Beranda / Urban / Istri Pengganti Duda Arogan / Bab 7 - Antara Suami Dan Cinta Pertama

Share

Bab 7 - Antara Suami Dan Cinta Pertama

Penulis: Almiftiafay
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-23 08:37:57

Suara petir kembali terdengar dengan cukup hebat di atas sana padahal hujan baru saja reda. 

Petir juga terasa baru saja menyambar kepala Bela yang tertunduk ke samping melihat rambut hitam Nial yang sedang bersandar di pundaknya.

'Catherine dia bilang?'

Ia menghela napasnya.

'Jadi nama mantan istrinya adalah Catherine?'

Bela masih belum bergerak. Ia merasakan bahu Nial berguncang. Ia tahu lelaki ini menangis. 

Entah apa penyebabnya tiba-tiba ingat dengan Catherine, meski Bela tahu memang Nial tidak pernah bisa melupakan Catherine bahkan hanya dalam sedetik pun.

"Aku Bela!" Akhirnya ia membuka suaranya agar Nial berhenti mengingat Catherine.

Nial berangsur menyadarkan dirinya dan menarik kepalanya dari Bela. 

Ia tidak mengatakan apapun saat bangkit dari duduknya dan membiarkan Bela sendirian di sana, sementara gerimis kembali mengguyur jagat raya.

Bela menunduk. Ingat betul bagaimana ucapan Nial yang mengatakan bahwa dirinya hanyalah sebatas pengantin pengganti yang tidak diinginkan Nial.

Cincin pernikahan yang ia lihat melingkar di jari manisnya itu hanyalah simbol belaka. 

Nial mengingatkan bahwa ia tidak akan pernah bisa menggantikan Catherine.

Bela tersenyum menyeringai, Seperti Joker. Kedua sudut bibirnya terangkat namun air matanya menggenang bersama air hujan.

Ia tahu tidak akan pernah ada cinta Nial untuknya sejak lelaki itu tidak bisa melupakan masa lalunya. 

Bela berpikir, 'Apa yang aku inginkan? Aku sudah tahu dari awal kalau aku akan menderita, 'kan?'

Ia terkejut karena tubuhnya yang terguyur gerimis lebat tiba-tiba saja terlindungi. Saat ia melihat ke depan, seorang lelaki dengan payungnya yang berwarna merah berdiri di sana, menaunginya agar tidak kebasahan lebih jauh.

Samudera Nikolass Arka, dia adalah Presiden Mahasiswa di universitasnya. 

Lelaki yang sama yang tadi sore memisahkan pertengkarannya dengan Vida. 

Lelaki yang mengantar pulang Bela sekligus menjadi awal bagaimana murkanya Nial.

"K-Kak Niko?"

"Kamu kenapa di sini, Bel?"

Ia bertanya tanpa beranjak seinchi pun dari tempatnya. 

"Aku menjenguk ibuku."

"Bukan itu. Kenapa duduk di bawah hujan, Bela?"

Mata mereka bertemu.

"Hanya ... ingin duduk sebentar di sini."

Bela meremas tangannya yang gugup saat Niko tidak mengalihkan pandangannya dari Bela dengan mata teduhnya. Cara menatap yang jauh berbeda dari cara Nial yang penuh kebencian padanya.

"Kak Niko kenapa di sini?"

"Aku? Menjemput ayahku."

"Dia dokter yang bekerja di sini?'

"Iya. Bangunlah dari sana! Ayo berteduh!"

Tangan Niko meraih tangan Bela karena ia tidak tahan melihat Bela duduk lebih lama dengan keadaan pakaian yang nyaris basah di sana. 

Tapi sebelum ia menyentuhnya, ada tangan lain yang lebih dulu merebut tangan Bela.

Bela terkejut karena Nial kembali datang dan meraih tangannya dengan cepat sebelum ia dan Niko bersentuhan.

"Mas Nial?"

Bela melihat mata Nial yang tajam melihat pada Niko. Begitu juga sebaliknya.

"Kenapa kamu menyentuh istriku?"

