sangat sederhana, Aisyah menggerutu kesal dan marah-marah tak jelas.“Kenapa kita tinggal di sini, sih, mas?” tanya Aisyah kesal sekali, “panas sekali,”“Nyalakan saja kipasnya,” kata Hans.“Kenapa kita gak cari apartemen sih, mas?” tanya Aisyah kembali,“Uangku gak cukup dan aku belum dapat pekerjaan baru,”“Seharusnya kamu itu gak dipecat dari perusahaan, mas. Masalah kita kan masalah pribadi, seharusnya mbak Mirna tahu kalau masalah pribadi gak bisa dicampur dengan masalah perusahaan,” kata Aisyah mengomel. Hans lelah, Aisyah sama sekali tak mau membantunya dalam hal beres-beres tempat kost yang baru, jadi ia sungguh lelah karena harus mengerjakannya sendirian.Setelah menata semua perabot di dalam kostnya, Hans mencoba mencari pekerjaan lewat rekan bisnis dan teman-teman kerjanya. Tapi sayang sekali, ia tak men
“Bayinya sehat, sebentar saya dengarkan detak jantungnya, ya,” ujar dokter kandungan yang bernama Amalia itu kala ia memeriksa kandungan Najwa secara USG. Dada Najwa berdebar-debar sejak tadi diperiksa saking terharunya ia mengetahui kehamilannya lewat test pack dan Jacob langsung membawanya ke dokter kandungan.“Nah, dengar, kan? usianya delapan minggu,” kata dokter Amalia lagi saat mendengarkan detak jantung sang calon bayi di rahim Najwa. Najwa tak kuasa menahannya hingga air mata haru dan bahagia meleleh begitu saja di pipinya.Jacob bergerak membantu Najwa yang bangun setelah selesai diperiksa, sedangkan dokter memberikan resep vitamin yang harus dikonsumsi oleh Najwa dan mengingatkannya untuk kontrol ulang tiga minggu lagi.“Terima kasih banyak, dok,” kata Najwa dan Jacob bersamaan. Mereka keluar ruang periksa dan berjalan dengan beriringan. Jacob merangkul Najwa dengan perasaan bahagia luar biasa.“Kita ke rumah mama, ya,” ajak Jacob dan Najwa mengangguk. Najwa terus memandangi
Aisyah dan Hans tak mengijinkan perempuan gemuk itu masuk ke dalam rumah karena Hans merasa tak pernah menjual rumahnya pada siapapun. "Kamu yakin gak pernah jual rumah ini, mas?" tanya Aisyah cemas."Nggak,""Kalau gitu kamu simpan surat-suratnya?" tanya Aisyah lagi. Hans menoleh ke Aisyah dan ia baru ingat kalau surat rumah ini dibawa salah seorang saudaranya. Gegas Hans menuju kamarnya dan mengambil ponsel yang ada di sebelah kasur di atas nakas. Hans mencoba menghubungi saudaranya yang memegang sertifikat rumah tapi ia tak bisa menghubunginya.Kecemasan melanda Hans, ia panik karena perempuan gemuk yang ia pikir sudah pergi dari rumahnya, kini marah-marah dan berteriak di luar sana lalu akan mengancam melaporkan Hans ke polisi."Mas, aku takut," kata Aisyah yang muncul di ambang pintu kamar. "Aku bukain pintu saja mas, biar dia gak teriak-teriak!" kata Aisyah pada Hans yang diam saja. Pikiran Hans penuh, ia takut kalau saudaranya memang menjual rumah peninggalan orang tuanya.Ais
“Mirna! Tunggu! Maafkan aku!” seru Hans seraya mengejar Mirna yang akhirnya bisa ia temui di pusat perbelanjaan setelah mengikutinya keluar rumah. Surat sidang perceraian pertama telah ia terima, baju-bajunya juga sudah dikeluarkan semuanya oleh Mirna saat ia berusaha pulang ke rumah malam itu dan ternyata mendapatkan pengusiran yang menyedihkan. Hans sangat sulit menemui Mirna, karena Mirna terus menghindarinya dan tak mau bicara dengannya. Selain Mirna tak mau bertemu dengannya, Hans juga dilarang menemui anak-anak mereka sampai sidang putusan perceraian itu keluar dan hakim memutuskan kepada siapa hak asuh anak mereka akan jatuh.“Apa lagi sih, mas?” tanya Mirna kesal seraya melepaskan cekalan Hans dari tangannya, tatapan Mirna penuh amarah dan kebencian yang luar biasa pada Hans.“Aku tahu aku salah, maafkan aku. Aku ingin jika kita berpisah, kita bisa pisah secara damai,” kata Hans pada Mirna. Mirna tak menyangka kalau Hans juga akan menyerah dengan hubungan mereka dan menerima p
