Beranda / Urban / Istri Pengganti Duda Arogan / Bab 4 - Aku Takut Ruang Gelap

Share

Bab 4 - Aku Takut Ruang Gelap

Penulis: Almiftiafay
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-19 15:27:53

Sebelumnya, Nial melihat sendiri lelaki yang mengantar Bela pulang sedang melambaikan tangan dengan seulas senyum yang paling menawan. Yang mana hal itu membuatnya gerah.

Ia berpikir anak-anak muda jaman sekarang seenaknya mengantar pulang istri orang tanpa rasa takut, tepat di depan pintu gerbang rumah suaminya.

Nial melonggarkan dasinya yang terasa mencekik lehernya sendiri.

Ia masuk ke dalam kamar saat suara petir yang sangat hebat terdengar pecah di luar.

"Apa dia akan baik-baik saja? Biarkan saja! Siapa suruh dia dekat dengan lelaki lain?"

Nial menghempaskan tubuh lelahnya ke atas ranjang. Memiringkan badan dan memanggil ingatan di mana semalam ia dapat melihat Bela tergolek kesakitan saat ia mengambil miliknya yang paling berharga, gadisnya.

Hal itu justru membuat gairahnya membuncah, hanya dengan memikirkan bagaimana bentuk tubuh Bela membuat hormon lelakinya bangkit dari tidur. Nial memijit keningnya, memejamkan mata.

"Maafkan aku, Catherine! Aku hanya akan menjadikannya boneka di sini. Bagiku ... hanya kamu yang berhak atas segalanya. Hatiku, perasaanku."

Nial pikir tidur sejenak akan melonggarkan otot di kepalanya yang menegang.

Ia tidak tahu bagaimana ketakutannya seseorang yang ia kurung di dalam gudang.

....

Bela, ia terus menatap foto istri dan anak Nial yang baru saja ia buka penutupnya. Kepalanya sedang dipenuhi seribu tanda tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi pada kedua orang itu sehingga foto mereka terasingkan di sini dengan penuh debu dan bersanding dengan televisi usang.

Ia melupakan satu hal, bahwa kegelapan membuatnya kesulitan bernapas. Ia takut ruang gelap. Kepalanya pusing, perih di sudut bibirnya yang sobek akibat tamparan Vida terasa seperti gigitan semut yang menyengatnya.

Bela berjalan dengan melihat sekitar, mencari saklar lampu yang barangkali tersembunyi di sudut ruangan atau tertutup jam kuno yang tingginya sebesar lemari pakaian. Atau mungkin ada di balik patung pualam? Entahlah ....

Tapi ia benar-benar tidak bisa menemukannya.

Nyctophobia ini menyerangnya hingga ke ujung kaki.

Ia tidak sadar baru saja menyenggol guci besar milik Nial hingga jatuh ke lantai dan pecah berserakan.

Bela merasa kepalanya membentur lantai saat ia limbung ke depan. Serpihan guci itu melukai wajah, lengan dan kakinya.

Ia merasa akan pingsan sebentar lagi jika pintu ruangan tidak segera terbuka dan kemunculan lelaki yang berseru memangggil namanya dalam kepanikan.

"BELA!"

Ia tahu ini adalah suara Nial. Tapi ia tidak punya daya untuk membalas panggilannya barang hanya sepatah kata.

Ia merasa tubuhnya terangkat dari lantai yang dingin. Tangan kekar dan berotot Nial merengkuhnya dan membawanya keluar dari gudang.

Matanya temaram saat ia menjemput cahaya gemerlap lampu di luar. Yang tergantung di langit-langit atap berbentuk pentagon.

Bersama pandangan seorang wanita paruh baya yang ia ketahui sebagai Kim, Kepala Pelayan di rumah Nial.

Ia ketakutan bahkan berpikir ia sudah akan mati. Netranya menangkap wajah khawatir Nial yang tidak mengatakan apapun saat membawanya memasuki kamar dan membaringkannya di atas ranjang.

"Bela," panggilnya lagi.