Frontal, tanpa basa-basi dan dingin. Nial melemparkan pertanyaan itu pada Niko yang bibirnya mengatup dalam diam karena ia tahu saat ini sedang bertemu muka dengan suami Bela. Lelaki yang sedari sore terus saja dipertanyakan oleh anak-anak seisi kampus—seperti apa rupa dan wajahnya—sejak kabar Bela menikah meluas dengan cepat.

"Mas Nial," panggil Bela mencoba menenangkannya. 

Karena dilihat dari gelagatnya Nial akan menghajar siapapun yang ada di hadapannya. 

Tapi Niko—yang terbiasa memimpin demo mahasiswa dan menggebrakkan tangannya ke meja saat menetapkan mosi tidak percaya pada anggota dewan itu—tetap terlihat tenang. Ia seperti kedamaian bunga teratai yang menghadapi badai.

"Hm ... jadi kamu suaminya Bela?"

"Ya! Ingat namaku baik-baik! Danial Abdisatya. Aku tidak suka milikku disentuh orang lain."

Niko tersenyum.

"Kamu tidak suka milikmu disentuh orang lain, tapi kamu membiarkannya duduk di bawah hujan. Siapa yang tega membiarkan bunga secantik itu menggigil kedinginan?"

Suaranya tenang dan ringan. Perumpamaan yang disampaikannya membuat Bela merinding. 

Ia menahan tangis saat rasa dalam dadanya membuncah dengan penuh lara. Kalimat itu dikatakan oleh Niko, cinta pertamanya, cinta pertama Bela.

Nial tidak menjawab Niko dan menarik Bela agar pergi dari sana. 

Tapi baru satu langkah, Nial berhenti lebih dulu karena Niko mengucap,

"Kamu tidak tahu kalau aku lebih tertarik pada istri orang?"

Bela dengan cepat memutar kepalanya. Matanya sekilas bertemu pendang dengan Niko. 

Tapi Nial juga tidak kehabisan kata karena dia juga membalas Niko.

"Tentu saja. Karena semua hal jauh lebih indah saat sudah menjadi milik orang lain."

Seperti kalimat penutup perdebatan. 

Bela lupa bagaimana caranya dia pergi dari hadapan Niko dengan tangan Nial yang menggenggamnya begitu erat. Sampai Nial membuka pintu mobil untuknya dan memintanya untuk masuk.

Di bawah payung merah, Niko memeriksa ponselnya. Merasakan ketidak asingan wajah dan nama 'Danial Abdisatya' yang tadi ia dengar membuatnya mengetikkan nama itu di mesin pencarian internet.

Benar! 

Ia tahu lelaki itu tidak asing karena dia adalah CEO Ones Air. Salah satu perusahaan penerbangan yang meroket. Wajahnya kerap wara-wiri di surat kabar dan artikel bisnis sebagai 'young billionaire' yang disegani banyak orang. 

Dan lelaki itu ... kini adalah suaminya Bela.

Bela, dia hanya diam saat Nial memintanya memakai seat belt. 

Ia masih terperangkap dalam kalimat Niko, dan bagaimana mata teduhnya yang tidak pernah gagal membuatnya jatuh cinta.

Karena tidak mengindahkan Nial, dan tampaknya Nial tidak ingin berdebat lebih jauh, alhasil ia yang memasangkan seat belt pada Bela.

"Kenapa?" tanya Nial saat melihat Bela yang menunduk di tempatnya.

"Tidak."

Nial menghela napasnya saat membuka coat panjangnya dan menaruhnya di bagian depan tubuh Bela.

"Kamu kedinginan."

Ia hanya mengatakan itu sebelum menghidupkan mesin mobil dan pergi dari rumah sakit. 

Bela merapatkan coat Nial yang terasa hangat di tubuhnya yang memang kebasahan.

Mereka hanya saling diam sampai mobil berbelok di rumah Nial dan berjalan memasuki rumah besar itu.

"Tidurlah di tempat lain, Bela! Aku tidak ingin melihatmu malam ini."

Suara Nial mengakhiri percakapan mereka, ia berjalan menaiki tangga sementara Bela masih berdiri di ruang tamu. 

'Aku juga tidak ingin melihatmu. Sama sekali tidak ingin.'