Jacob memeluk Najwa dari arah belakang ketika Najwa sedang asyik menikmati panorama keindahan alam dari balkon kamar hotelnya. Najwa menoleh dan tersenyum manis ke arah Jacob yang langsung mengecup bibirnya singkat. Lalu keduanya kini kembali menikmati pemandangan luar yang indah sekali. “Kita sarapan?” tanya Jacob dan Najwa mengangguk. Jacob menggandeng tangan Najwa keluar kamar dan langsung mengajaknya turun untuk makan sarapan di lobi hotel. Kemesraan keduanya terlihat jelas dari wajah mereka masing-masing. Sembari menikmati roti bakar serta buah-buahan segar, mereka berbicara tentang rencana bulan madu mereka di kota itu. Sesekali mereka mengambil foto berdua lalu mempostingnya di media sosial mereka masing-masing.Malam hari setelah lelah berkeliling kota dan menikmati destinasi wisata dimana-mana, mereka akan kembali saling menjamah berkali-kali sampai kelelahan dan tertidur hingga keesokan paginya.***Setelah melihat story Najwa yang bahagia di luar negeri saat menikmati bul
Hamish pulang bersama Mirna ke rumah Mirna lebih dulu baru ia pulang ke rumahnya dengan naik motor.“Kamu gak mau masuk buat obatin luka di tanganmu?” tawar Mirna dan Hamish menggeleng ke arahnya. Sepanjang perjalanan tadi ia terus melamun, membayangkan adegan dimana ia harus melihat istrinya sendiri bercumbu dengan pria lain, itu sangat memalukan buatnya.Mirna menatap kepergian Hamish dengan hati yang juga hancur, pasalnya setelah hari ini, ia tahu bahwa ia akan menjadi single mom untuk anak-anaknya. Mirna masuk rumah dan sebelum masuk ia berpesan pada satpam rumah.“Jangan biarkan bapak masuk rumah malam ini, apapun yang terjadi. Kunci semua pintu rumah,” kata Mirna yang membuat satpam rumahnya kaget dan bingung. “Kamu dengar perintah saya, kan?” tanya Mirna dan satpam rumahnya mengangguk ke arahnya meski bingung. Selepas kepergian sang tuan rumah, barulah satpam rumah bertanya kepada pak sopri, apa yang sudah terjadi sehelumnya.“Bapak selingkuh, ibu dapatin bapak lagi di kamar b
"Mas ...." Aisyah merasa risih karena sikap Hans yang menginginkannya, sedangkan dirinya merasa tak tenang dan nyaman sama sekali hari ini. Aisyah kepikiran Hamish, bertanya-tanya dimana ia sekarang dan apa yang terjadi padanya saat Hamish tahu bahwa Hans sudah tak ada di hotel tempat mereka janjian bertemu. Hans tak peduli dengan penolakan halus dari Aisyah, hasratnya sudah tinggi dan ia tak bisa membendungnya lagi. Anehnya, kepada Mirna yang cantik dan masih memiliki tubuh indah, Hans tak seperti ini, apakah ini namanya menikmati hubungan haram, membuat manusia terlena hingga mengulanginya lagi dan lagi?"Mas, tunggu, bagaimana ..." Aisyah hendak menolak Hans kala Hans berusaha melucuti pakaiannya tapi Hans tak peduli, ia terus melancarkan aksinya dan mulai melepaskan pakaian Aisyah satu persatu sembari terus mencumbunya dan membuat Aisyah akhirnya tak berkutik dengan permintaan Hans tersebut.Mata Hans makin berkilat penuh nafsu kala ia melihat tubuh polos Aisyah di hadapannya. Ia