Bela merasakan tangan besar Nial menyentuh kepalanya.

"Kamu baik-baik saja?"

Suara bariton Nial begitu dekat dengannya. Bela tahu dunia telah kembali seperti seharusnya.

Ketakutannya memudar dan ia bisa sepenuhnya melihat langit-langit kamar dengan jelas.

"Ya," jawabnya lemah.

Nial pergi dari hadapannya dan kembali dengan kotak obat.

"Kenapa pingsan?" tanyanya acuh seraya mengambil kapas dan memberi obat di atasnya dan ia gunakan untuk menyentuh wajah Bela yang tergores pecahan guci.

Bela memalingkan wajahnya, ia takut tangan besar Nial akan memukulnya dengan kasar karena menganggapnya menipunya agar bisa dikeluarkan dari dalam gudang.

Tapi ternyata tidak, tangan Nial menyentuhnya dengan lembut. Dengan hati-hati takut jika telapaknya akan meremukkan wajah mungil Bela.

"Kamu tidak mendengarku?"

Nial mengalihkan pandangannya dari luka di wajah Bela dan mata mereka bertemu.

Bela meremas jemarinya, ia takut dengan mata Nial yang terasa mengulitinya. Lelaki itu menunggu jawabannya yang tertahan di tenggorokan tanpa bisa ia keluarkan.

"Ak-aku ...."

"Apa kamu kambing yang kedinginan? Kenapa suaramu bergetar?"

Meski dengan nada kesal, tapi tangan Nial beralih mengobati lengan Bela tetap dengan hati-hati.

"Aku fobia ruang gelap."

Bela menjawabnya secepat mungkin. Persetan Nial akan percaya atau tidak ia tidak peduli, yang jelas ia mengatakan kejujuran.

Nial sejenak berhenti dari aktivitasnya. Dadanya membuncah dengan rasa duri dalam daging.

Tangannya yang menyentuh kaki Bela terasa kebas dan dingin. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, kenangan hidup Catherine kembali mengisi ruang dalam kepalanya.

Ia menarik napas sebelum kembali meneruskan mengobati kaki Bela.

"Kenapa kamu tidak bilang? Harusnya kamu mengatakannya padaku," acuhnya. Bela tahu itu hanya sebagai basa-basi saja.

"Bagaimana aku bisa bilang kalau kamu mengurungku di sana?"

Nial kembali menatap Bela.

"Kamu sudah berani menjawabku?"

"Tadi kamu bilang aku harus mengatakannya?"

Wajah Nial merah padam, berpikir anak bungsu Handoko ini selalu bisa membalikkan apapun yang ia ucapkan.

"Dan ini!" tunjuk Nial pada dress yang dipakai Bela.

"Jangan memakai dress di atas lutut seperti ini! Kalau kamu jatuh kakimu akan terluka," katanya dengan memasukkan obat merah ke dalam kotak.

"Tapi 'kan kamu yang menyiapkannya di dalam lemari. Tidak ada pakaian lain selain dress."

Nial kembali menoleh dengan cepat. Baru pertama kali ini ada perempuan yang terus saja membantahnya dengan tidak takut. Tapi ia berpikir apa yang dikatakan Bela ada benarnya.

"Kamu pikir aku membelikannya untuk kamu pakai di luar? Aku membelikannya untuk pajangan di lemari," sanggahnya membela diri.

Bela ternganga dengan tidak percaya.

Nial membuang wajahnya dan pergi dari sana tepat saat Bela bangun dan meraih pergelangan tangannya. Membuatnya berhenti dan memutar badan.

"Kenapa?" Matanya menyipit seperti mata kucing.

"Tanganmu terluka juga."

Bela menunjuk punggung tangan Nial yang juga berdarah. Mungkin ia tidak sadar juga terkena pecahan guci yang tajam saat mengangkat Bela dari lantai.

"Biarkan saja!"

Tapi Bela tidak membiarkannya, ia menarik tangan Nial hingga lelaki itu duduk di tepi tempat tidur, Bela melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Nial dan memberikan plester luka di sana.

