"Kamu keterlaluan, Aisyah!" seru Ida kesal pada menantunya itu. Bagaimana Ida tak kesal jika sebagai Aisyah sengaja mengatakan itu di depannya kepada Najwa."Mbak Najwa yang mulai duluan, Bu!" seru Aisyah tak mau disalahkan."Mungkin memang Najwa yang salah karena dia nasehatin kamu, tapi ibu juga lihat kalau kamu sendiri yang malas-malasan nyusuin anakmu. Ibu meski tua gini tahu ilmu parenting ibu-ibu jaman sekarang. Lidah bayi itu akan merangsang air susu kamu jadi akan keluar nantinya jika kamu keras kepala menyusui anakmu. Kamu ogah-ogahan menyusui anakmu, sedangkan anakmu butuh ASI darimu sebab dia alergi susu formula biasa," kata Ida panjang lebar yang membuat Aisyah diam karena tak menyangka ibu mertuanya mengerti ilmu pelekatan antara air susu dan lidah bayi yang bisa merangsang air susunya agar keluar, "Ilmu ASI itu semakin sering disusukan maka akan semakin banyak ASInya. Kayak pabrik, semakin banyak permintaan maka semakin banyak pula produk yang dikeluarkan, kan?" kata Ida
Najwa masih diam karena tahu dari ekspresi Angeline bahwa ia sedang kesal. Mungkin Angeline tak menyangka kalau ia akan mendapatkan reward berupa cake dari Jacob, padahal tadi pagi Angeline juga sudah makan roti yang dibuat Najwa. Untuk menghilangkan rasa kesal Angeline dan Najwa juga canggung karena Jacob terus menatap tajam ke arahnya, Najwa bangkit dan berjalan ke arah Angeline yang hanya menatap bingung ke arah macam-macam cake yang ada di hadapannya. "Mbak, sudah tentukan mana cake yang akan mbak pilih? Kalau belum dan gak keberatan, mau saya pilihkan?" tawar Najwa sopan dan Angeline mengangguk ke arahnya, setuju dengan saran dari Najwa tersebut. Najwa kemudian mengamati Angeline baik-baik lalu ia memilih brownies cake panggang yang sudah dihias sangat cantik. Angeline tadi juga sempat melirik brownies panggang cake itu tapi ia ragu dengan komposisi coklat di dalam cake tersebut karena takut akan mempengaruhi berat badannya yang ideal."Saya rasa sepulang kerja nanti ini enak di
Aisyah tak habis pikir dengan apa yang sedang Hamish pikirkan, ia merasa Hamish harus memprioritaskannya karena ia masih duduk di atas kursi roda.Hamish masuk ke dalam kamar mereka dan berniat mengambil kaos yang akan ia kenakan untuk tidur di kamar Najwa, "hanya karena aku belum bisa melayanimu, mas, kamu mau tidur dengan mbak Najwa dan meninggalkanku dalam pengawasan BI Surti?" kata Aisyah kesal sekali. Hamish menghela napas berat."Kamu tidak lihat sikap Najwa barusan, Aisyah? Dia sudah mulai membangkang dan tak mendengarkanku sebagai suaminya. Aku harus membujuknya agar ia tak marah terus menerus padaku," kata Hamish."Kenapa perlu membujuknya, mas? Apakah cinta di hatimu untukku sudah mati? Lihat aku, di sini akulah korban dari keegoisan mbak Najwa! Aku harus duduk di atas kursi roda karena perbuatannya dan itu membuatku tak bisa mengasuh Mufti!" isak Aisyah, sebenarnya Aisyah hanya berpura-pura saja, Aisyah tahu betul bagaimana harus bertindak jika ia tak mengijinkan Hamish per
Najwa tak mau memikirkan apa yang terjadi pada rumah tangganya. Sekarang ini yang jadi fokusnya adalah bagaimana ia harus membuat kue dengan sangat baik untuk ia sajikan kepada Jacob. Malam itu, Najwa tak pulang ke rumah dan memutuskan tidur di tokonya jam sebelas malam setelah semua pegawainya pulang. Jam dua pagi Najwa bangun dan langsung menguleni adonan lagi karena masih kurang. Untuk kue buat Jacob telah ia selesaikan dan hanya menghiasnya saja. Ia akan menghiasnya setelah salat subuh.Jam lima pagi, setelah selesai menghias kue untuk Jacob, Widya datang lebih pagi yang membuat Najwa heran sekali."Widya, kok sudah datang sepagi ini?" tanya Najwa yang heran dan juga terharu dengan kedatangan Widya."Saya sudah duga pasti sisanya akan ibu selesaikan sendiri," kata Widya dan Najwa hanya tersenyum."Tinggal seratus pics yang belum dibungkus," kata Najwa seraya menyerahkan bagian packing ke Widya, sedangkan ia melanjutkan untuk membuat kue untuk besok. Hari ini setidaknya akan banya
