Tina dan Najwa tiba di perusahaan milik Jacob pukul setengah delapan. Kedatangan Najwa sudah ditunggu-tunggu oleh Jacob di ruangannya. Angeline sendiri, sang sekretaris sampai heran kenapa sang bos bisa datang satu jam lebih awal darinya. Angeline yang terbiasa datang jam setengah delapan pagi, pagi itu kaget kala satpam perusahaan mengatakan kalau bos besarnya sudah ada di kantor sejak pukul setengah tujuh pagi. Buru-buru Angeline langsung naik ke lantai atas dan menemui bosnya yang sedang berdiri menghadap ke jendela dan menikmati pemandangan kota dari balik jendela besarnya.“Apa ada yang bapak butuhkan?” tanya Angeline dengan dada berdebar-debar, ia takut pekerjaannya ada yang terlewat sampai-sampai sang bos datang lebih pagi dari biasanya. Jacob menggeleng lemah dan berbalik.“Najwa dan timnya akan datang, terima rotinya dan antar Najwa ke ruangan saya, saya harus mereview roti milik saya sendiri,” kata Jacob pada Angeline yang membuat perempuan itu bingung. Pasalnya ia tak tahu
"Bu, Bu Najwa kenapa pucat?" Tina menghampiri Najwa setelah Jacob dan sekretarisnya keluar dari perusahaan. Tina heran kenapa wajah Najwa bisa sepucat dan sekaget itu setelah tadi ia melihat Najwa tak sengaja menabrak tubuh Hamish. "Lihat kakiku, Tin, masih berpijak di bumi, kan?" tanya Najwa dan Tina mengangguk tak paham. Benar-benar majikan satunya ini sepertinya sangat-sangat kelelahan dengan kue-kue yang terus dibuat."Ada apa, Bu?" tanya Tina bingung. Jujur, Najwa adalah pondasi toko kue tempatnya bekerja, kalau terjadi sesuatu pada Najwa, ia juga pasti akan kena. Dimana lagi Tina bisa dapatkan pekerjaan dengan gaji yang lumayan dan bisa makan sepuasnya? Apalagi Najwa selalu membebaskan pegawainya mengambil beberapa roti untuk dibawa pulang jika mereka mau."Pak Jacob, Tin, sumpah jantung saya berdebar terus," kata Najwa mengeluh. Tina melihat ke arah mana Jacob telah menghilang kemudian mengangguk setuju."Beliau emang punya pesona tersendiri, Bu. Meski dingin, irit bicara, tap
"Kamu keterlaluan, Aisyah!" seru Ida kesal pada menantunya itu. Bagaimana Ida tak kesal jika sebagai Aisyah sengaja mengatakan itu di depannya kepada Najwa."Mbak Najwa yang mulai duluan, Bu!" seru Aisyah tak mau disalahkan."Mungkin memang Najwa yang salah karena dia nasehatin kamu, tapi ibu juga lihat kalau kamu sendiri yang malas-malasan nyusuin anakmu. Ibu meski tua gini tahu ilmu parenting ibu-ibu jaman sekarang. Lidah bayi itu akan merangsang air susu kamu jadi akan keluar nantinya jika kamu keras kepala menyusui anakmu. Kamu ogah-ogahan menyusui anakmu, sedangkan anakmu butuh ASI darimu sebab dia alergi susu formula biasa," kata Ida panjang lebar yang membuat Aisyah diam karena tak menyangka ibu mertuanya mengerti ilmu pelekatan antara air susu dan lidah bayi yang bisa merangsang air susunya agar keluar, "Ilmu ASI itu semakin sering disusukan maka akan semakin banyak ASInya. Kayak pabrik, semakin banyak permintaan maka semakin banyak pula produk yang dikeluarkan, kan?" kata Ida
Najwa masih diam karena tahu dari ekspresi Angeline bahwa ia sedang kesal. Mungkin Angeline tak menyangka kalau ia akan mendapatkan reward berupa cake dari Jacob, padahal tadi pagi Angeline juga sudah makan roti yang dibuat Najwa. Untuk menghilangkan rasa kesal Angeline dan Najwa juga canggung karena Jacob terus menatap tajam ke arahnya, Najwa bangkit dan berjalan ke arah Angeline yang hanya menatap bingung ke arah macam-macam cake yang ada di hadapannya. "Mbak, sudah tentukan mana cake yang akan mbak pilih? Kalau belum dan gak keberatan, mau saya pilihkan?" tawar Najwa sopan dan Angeline mengangguk ke arahnya, setuju dengan saran dari Najwa tersebut. Najwa kemudian mengamati Angeline baik-baik lalu ia memilih brownies cake panggang yang sudah dihias sangat cantik. Angeline tadi juga sempat melirik brownies panggang cake itu tapi ia ragu dengan komposisi coklat di dalam cake tersebut karena takut akan mempengaruhi berat badannya yang ideal."Saya rasa sepulang kerja nanti ini enak di