Nial menatap Bela yang menunduk dengan rambut panjangnya. Ia dapat melihat sudut bibirnya seperti bekas luka sobek dan itu lepas dari pengawasannya sebelumnya.

"Kenapa bibirmu?"

Bela memandang Nial, "Hanya ... bertengkar sedikit dengan Vida."

"Kalian bertemu?"

"Iya."

"Penipu itu memukulmu?"

"S-sedikit."

"Kalau dia melakukannya lagi bilang padaku. Aku tidak ingin dia menyentuh istriku."

Nial bangkit dan berlalu dari hadapannya. Punggungnya menghilang di balik pintu kamar mandi. Meninggalkan Bela yang mematung di tempatnya. Berpikir, 'Dia bilang 'istriku?''

Nial menutup pintu kamar mandi dan menyandarkan punggungnya. Dadanya dipenuhi dengan rasa sesak.

Nyctophobia, Catherine dulu juga takut dengan kegelapan. Semua yang ada pada Bela semakin mengingatkannya akan Catherine. Ia memandang langit-langit, menata hati dan kewarasannya yang digerogoti dinginnya malam yang dibawa oleh hujan di luar sana.

Nial berpikir jika tadi Kim tidak menggedor pintu kamarnya dan mengatakan ada suara barang pecah di gudang tempat ia mengurung Bela, mungkin anak itu sudah mati ketakutan.

Ia menunduk, bayangan wajah Catherine tumpang tindih dengan wajah Bela. Saling membaur menjadi satu seperti mereka menjadi satu orang yang sama.

"Catherine ... apa kamu hidup dalam tubuh Bela? Kalau iya, apa aku boleh melupakanmu? Kamu membuatku terus merindukanmu."

Petir menyambar sekali lagi dengan hebat hingga membuat jendela bergetar. Suara teriakan Bela membuat Nial berderap keluar.

"Mas Nial, kenapa Mas memelukku?"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Christy Lino
Batu yg keras jika sering kena air prlahan2 jg akan terkikis,...Nial yg arogan jika disentuh hatinx dgn klembutan prlahan2 jg akan melunak bahkan jd bucin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 5 - Aku Tidak Menggodamu

    CTARR!!!Petir itu benar-benar terdengar dengan cukup keras. Kilatan putih itu seperti flash kamera raksasa yang menyilaukan hingga membuat Bela berteriak ketakutan."AAA!!"Ia yakin petir itu menyambar setidaknya pohon atau batu atau bumi, pasti salah satu dari mereka. Ia juga terkejut karena Nial keluar dari pintu kamar mandi dan berlari padanya lalu memeluknya yang masih duduk di atas tempat tidur."M-Mas Nial!"Bela memanggil Nial sekali lagi dan secepat mungkin Nial melepaskan tangannya yang merengkuh Bela. "Kenapa teriak?" tanyanya ketus. Bela mengangkat wajahnya untuk melihat Nial yang semakin tinggi saat berdiri di hadapannya. "A-ada petir." Bela menjawab dengan ragu-ragu. Ia melihat wajah kesal Nial yang lalu pergi tanpa mengatakan apapun lagi. Ia kembali masuk ke dalam kamar mandi dan Bela dapat mendengar suara air yang jatuh dari shower.Nial mengusap wajahnya dengan kasar saat mengingat bagaimana ia berlari secepat Usain Bolt dan memeluk Bela yang berteriak ketakutan ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 6 - Recall : Cinta Pertama Nial