Bela duduk di ruang tamu yang sudah temaram setelah meminta pakaian ganti dan juga selimut pada bu Kim, sang Kepala Pelayan. Ia duduk di sana dengan rasa dalam hatinya yang sedang tak bisa diuraikan. 

Tentang bagaimana Nial dan Niko yang membuatnya berdiri di antara ketegangan mereka. 

Ia melihat lilin yang dinyalakan di meja ruang tamu, api kecilnya meliuk-liuk.

'Kamu cantik, Bela!'

Itu adalah kalimat yang diucapkan Niko di hari mereka bertemu pada penerimaan mahasiswa baru beberapa waktu yang lalu.

'Kak Niko jangan bilang begitu! Nanti aku bisa dikeroyok fans-mu!'

Niko tersenyum saat itu, mereka duduk melihat api unggun yang sedang berkobar di tengah rimba.

'Kenapa aku tidak boleh bilang begitu, Bel? Aku jujur, kok.'

Bela membalas senyum Niko. Saat itu ia sangat bahagia sampai tidak bisa memikirkan apapun selain dadanya yang meletup dengan penuh bunga. 

Tanpa tahu di depan sana ada masa depan yang tidak pernah ia bayangkan sedang menunggunya.

Senyuman Niko memudar, terbakar bersama liuk api lilin kecil di depannya. 

Bela berpikir, sebenarnya dirinya ini dan Nial sama saja.

Nial tidak bisa melupakan istrinya? Sama! Bela juga, kenangan bersama Niko, semua kebersamaan mereka yang meski tanpa status mereka saling menjaga diam-diam dari kejauhan.

Kenyataan tidak akan berubah. Bahwa lelaki yang saat ini menjadi suaminya bukanlah cinta pertamanya. Bukanlah Niko, tapi Nial.

Bela meringkuk di atas sofa besar dan selimut yang menelan habis tubuhnya. Ia merasakan sedih yang tidak bisa dijelaskan. 

Ellipsism, itu yang ia ketahui sedang menggerogotinya hingga lelap.

....

Dari kamar atas, Nial mencari di mana keberadaan Bela. 

Anak itu benar-benar tidak masuk kamar sejak ia memintanya agar tidur di tempat lain. 

Nial khawatir karena sebelumnya baju Bela basah, dan ia takut Bela memaksakan diri tidur dengan pakian yang basah jika dilihat dari naifnya yang akan menuruti apapun yang dikatakan Nial.

Nial menemukannya tidur di sofa panjang ruang tamu dengan berselimut yang hanya menyisakan kepalanya. 

"Apa yang terjadi antara kamu dan Niko? Apa aku hadir di tengah-tengah kalian?" tanya Nial lirih, hampir tak terdengar.

Bela bergerak dan selimutnya tersingkap sehingga membuat kaki mulusnya terlihat. Yang mana hal itu membuat hasrat Nial yang tadi belum tuntas kembali memberontak.

'Sial! Lalu bagaimana sekarang?'

Tidak ada kata apapun lagi. Ia mengangkat Bela memasuki kamarnya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Christy Lino
Nial arogan,sok gengsi padahal ktagihan sama tubuh Bela,..cintai & sayangi Bela Nial jgn jadikan dia hnx sbagai pemuas nafsumu jgn jd laki2 pengecut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 8 - Kemeja Yang Dia Pakai Itu Berbahaya

    ***"Ya, Jerry. Aku akan berangkat sebentar lagi."Suara bariton seorang lelaki terdengar sangat dekat di telinga Bela. Dan hal itu membuatnya segera membuka mata.Ia terkejut. Tentu saja! Karena ia bangun di dalam kamar Nial padahal sebelumnya ia tidur di sofa ruang tamu.Apalagi saat ini ia melihat Nial duduk di sampingnya dengan keadaan tanpa mengenakan atasan sehingga Bela disuguhi pemandangan tubuh atletisnya.Ia juga tampak baru saja bangun saat menerima panggilan lelaki bernama Jerry di ponselnya.'Apa yang terjadi semalam?' Bela menggigit bibirnya dan mengecek keadaannya di bawah selimut. Masih berpakaian lengkap.'Jadi Nial membawaku naik?' Ia sekilas melihat Nial yang ternyata mata elangnya sudah mengawasinya lebih dulu. Bela terbaring dengan kaku. Lidahnya membeku sampai dia tidak bisa mengatakan apapun bahkan hanya untuk menyapa Nial."Sudah bangun?"Suara bariton dingin Nial kembali tedengar. Membuat Bela