Aisyah tak habis pikir dengan apa yang sedang Hamish pikirkan, ia merasa Hamish harus memprioritaskannya karena ia masih duduk di atas kursi roda.Hamish masuk ke dalam kamar mereka dan berniat mengambil kaos yang akan ia kenakan untuk tidur di kamar Najwa, "hanya karena aku belum bisa melayanimu, mas, kamu mau tidur dengan mbak Najwa dan meninggalkanku dalam pengawasan BI Surti?" kata Aisyah kesal sekali. Hamish menghela napas berat."Kamu tidak lihat sikap Najwa barusan, Aisyah? Dia sudah mulai membangkang dan tak mendengarkanku sebagai suaminya. Aku harus membujuknya agar ia tak marah terus menerus padaku," kata Hamish."Kenapa perlu membujuknya, mas? Apakah cinta di hatimu untukku sudah mati? Lihat aku, di sini akulah korban dari keegoisan mbak Najwa! Aku harus duduk di atas kursi roda karena perbuatannya dan itu membuatku tak bisa mengasuh Mufti!" isak Aisyah, sebenarnya Aisyah hanya berpura-pura saja, Aisyah tahu betul bagaimana harus bertindak jika ia tak mengijinkan Hamish per
Najwa tak mau memikirkan apa yang terjadi pada rumah tangganya. Sekarang ini yang jadi fokusnya adalah bagaimana ia harus membuat kue dengan sangat baik untuk ia sajikan kepada Jacob. Malam itu, Najwa tak pulang ke rumah dan memutuskan tidur di tokonya jam sebelas malam setelah semua pegawainya pulang. Jam dua pagi Najwa bangun dan langsung menguleni adonan lagi karena masih kurang. Untuk kue buat Jacob telah ia selesaikan dan hanya menghiasnya saja. Ia akan menghiasnya setelah salat subuh.Jam lima pagi, setelah selesai menghias kue untuk Jacob, Widya datang lebih pagi yang membuat Najwa heran sekali."Widya, kok sudah datang sepagi ini?" tanya Najwa yang heran dan juga terharu dengan kedatangan Widya."Saya sudah duga pasti sisanya akan ibu selesaikan sendiri," kata Widya dan Najwa hanya tersenyum."Tinggal seratus pics yang belum dibungkus," kata Najwa seraya menyerahkan bagian packing ke Widya, sedangkan ia melanjutkan untuk membuat kue untuk besok. Hari ini setidaknya akan banya
"Kamu menyia-nyiakan kesempatan, Hamish!" seru Ida kesal pada Hamish di depan Aisyah. Ia sudah tak tahan melihat sikap anaknya yang acuh tak acuh pada Najwa."Kesempatan apa, bu?" tanya Aisyah."Kesempatan untuk merebut hati Najwa lagi!" kali ini Ida berkata ketus pada Aisyah, ia kesal sekali karena Aisyah benar-benar kelihatan kalau ingin menguasai Hamish.Hamish hanya diam, tak berani mengangkat wajahnya karena ia tahu ibunya akan semakin murka."Aisyah memang harus kontrol, kalau makan malam kan bisa lain kali, bu," kata Aisyah membela diri."Kamu tahu gak biaya susu Mufti selama ini siapa yang ngasih? Ya Najwa! Belanjaan kamu yang seabrek kemarin siapa yang bayarin? Ya, Najwa!" seru Ida kesal."Tapi kan uang mbak Najwa juga dari mas Hamish, Bu!" Aisyah kesal karena disalahkan, jadi ia membela diri. Baginya, dia adalah satu-satunya istri Hamish dan kalau Najwa juga mengeluarkan uang untuk Mufti ya wajar, karena Mufti adalah anak mereka juga."Tanyakan pada suamimu kapan terakhir ka
Jacob meminta kunci mobil pada sopirnya yang telah membukakan pintu untuknya. Sebelum sang sopir memberikan kunci mobilnya, sang sopir celingukan dengan wajah bingungnya, apalagi Jacob hanya keluar berdua dengan Najwa, bahkan sekretarisnya tidak boleh ikut. Biasanya, Jacob anti berdua saja dengan perempuan lain, bahkan dengan Angeline sekalipun, Jacob selalu membawa serta sang sopir.“Mana kuncinya!” seru Jacob kesal.“Anu, pak, apa gak sebaiknya sama saya saja?” tanya sang sopirnya yang cemas. Bukan tanpa sebab ia bertanya hal seperti itu, karena setiap tiga jam sekali sang nyonya besar yakni ibu Jacob selalu menghubunginya dan bertanya soal Jacob. Hubungan antara Jacob dan ibunya tak baik apalagi setelah kakek yang Jacob sayangi meninggal dan Jacob kecewa pada ibunya yang tak bisa datang di saat-saat terakhir sang kakek. Meski ibunya menjelaskan bahwa ia tak bisa pulang karena bisnis yang harus dikerjakannya, dan sekarang Jacob membalas hal yang sama pada ibunya, mengabaikan ibunya