    "Bapak!"Bela berlari menghambur dalam dekapan Handoko, ayahnya. Ia baru saja lepas dari Nial yang akhirnya mengijinkannya untuk datang ke rumah sakit setelah Bela menangis agar Nial menghentikan hasratnya yang membara di atas ranjang.'Tolong, Mas Nial! Kamu bisa melakukan apapun padaku. Tapi tolong, kali ini saja biarkan aku menerima panggilan bapak!'Bela ingat hal itu yang ia katakan pada Nial dengan air mata yang menggenang. Nial tidak tega karena mata Bela sudah seperti anak kucing yang kedinginan di tengah badai salju.'Baiklah.'Bela mengangkat telepon dari Handoko yang mengatakan ibunya kembali kritis. Air matanya semakin jatuh berlinang saat panggilan mereka mati.'Pakailah baju, Bela! Aku akan mengantarmu ke rumah sakit.'Tadinya Bela tidak percaya dengan apa yang didengarkannya dari bibir Nial. Tapi saat mata mereka bertemu, ia tahu Nial sungguh-sungguh.Membuat Bela menurutinya dan di sinilah dia sekarang.Memeluk Handoko dan memandang keadaan ibunya di dalam ruang ICU ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-23
  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 7 - Antara Suami Dan Cinta Pertama

    Suara petir kembali terdengar dengan cukup hebat di atas sana padahal hujan baru saja reda. Petir juga terasa baru saja menyambar kepala Bela yang tertunduk ke samping melihat rambut hitam Nial yang sedang bersandar di pundaknya.'Catherine dia bilang?'Ia menghela napasnya.'Jadi nama mantan istrinya adalah Catherine?'Bela masih belum bergerak. Ia merasakan bahu Nial berguncang. Ia tahu lelaki ini menangis. Entah apa penyebabnya tiba-tiba ingat dengan Catherine, meski Bela tahu memang Nial tidak pernah bisa melupakan Catherine bahkan hanya dalam sedetik pun."Aku Bela!" Akhirnya ia membuka suaranya agar Nial berhenti mengingat Catherine.Nial berangsur menyadarkan dirinya dan menarik kepalanya dari Bela. Ia tidak mengatakan apapun saat bangkit dari duduknya dan membiarkan Bela sendirian di sana, sementara gerimis kembali mengguyur jagat raya.Bela menunduk. Ingat betul bagaimana ucapan Nial yang mengatakan bahwa dirinya hanyalah sebatas pengantin pengganti yang tidak diinginkan N

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-23
  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 8 - Kemeja Yang Dia Pakai Itu Berbahaya

    ***"Ya, Jerry. Aku akan berangkat sebentar lagi."Suara bariton seorang lelaki terdengar sangat dekat di telinga Bela. Dan hal itu membuatnya segera membuka mata.Ia terkejut. Tentu saja! Karena ia bangun di dalam kamar Nial padahal sebelumnya ia tidur di sofa ruang tamu.Apalagi saat ini ia melihat Nial duduk di sampingnya dengan keadaan tanpa mengenakan atasan sehingga Bela disuguhi pemandangan tubuh atletisnya.Ia juga tampak baru saja bangun saat menerima panggilan lelaki bernama Jerry di ponselnya.'Apa yang terjadi semalam?' Bela menggigit bibirnya dan mengecek keadaannya di bawah selimut. Masih berpakaian lengkap.'Jadi Nial membawaku naik?' Ia sekilas melihat Nial yang ternyata mata elangnya sudah mengawasinya lebih dulu. Bela terbaring dengan kaku. Lidahnya membeku sampai dia tidak bisa mengatakan apapun bahkan hanya untuk menyapa Nial."Sudah bangun?"Suara bariton dingin Nial kembali tedengar. Membuat Bela

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 9 - Kamu Yang Bilang Kalau Aku Hanya Sebatas Pengganti

    Nial melihat sendiri Bela menyentuh dompetnya dan mengintip foto Catherine di sana yang membuatnya berteriak marah.Bela berjingkat satu jarak menjauh dari meja dan menatap Nial dengan mata anak kucing yang ketakutan."Kamu tidak tahu kalau kamu lancang, Bela?"Nial meraih dompetnya secepat mungkin dan mengamankannya ke dalam genggamannya.Bela tidak menjawab Nial. Karena apapun bentuk jawaban yang ia katakan maka Nial akan tetap marah, Bela sudah terlajur salah di mata Nial."Jawab!"Bela menunduk dengan meremas jemari mungilnya. Menghindari mata Nial mungkin adalah pilihan terbaik saat ini dari pada membuatnya semakin ketakutan."Apa kamu penasaran dengan mantan istriku sampai kamu harus menyentuh dan membuka dompetku?"'Aku membuka dompetnya?' Bela bertanya dalam hati. Tapi sekarang bukan itu. Ada hal yang le