"Kamu menyia-nyiakan kesempatan, Hamish!" seru Ida kesal pada Hamish di depan Aisyah. Ia sudah tak tahan melihat sikap anaknya yang acuh tak acuh pada Najwa."Kesempatan apa, bu?" tanya Aisyah."Kesempatan untuk merebut hati Najwa lagi!" kali ini Ida berkata ketus pada Aisyah, ia kesal sekali karena Aisyah benar-benar kelihatan kalau ingin menguasai Hamish.Hamish hanya diam, tak berani mengangkat wajahnya karena ia tahu ibunya akan semakin murka."Aisyah memang harus kontrol, kalau makan malam kan bisa lain kali, bu," kata Aisyah membela diri."Kamu tahu gak biaya susu Mufti selama ini siapa yang ngasih? Ya Najwa! Belanjaan kamu yang seabrek kemarin siapa yang bayarin? Ya, Najwa!" seru Ida kesal."Tapi kan uang mbak Najwa juga dari mas Hamish, Bu!" Aisyah kesal karena disalahkan, jadi ia membela diri. Baginya, dia adalah satu-satunya istri Hamish dan kalau Najwa juga mengeluarkan uang untuk Mufti ya wajar, karena Mufti adalah anak mereka juga."Tanyakan pada suamimu kapan terakhir ka
Jacob meminta kunci mobil pada sopirnya yang telah membukakan pintu untuknya. Sebelum sang sopir memberikan kunci mobilnya, sang sopir celingukan dengan wajah bingungnya, apalagi Jacob hanya keluar berdua dengan Najwa, bahkan sekretarisnya tidak boleh ikut. Biasanya, Jacob anti berdua saja dengan perempuan lain, bahkan dengan Angeline sekalipun, Jacob selalu membawa serta sang sopir.“Mana kuncinya!” seru Jacob kesal.“Anu, pak, apa gak sebaiknya sama saya saja?” tanya sang sopirnya yang cemas. Bukan tanpa sebab ia bertanya hal seperti itu, karena setiap tiga jam sekali sang nyonya besar yakni ibu Jacob selalu menghubunginya dan bertanya soal Jacob. Hubungan antara Jacob dan ibunya tak baik apalagi setelah kakek yang Jacob sayangi meninggal dan Jacob kecewa pada ibunya yang tak bisa datang di saat-saat terakhir sang kakek. Meski ibunya menjelaskan bahwa ia tak bisa pulang karena bisnis yang harus dikerjakannya, dan sekarang Jacob membalas hal yang sama pada ibunya, mengabaikan ibunya
"Pak," panggil Najwa dan Jacob menoleh ke arahnya dengan ekspresi dingin setelah mereka keluar dari toko buku, "hmmm, saya bisa pulang sendiri ke toko, pak. Bapak sibuk dan terburu-buru, kan?" tanya Najwa. Ia sungkan jika harus pulang diantarkan oleh Jacob."Saya sedang tidak punya calon istri untuk dinikahi, kenapa saya buru-buru?" jawab Jacob yang membuat Najwa bengong.Eh?Apa maksud ucapan pak Jacob? Aku bilang apa, dia jawab apa.Najwa dibuat langsung mingkem dengan jawaban dari Jacob yang diluar nalarnya itu. Ia benar-benar tak mengerti kenapa bisa Jacob menjawab seperti itu.Najwa akhirnya memutuskan mengikuti Jacob, ia telah kehilangan pembendarahaan kata jika harus berhadapan dengan Jacob. Jadi sepanjang perjalanan pulang ke tokonya, mereka saling diam satu sama lain. Najwa turun dari mobil setelah sampai di tokonya dan kebetulan sekali kalau Aisyah tengah berada di luar rumah, Aisyah sedang belajar jalan di pinggir jalan. Melihat Najwa turun dari mobil, mereka saling panda
Hari-hari Najwa bergulir seperti biasa, ia lebih banyak menghabiskan waktu di toko, membuat kue spesial untuk Jacob dan membantu pegawainya. Bahkan, Najwa jarang tidur di rumahnya dan hanya pulang ke rumah jika ia merindukan kamarnya. Bi Surti pun mengirimkan sarapan ke Najwa kalau pagi, jadi Najwa tak pernah sarapan di rumah bersama suaminya, adik madunya dan ibu mertuanya yang sudah lelah bicara dengan sang putra."Aku lelah, Bu, ibu lihat sendiri kan kalau aku harus berangkat pagi dan pulang malam hari," kata Hamish mengeluh kembali kala ibunya mengingatkannya soal Najwa."Tapi kalian seperti dua orang asing, Hamish," kata ibu Najwa, "ibu gak suka melihat kamu seperti ini, mengabaikan Najwa," kata ibunya."Mau bagaimana lagi? Kita sama-sama kerja, Bu," kata Hamish membela diri. Aisyah mendengar saja, tidak menimpali karena takut ibu mertuanya akan kembali marah dan menegurnya. Hubungan Najwa dan Hamish yang tak harmonis itu membuat Aisyah sangat senang, pasalnya dengan begitu Aisya