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 9 - Kamu Yang Bilang Kalau Aku Hanya Sebatas Pengganti

    Nial melihat sendiri Bela menyentuh dompetnya dan mengintip foto Catherine di sana yang membuatnya berteriak marah.Bela berjingkat satu jarak menjauh dari meja dan menatap Nial dengan mata anak kucing yang ketakutan."Kamu tidak tahu kalau kamu lancang, Bela?"Nial meraih dompetnya secepat mungkin dan mengamankannya ke dalam genggamannya.Bela tidak menjawab Nial. Karena apapun bentuk jawaban yang ia katakan maka Nial akan tetap marah, Bela sudah terlajur salah di mata Nial."Jawab!"Bela menunduk dengan meremas jemari mungilnya. Menghindari mata Nial mungkin adalah pilihan terbaik saat ini dari pada membuatnya semakin ketakutan."Apa kamu penasaran dengan mantan istriku sampai kamu harus menyentuh dan membuka dompetku?"'Aku membuka dompetnya?' Bela bertanya dalam hati. Tapi sekarang bukan itu. Ada hal yang le

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 10 - Hujan Menggerakkannya Pada Bela

    Nial khawatir. Sudah beberapa lama sejak Bela pergi menerjang guyuran hujan karena marah padanya. Bahkan saat ia selesai mandi dan menuruni tangga, anak itu juga belum tampak menunjukkan tanda-tanda kepulangannya. Harusnya ini lebih baik, karena artinya ia tidak perlu lagi melihatnya berkeliaran di dalam rumahnya. Tapi hatinya tidak mengijinkan. Ia membuka pintu rumah, sapuan dingin angin malam dan tempias hujan datang menerpa wajahnya. Petrichor membuatnya menghidu bau masa lalu. Bau Catherine, bau pomelo yang dipakainya. 'Nanti, datanglah dulu dengan Gavin di tempat kita reservasi untuk makan malam! Aku akan datang menyusul setelah pulang kerja, ya?' Itu adalah janji terakhir yang diucapkan Nial pada Catherine. 'Iya, Mas Nial ... aku dan Gavin akan menunggumu di sana.' 'Bagus. Kamu akan memakai gaun ini?' Nial melingkarkan tangannya pada pinggang Catherine, merasakan lembutnya gaun yang ia berikan padanya sebagai hadiah ulang tahun mereka yang memasuki satu dekade. 'Iya,

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 11 - Pria Yang Menolongnya Adalah Nial

    Dia menit sebelum kejadian ...."Bodoh!"Nial melihat Bela, ia lega karena ia menemukannya. Tapi lihat di mana dia sekarang! Di tengah kericuhan tawuran yang ada di jalan tak jauh dari rumah sakit. Ia berlari keluar dari mobilnya dan di sinilah sekarang. Memeluk Bela dengan sangat erat meski kepalanya dihantam botol kaca hingga berdarah.Panggilan Bela menyadarkannya bahwa mereka dalam situasi yang tidak aman. Nial melepas pelukannya dari Bela, memutar tubuhnya dan memberikan pukulan terkuatnya pada lelaki bertubuh kekar yang baru sana membuatnya mendapatkan luka-luka.BRUGH!Lelaki itu jatuh ke jalan hanya dengan sekali pukulan karena Nial menyerang titik fatal pada lehernya hingga pingsan.Bela tertegun di tempatnya berdiri. Sesaat kemudian keributan bubar karena sirine mobil polisi bergema di setiap sudut malam. Sementara Nial menarik tangannya dan membawanya masuk ke dalam mobil untuk pulang.Mereka tidak mengatakan apapun bahkan sampai masuk ke dalam rumah dan sampai di kamar m

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25
  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 12 - Tidurlah Denganku!