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 10 - Hujan Menggerakkannya Pada Bela

    Nial khawatir. Sudah beberapa lama sejak Bela pergi menerjang guyuran hujan karena marah padanya. Bahkan saat ia selesai mandi dan menuruni tangga, anak itu juga belum tampak menunjukkan tanda-tanda kepulangannya. Harusnya ini lebih baik, karena artinya ia tidak perlu lagi melihatnya berkeliaran di dalam rumahnya. Tapi hatinya tidak mengijinkan. Ia membuka pintu rumah, sapuan dingin angin malam dan tempias hujan datang menerpa wajahnya. Petrichor membuatnya menghidu bau masa lalu. Bau Catherine, bau pomelo yang dipakainya. 'Nanti, datanglah dulu dengan Gavin di tempat kita reservasi untuk makan malam! Aku akan datang menyusul setelah pulang kerja, ya?' Itu adalah janji terakhir yang diucapkan Nial pada Catherine. 'Iya, Mas Nial ... aku dan Gavin akan menunggumu di sana.' 'Bagus. Kamu akan memakai gaun ini?' Nial melingkarkan tangannya pada pinggang Catherine, merasakan lembutnya gaun yang ia berikan padanya sebagai hadiah ulang tahun mereka yang memasuki satu dekade. 'Iya,

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 11 - Pria Yang Menolongnya Adalah Nial

    Dia menit sebelum kejadian ...."Bodoh!"Nial melihat Bela, ia lega karena ia menemukannya. Tapi lihat di mana dia sekarang! Di tengah kericuhan tawuran yang ada di jalan tak jauh dari rumah sakit. Ia berlari keluar dari mobilnya dan di sinilah sekarang. Memeluk Bela dengan sangat erat meski kepalanya dihantam botol kaca hingga berdarah.Panggilan Bela menyadarkannya bahwa mereka dalam situasi yang tidak aman. Nial melepas pelukannya dari Bela, memutar tubuhnya dan memberikan pukulan terkuatnya pada lelaki bertubuh kekar yang baru sana membuatnya mendapatkan luka-luka.BRUGH!Lelaki itu jatuh ke jalan hanya dengan sekali pukulan karena Nial menyerang titik fatal pada lehernya hingga pingsan.Bela tertegun di tempatnya berdiri. Sesaat kemudian keributan bubar karena sirine mobil polisi bergema di setiap sudut malam. Sementara Nial menarik tangannya dan membawanya masuk ke dalam mobil untuk pulang.Mereka tidak mengatakan apapun bahkan sampai masuk ke dalam rumah dan sampai di kamar m

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25
  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 12 - Tidurlah Denganku!

    'Tidurlah denganku dia bilang?'Bela menggigit bibirnya, tangannya yang sedang digenggam Nial terasa kebas. "Tapi ... Mas Nial jangan melakukan apapun padaku!""Kenapa?""Aku benar-benar harus bangun pagi besok.""Kamu mau ke mana?""Aku ada acara gathering dengan teman-teman satu fakultas.""Dengan Presiden Mahasiswa juga?"Bela penasaran bagaimana caranya Nial tahu identitas Niko. Tapi melihat dari bagaimana berkuasanya seorang Danial Abdisatya, bukankah hal-hal seperti mencari identitas orang lain sangatlah mudah baginya?"Iya, tapi dia mungkin hanya datang sebentar untuk formalitas," jawab Bela secepat mungkin agar terlihat tidak sedang mencari-cari alasan di mata Nial."Ya, jangan dekat-dekat dengan Niko! Aku nggak suka."Bela enggan menjawabnya dan memilih untuk menarik tangannya dari Nial.Tapi Nial tidak mengijinkannya pergi begitu saja. Bela melihat Nial meletakkan sebuah kartu debit warna hitam di tangannya."Kata sandinya adalah ulang tahunmu. Pakai itu untuk membeli yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25