    'Tidurlah denganku dia bilang?'Bela menggigit bibirnya, tangannya yang sedang digenggam Nial terasa kebas. "Tapi ... Mas Nial jangan melakukan apapun padaku!""Kenapa?""Aku benar-benar harus bangun pagi besok.""Kamu mau ke mana?""Aku ada acara gathering dengan teman-teman satu fakultas.""Dengan Presiden Mahasiswa juga?"Bela penasaran bagaimana caranya Nial tahu identitas Niko. Tapi melihat dari bagaimana berkuasanya seorang Danial Abdisatya, bukankah hal-hal seperti mencari identitas orang lain sangatlah mudah baginya?"Iya, tapi dia mungkin hanya datang sebentar untuk formalitas," jawab Bela secepat mungkin agar terlihat tidak sedang mencari-cari alasan di mata Nial."Ya, jangan dekat-dekat dengan Niko! Aku nggak suka."Bela enggan menjawabnya dan memilih untuk menarik tangannya dari Nial.Tapi Nial tidak mengijinkannya pergi begitu saja. Bela melihat Nial meletakkan sebuah kartu debit warna hitam di tangannya."Kata sandinya adalah ulang tahunmu. Pakai itu untuk membeli yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25
  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 13 - Aku Tidak Ingin Melepasmu

    Cup!Ini bukan mimpi atau pikiran kotor Bela saja.Niko memang mendaratkan bibirnya ke bibir Bela. Saat ini, di situasi seperti ini."Di mana Niko?" Suara itu datang dari sebelah kanan Bela yang membuatnya dengan cepat mendorong Niko agar ia tidak melakukannya lebih jauh.Niko tahu situasi genting ini karena yang terdengar itu adalah suara Andre, temannya yang dari tim biru, tim lawan. Niko menarik Bela pergi dari sana untuk menghindar."Itu Niko! Dia sama Bela."Bela merasakan tangan Niko menggenggamnya dengan erat dan membawanya menjauh dari samping kontainer lalu mereka berbelok ke tikungan. Menyembunyikan tubuh mereka di balik pohon besar yang berbatasan langsung dengan hutan. Pohon itu menelan habis punggung mereka saat mereka duduk di baliknya."Maaf."Niko membuka percakapan karena mereka hanya terus terdiam sedari tadi. Jelas saja! Bela tidak tahu bagaimana harus bersikap saat ini, dengan lelaki yang menjadi cinta pertamanya. Lelaki yang menciumnya di saat ia sudah memilik

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-26
  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 14 - Petaka Dress Merah

    "Auh!"Bela terbangun dengan tengkuk yang berat. Tidur di tenda semalaman telah membuat lehernya sakit.Dan sekarang ia keluar dengan membawa tasnya. Ia tidak tahu kenapa teman-temannya memandangnya dengan tersenyum. Ia hanya mengabaikannya dan meneruskan langkah untuk menuju bus meski ini masih jam dua pagi.Nanti ia ada kelas pagi dan ia harap tidak terlambat bangun.Tapi, meski ingin mengabaikan bagaimanapun caranya, ia masih terus kepikiran. Kenapa mereka melihat Bela seperti ini. Ia bertanya dalam hati tanpa henti."Terlalu cantik."Niko datang dari samping kirinya, membuatnya berhenti."Apa?" tanya Bela tak mengerti."Kamu sedang bertanya-tanya dalam hati kenapa mereka terus memandangimu, 'kan?"Bela merinding, 'Apa dia cenayang?' Meski demikian ia tetap menganggukkan kepala pada Niko. "Dengan dress ini, kamu sangat cantik, Bel."Bela memandang dirinya sendiri. Gaun merah inikah yang dimaksudkan Niko?Baginya ini hanya dress biasa. Namun, di mata Niko ini adalah sebuah dress y

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-26
  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 15 - Nikmat 'Kan?

    Nial melihat sendiri Hendro membuka pintu mobil untuk Bela dan memberikannya payung. Ia juga melihat sendiri bagaimana tangan ayahnya itu mengusap puncak kepala Bela. Tadinya ia turun dari kamar untuk minum segelas wine karena tidak bisa tidur. Tapi ia mendengar suara mobil yang memasuki halaman rumah dan ia mengintip dari jendela. Tidak ia sangka yang keluar itu adalah Hendro dan Bela. Ia tidak bisa membendung kekesalannya melihat Bela yang sangat cantik dalam balutan dress merah yang ia kenakan. Rasa benci menguasainya karena Bela terlihat sangat cantik di depan lelaki lain, bukan di depannya. Dan di sinilah dia sekarang, di atas Bela, dengan kepala tertunduk di depan bibirnya setelah memintanya melucuti pakaiannya sendiri sebelum menghempaskannya ke atas tempat tidur. Saat ia akan kembali mengecup Bela, ia gagal. Kedua bahunya di tahan Bela yang mencegahnya melakukan itu. "Jangan, Mas Nial! Jangan lakukan ini saat marah! Aku—" "Kamu menolakku?" Bela bukan bermaksud menolak N

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-27

Bab terbaru

  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 229 - Akhir Sebuah Perjalanan (END)

    ***"Selamat pagi."Bariton dalam nan seksi milik Nial selalu menyambutnya setiap pagi.Dia juga tampak baru saja mandi saat melihat Bela yang bangun dari tidurnya dan memberi istrinya kecupan yang manis."Selamat pagi, Mas. Kamu sudah mandi?""Sudah, Sayang. Hm ... kenapa kamu bangun cepat-cepat? Istirahatlah lagi!""Tapi belum ada makanan untuk pagi ini."Nial tersenyum mendengarnya. Ia berlutut di depan Bela dengan sebelah kakinya dan mengusap perutnya yang bulat dan lucu."Oh? Oh!"Nial terkejut. Ia memandang Bela dengan tidak percaya."Kenapa Mas? Dia gerak ya?""Iya. Oh mungkin ingin ucapan selamat pagi juga? Hm ... kamu iri?"Nial mengecup perutnya dan memandang Bela."Bela?""Ya?""Kamu sempurna. Terima kasih untuk sudah mengandung dan mwlahirkan anak-anak kita."Bela mengangguk. Ia tidak bisa menyembunyikan senyumnya saat senyum Nial juga tampak sangat manis."Kamu mandilah! Nanti jadi pergi, 'kan?"Nial lebih dulu bangkit dari posisinya. Mengusap puncak kepala Bela dan memer

  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 228 - Dear Bela, Apa Kabar?

    ***"Ini kebebasan?"Terik. Matahari bersinar terik siang ini.Cerah dan juga berawan. Gugusan Cirro stratus membentang seperti karpet selamat datang yang menyaksikannya keluar dari tahanan. Pada akhirnya ....Tahun-tahun penebusannya telah berlalu. Dan ia tersenyum sekarang. Senyum yang kini tampak lega. Itu adalah Vida.Ia bebas dari tahanan setelah melewati masa yang suram. Yang tidak ingin lagi ia ulangi untuk ke dua kalinya.Dadanya lega sekaligus sebah. Ada perasaan bersalah pada Bela yang kini meluap hingga tumpah.Ia berjalan di sepanjang jalur pedestrian, menunduk dan memasuki sebuah kafe setelah keluar dari toko emas, menjual perhiasan yang dulu masih ia pakai sebelum dibawa polisi.Ponsel dan emas yang dikembalikan padanya itu ia jual dan ia gunakan setidaknya untuk bertahan hidup beberapa waktu ke depan. Sementara ponselnya masih bagus dan saat ini ada di atas meja.Ia duduk. Menghadap sebuah kertas kosong yang baru ia beli dari sebuah toko alat tulis.Netranya tergenan

  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 227 - Sembuh Dari Luka

    Bela tersenyum membaca pesan dari Nial yang mengatakan agar ia bicara dengan Niko lebih dulu.Kini, bagi mereka ... semua telah sembuh dari luka. Tidak ada lagi pertengkaran atau baku hantam sama seperti yang dilakukan Nial dan Niko jika dulu mereka bertemu.Kebencian mereka telah berakhir. Bela ingat Nial sempat mengatakan bahwa Niko-lah yang dulu memberi tahu Nial saat Bela pergi ke Jawa Barat dan memutuskan akan mengakhiri hidupnya sendiri.Niko jugalah yang telah menanganinya saat Bela dilukai Jenni.Semuanya telah berlalu dengan sangat cepat. Waktu membuat kebencian bermetamorfosa menjadi obat penyembuh paling mujarab."Bagaimana kabarnya Pak Nial?"Pertanyaan Niko kembali merengkuh kesadaran Bela yang sedari tadi dibelenggu oleh pemikiran panjangnya."Kabar baik juga, Kak Nik. Dia sedang menikmati hari menjadi Papa yang super sibuk dengan anak lelakinya yang berlarian tanpa henti."Niko tersenyum mendengarnya. Sudah lama ia juga tidak bertemu Nial."Kak Niko mau bertenu dengan M