Bab terbaru

  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 229 - Akhir Sebuah Perjalanan (END)

    ***"Selamat pagi."Bariton dalam nan seksi milik Nial selalu menyambutnya setiap pagi.Dia juga tampak baru saja mandi saat melihat Bela yang bangun dari tidurnya dan memberi istrinya kecupan yang manis."Selamat pagi, Mas. Kamu sudah mandi?""Sudah, Sayang. Hm ... kenapa kamu bangun cepat-cepat? Istirahatlah lagi!""Tapi belum ada makanan untuk pagi ini."Nial tersenyum mendengarnya. Ia berlutut di depan Bela dengan sebelah kakinya dan mengusap perutnya yang bulat dan lucu."Oh? Oh!"Nial terkejut. Ia memandang Bela dengan tidak percaya."Kenapa Mas? Dia gerak ya?""Iya. Oh mungkin ingin ucapan selamat pagi juga? Hm ... kamu iri?"Nial mengecup perutnya dan memandang Bela."Bela?""Ya?""Kamu sempurna. Terima kasih untuk sudah mengandung dan mwlahirkan anak-anak kita."Bela mengangguk. Ia tidak bisa menyembunyikan senyumnya saat senyum Nial juga tampak sangat manis."Kamu mandilah! Nanti jadi pergi, 'kan?"Nial lebih dulu bangkit dari posisinya. Mengusap puncak kepala Bela dan memer

  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 228 - Dear Bela, Apa Kabar?

    ***"Ini kebebasan?"Terik. Matahari bersinar terik siang ini.Cerah dan juga berawan. Gugusan Cirro stratus membentang seperti karpet selamat datang yang menyaksikannya keluar dari tahanan. Pada akhirnya ....Tahun-tahun penebusannya telah berlalu. Dan ia tersenyum sekarang. Senyum yang kini tampak lega. Itu adalah Vida.Ia bebas dari tahanan setelah melewati masa yang suram. Yang tidak ingin lagi ia ulangi untuk ke dua kalinya.Dadanya lega sekaligus sebah. Ada perasaan bersalah pada Bela yang kini meluap hingga tumpah.Ia berjalan di sepanjang jalur pedestrian, menunduk dan memasuki sebuah kafe setelah keluar dari toko emas, menjual perhiasan yang dulu masih ia pakai sebelum dibawa polisi.Ponsel dan emas yang dikembalikan padanya itu ia jual dan ia gunakan setidaknya untuk bertahan hidup beberapa waktu ke depan. Sementara ponselnya masih bagus dan saat ini ada di atas meja.Ia duduk. Menghadap sebuah kertas kosong yang baru ia beli dari sebuah toko alat tulis.Netranya tergenan

  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 227 - Sembuh Dari Luka

    Bela tersenyum membaca pesan dari Nial yang mengatakan agar ia bicara dengan Niko lebih dulu.Kini, bagi mereka ... semua telah sembuh dari luka. Tidak ada lagi pertengkaran atau baku hantam sama seperti yang dilakukan Nial dan Niko jika dulu mereka bertemu.Kebencian mereka telah berakhir. Bela ingat Nial sempat mengatakan bahwa Niko-lah yang dulu memberi tahu Nial saat Bela pergi ke Jawa Barat dan memutuskan akan mengakhiri hidupnya sendiri.Niko jugalah yang telah menanganinya saat Bela dilukai Jenni.Semuanya telah berlalu dengan sangat cepat. Waktu membuat kebencian bermetamorfosa menjadi obat penyembuh paling mujarab."Bagaimana kabarnya Pak Nial?"Pertanyaan Niko kembali merengkuh kesadaran Bela yang sedari tadi dibelenggu oleh pemikiran panjangnya."Kabar baik juga, Kak Nik. Dia sedang menikmati hari menjadi Papa yang super sibuk dengan anak lelakinya yang berlarian tanpa henti."Niko tersenyum mendengarnya. Sudah lama ia juga tidak bertemu Nial."Kak Niko mau bertenu dengan M