  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 226 - Setiap Dari Kita Berhak Bahagia

    "Baby, be careful!"Bela merendahkan tinggi tubuhnya, berlutut saat anak kecil laki-laki berumur tiga tahun itu berlari dan memeluknya."Mommy! Mrs. Kim gets some letters!"Jari kecilnya menunjuk pada pintu ruang makan. Tapi saat Bela melihatnya, Nial lah yang masuk dengan bahu merosot penuh kelegaan. Ia baru saja berlari mengikuti anak lelakinya yang berderap secepat kilat meninggalkannya di belakang."Gavin? Papa 'kan sudah bilang jangan--""Mas? Sudahlah!"Bela tersenyum, mengusap punggung tangan Nial saat mendekat."Gavin, lihat perut mama! Hm? Gavin sayang dengan mama?"Nial ikut berlutut dan mengusap puncak kepalanya."Pasti sayang. Gavin sayang mama.""Kalau begitu pelan-pelan ya kalau peluk mama? Nanti kalau adik sakit bagaimana?"Gavin mengusap perut Bela yang membesar."Dia namanya adik?"Bela tertawa mendengar pertanyaan polosnya."No, Baby! Dia belum punya nama. Masih di dalam perut Mama. Nanti kalau sudah keluar, baru bisa diberi nama."Bela meraih tangan kecilnya. Meleta

  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 225 - Hadiah Terbaik Dari Tuhan

    Bela hanya menahan senyumnya saat ini. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan Siska rasakan bersama Jerry untuk pertama kalinya.'Jadi, akan ada yang segelnya dirusak malam ini.'Bela tertawa sendiri. Ia berdiri di deoan cermin setinggi pintu yang ada di dalam kamar ganti dan mengulurkan tangannya ke belakang. Meraih resleting di punggungnya, untuk melepas gaun malam yang tadi ia gunakan untuk menghadiri pernikahan Siska dan juga Jerry."Astaga! Kenapa selalu saja seperti ini. Tadi dipakai mudah tapi kalau mau dilepas sulitnya minta ampun."Bela menggerutu. Ia masih mencoba menarik resletingnya tapi rasanya tidak bisa.Sampai sebuah tangan menariknya turun dan Bela dengan cepat menoleh ke belakang. Ia menunduk teelalu lama sampai tidak sadar Nial sudah masuk dan membantunya."Terima kasih, Mas Nial.""Iya, sama-sama, Sayang."Bela melepasnya. Melemparnya ke sandaran sofa ruang ganti dengan hanya menyisakan underwear. Saat Nial juga membuka kancing jasnya dan ikut melemparnya di temp

  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 224 - Our First Night

    Nial tidak bisa membendung senyumnya saat tahu isi di dalam kotak kado itu. Itu berisi figura yang membingkai sebuah foto.Foto anak kecil perempuan dengan topi bundarnya. Itu adalah foto masa kecil Bela."Mas Nial 'kan selalu bilang kalau aku adalah hadiah yang kamu sukai?""Ya. Memang benar begitu, kok.""Jadi aku memberikan foto anak kecil itu padamu. Anak kecil yang hidupnya kamu selamatkan dan meski terpisah selama lebih dari satu dekade, takdir kembali mempertemukannu dengannya.""Ya, benar. Terima kasih. Mas akan letakkan ini di atas meja kantor kalau pulang nanti. Tapi ada yang harus kamu lakukan sekarang."Nial menutup kotak kado itu dan meletakkannya di atas nakas. Ia meraih tangan Bela dan membuatnya duduk di atas pangkuannya."Apa? Apa yang harus aku lakukan?""Berperan sebagai hadiah yang baik. Hm?"Nial telah membuka kancing dress yang dipakai Bela."Mas? Kamu nggak ingin makan kuenya dulu? Itu enak loh! Aku pesan di toko kue di ujung jalan yang ramai itu."Nial menggele

  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 223 - Birthday

    ***Nial membuka matanya, hari sudah pagi. Dengan keadaan dirinya yang terbaring di atas ranjang bulan madunya. Dengan keadaan tanpa pakaian.Ia sama sekali tidak turun dari ranjang sejak dengan Bela kemarin sore. Akh.Mengingatnya saja membuatnya gerah setengah mati bahkan saat pendingin udara dinyalakan di atas sana. Ingatannya kembali terpanggil di saat-saat ia dan Bela memasuki kamar kemarin."Are you sure?" ragu Bela, bertanya memastikan pada Nial bahwa ia diperbolehkan mengambil alih kontrol mulai saat ini sejak Nial tidak bisa mendominasi hubungan ranjang karena ia masih tidak diperbolehkan bergerak terlalu banyak."Yeah, Baby! Take off my clothes!"Jantung Bela berdebar mendengar permintaan Nial agar melucuti pakaiannya. Bela tidak membantahnya dan membuka kancing kemeja Nial satu demi satu. Melihat perutnya yang masih terlilit perban dan belum sepenuhnya bisa dikatakan pulih.Nial hanya tersenyum saat Bela membuka kancing di celana panjang putih yang ia kenakan dan membuatny

  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 222 - I Need Your Touch

    Darah lebih kental dari Air. Jika di Swiss Leo menyerang Nial saat semua orang lengah, atau Jenni yang menyerang Bela saat itu, sekarang di sini, di Jakarta, Rafael menyerang Jerry.Tapi Jerry telah meningkatkan kewaspadaannya sepuluh kali lipat. Ia membaca pergerakan Rafael dan secepat mungkin menahan pergelangan tangannya yang membawa pisau cutter."Kamu yang brengsek!"Jerry memuntir tangannya hingga terbalik dan jatuhlah pisau itu. Rafael didorongnya hingga punggungnya terbentur dinding dengan kasar."Untuk semua yang telah kamu lakukan pada keluarga Nial, dan kali ini padaku. Bayarkan dan tebuslah semuanya, Rafael! Kamu punya kesempatan untuk menyesal."Jerry mengalihkan tangannya dari bahu Rafael ke kerah bajunya."Tapi saat kamu nggak berubah, aku pastikan kerah bajumu ini nggak lagi sama karena kamu akan mendekam di dalam penjara. Do you get it? Get lost you bastard!"Jerry memberikan penekanan pada setiap kalimatnya. Membuat Rafael bergidik ngeri karena dia dalam ancaman yan

  • Istri Pengganti Duda Arogan   Bab 221 - Pasca Tragedi

    "Selamat malam."Jerry datang dan menunduukan kepalanya pada Nial dan juga Bela yang ada di dalam kamar rawat."Selamat malam," balas mereka hampir bersamaan."Pak Nial sudah baikan?""Ya, Jerry. Dari mana kamu seharian? Kamu nggak datang menjengukku loh."Jerry menunjukkan senyumnya yang manis. Tapi Bela dapat melihat ada gurat kemarahan yang ia pendam saat ini."Bisa kita bicara? Hanya berdua saja."Jerry memandang Bela, memohon pengertian dan maaf."Sure, aku akan keluar. Aku akan ngobrol dengan Pak Watson."Bela hanya melemparkan senyumnya lalu memberi tempat untuk Jerry."Sebentar ya, Sayang?" Nial meraih tangannya sebelum ia benar-benar pergi."Iya, Mas. Kalian bicaralah!"Bela melambaikan tangannya sekilas pada Nial sebelum menghilang di balik pintu ruangan."Kenapa, Jerry? Hari ini kamu mengunjungi anak itu?"Nial bertanya sesegera mungkin. Tidak ingin membuang waktu lebih banyak karena ia ingin dengar apa yang ingin dikatakan oleh Jerry sampai membuat Bela harus pergi dari si

DMCA.com Protection Status