  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 226 - Setiap Dari Kita Berhak Bahagia

    "Baby, be careful!"Bela merendahkan tinggi tubuhnya, berlutut saat anak kecil laki-laki berumur tiga tahun itu berlari dan memeluknya."Mommy! Mrs. Kim gets some letters!"Jari kecilnya menunjuk pada pintu ruang makan. Tapi saat Bela melihatnya, Nial lah yang masuk dengan bahu merosot penuh kelegaan. Ia baru saja berlari mengikuti anak lelakinya yang berderap secepat kilat meninggalkannya di belakang."Gavin? Papa 'kan sudah bilang jangan--""Mas? Sudahlah!"Bela tersenyum, mengusap punggung tangan Nial saat mendekat."Gavin, lihat perut mama! Hm? Gavin sayang dengan mama?"Nial ikut berlutut dan mengusap puncak kepalanya."Pasti sayang. Gavin sayang mama.""Kalau begitu pelan-pelan ya kalau peluk mama? Nanti kalau adik sakit bagaimana?"Gavin mengusap perut Bela yang membesar."Dia namanya adik?"Bela tertawa mendengar pertanyaan polosnya."No, Baby! Dia belum punya nama. Masih di dalam perut Mama. Nanti kalau sudah keluar, baru bisa diberi nama."Bela meraih tangan kecilnya. Meleta

  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 225 - Hadiah Terbaik Dari Tuhan

    Bela hanya menahan senyumnya saat ini. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan Siska rasakan bersama Jerry untuk pertama kalinya.'Jadi, akan ada yang segelnya dirusak malam ini.'Bela tertawa sendiri. Ia berdiri di deoan cermin setinggi pintu yang ada di dalam kamar ganti dan mengulurkan tangannya ke belakang. Meraih resleting di punggungnya, untuk melepas gaun malam yang tadi ia gunakan untuk menghadiri pernikahan Siska dan juga Jerry."Astaga! Kenapa selalu saja seperti ini. Tadi dipakai mudah tapi kalau mau dilepas sulitnya minta ampun."Bela menggerutu. Ia masih mencoba menarik resletingnya tapi rasanya tidak bisa.Sampai sebuah tangan menariknya turun dan Bela dengan cepat menoleh ke belakang. Ia menunduk teelalu lama sampai tidak sadar Nial sudah masuk dan membantunya."Terima kasih, Mas Nial.""Iya, sama-sama, Sayang."Bela melepasnya. Melemparnya ke sandaran sofa ruang ganti dengan hanya menyisakan underwear. Saat Nial juga membuka kancing jasnya dan ikut melemparnya di temp

  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 224 - Our First Night

    Nial tidak bisa membendung senyumnya saat tahu isi di dalam kotak kado itu. Itu berisi figura yang membingkai sebuah foto.Foto anak kecil perempuan dengan topi bundarnya. Itu adalah foto masa kecil Bela."Mas Nial 'kan selalu bilang kalau aku adalah hadiah yang kamu sukai?""Ya. Memang benar begitu, kok.""Jadi aku memberikan foto anak kecil itu padamu. Anak kecil yang hidupnya kamu selamatkan dan meski terpisah selama lebih dari satu dekade, takdir kembali mempertemukannu dengannya.""Ya, benar. Terima kasih. Mas akan letakkan ini di atas meja kantor kalau pulang nanti. Tapi ada yang harus kamu lakukan sekarang."Nial menutup kotak kado itu dan meletakkannya di atas nakas. Ia meraih tangan Bela dan membuatnya duduk di atas pangkuannya."Apa? Apa yang harus aku lakukan?""Berperan sebagai hadiah yang baik. Hm?"Nial telah membuka kancing dress yang dipakai Bela."Mas? Kamu nggak ingin makan kuenya dulu? Itu enak loh! Aku pesan di toko kue di ujung jalan yang ramai itu."Nial menggele

  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 223 - Birthday

    ***Nial membuka matanya, hari sudah pagi. Dengan keadaan dirinya yang terbaring di atas ranjang bulan madunya. Dengan keadaan tanpa pakaian.Ia sama sekali tidak turun dari ranjang sejak dengan Bela kemarin sore. Akh.Mengingatnya saja membuatnya gerah setengah mati bahkan saat pendingin udara dinyalakan di atas sana. Ingatannya kembali terpanggil di saat-saat ia dan Bela memasuki kamar kemarin."Are you sure?" ragu Bela, bertanya memastikan pada Nial bahwa ia diperbolehkan mengambil alih kontrol mulai saat ini sejak Nial tidak bisa mendominasi hubungan ranjang karena ia masih tidak diperbolehkan bergerak terlalu banyak."Yeah, Baby! Take off my clothes!"Jantung Bela berdebar mendengar permintaan Nial agar melucuti pakaiannya. Bela tidak membantahnya dan membuka kancing kemeja Nial satu demi satu. Melihat perutnya yang masih terlilit perban dan belum sepenuhnya bisa dikatakan pulih.Nial hanya tersenyum saat Bela membuka kancing di celana panjang putih yang ia kenakan dan membuatny

  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 222 - I Need Your Touch

    Darah lebih kental dari Air. Jika di Swiss Leo menyerang Nial saat semua orang lengah, atau Jenni yang menyerang Bela saat itu, sekarang di sini, di Jakarta, Rafael menyerang Jerry.Tapi Jerry telah meningkatkan kewaspadaannya sepuluh kali lipat. Ia membaca pergerakan Rafael dan secepat mungkin menahan pergelangan tangannya yang membawa pisau cutter."Kamu yang brengsek!"Jerry memuntir tangannya hingga terbalik dan jatuhlah pisau itu. Rafael didorongnya hingga punggungnya terbentur dinding dengan kasar."Untuk semua yang telah kamu lakukan pada keluarga Nial, dan kali ini padaku. Bayarkan dan tebuslah semuanya, Rafael! Kamu punya kesempatan untuk menyesal."Jerry mengalihkan tangannya dari bahu Rafael ke kerah bajunya."Tapi saat kamu nggak berubah, aku pastikan kerah bajumu ini nggak lagi sama karena kamu akan mendekam di dalam penjara. Do you get it? Get lost you bastard!"Jerry memberikan penekanan pada setiap kalimatnya. Membuat Rafael bergidik ngeri karena dia dalam ancaman yan

  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 221 - Pasca Tragedi

    "Selamat malam."Jerry datang dan menunduukan kepalanya pada Nial dan juga Bela yang ada di dalam kamar rawat."Selamat malam," balas mereka hampir bersamaan."Pak Nial sudah baikan?""Ya, Jerry. Dari mana kamu seharian? Kamu nggak datang menjengukku loh."Jerry menunjukkan senyumnya yang manis. Tapi Bela dapat melihat ada gurat kemarahan yang ia pendam saat ini."Bisa kita bicara? Hanya berdua saja."Jerry memandang Bela, memohon pengertian dan maaf."Sure, aku akan keluar. Aku akan ngobrol dengan Pak Watson."Bela hanya melemparkan senyumnya lalu memberi tempat untuk Jerry."Sebentar ya, Sayang?" Nial meraih tangannya sebelum ia benar-benar pergi."Iya, Mas. Kalian bicaralah!"Bela melambaikan tangannya sekilas pada Nial sebelum menghilang di balik pintu ruangan."Kenapa, Jerry? Hari ini kamu mengunjungi anak itu?"Nial bertanya sesegera mungkin. Tidak ingin membuang waktu lebih banyak karena ia ingin dengar apa yang ingin dikatakan oleh Jerry sampai membuat Bela harus pergi dari si

DMCA.com Protection Status