Share

Bab 6

Author: Amih Lilis
last update Last Updated: 2021-06-08 18:00:00

*Happy reading*

"Tolong ambilkan minum, saya haus!" ujar Kak Sean saat sudah masuk, sebelum menghempaskan diri di sofa yang ada di Apartemen-ku, lalu memijat keningnya beberapa kali.

Sepertinya, dia memang lelah sekali. Karenanya, ku iya kan saja permintaannya. Tanpa banyak komentar.

Aku segera berjalan menuju dapur, dan mengambilkan apa yang dia mau. Letak dapur memang tidak jauh dari ruang tamu, di mana Kak Sean tengah duduk. Hingga membuat aku tak butuh waktu lama untuk kembali menghampirinya lagi.

"Ini, Kak." Aku menyodorkan air dalam gelas bening. 

Kak Sean terlihat melirik sekilas. Ia lalu mengambil gelas itu. 

"Makasih." Pria itupun lalu menenggak minumannya dengan rakus.

Melihat Kak Sean yang tiba-tiba datang begini. Jelas membuatku heran bercampur penasaran juga. 

Untuk apa Kak Sean kemari? Ada masalah apa?

Entahlah, aku tak merasa senang sedikitpun, mendapati kehadirannya di sini. Karena aku tahu, pasti ada alasan penting di balik kehadirannya ini.

Entah itu apa? Yang jelas, pasti bukan untuk menjengukku, kan? Karena, siapa aku untuknya?

Aku ini hanya pemeran pendukung, kehadiranku tak akan penting untuknya.

"Maaf, tapi ... kalau boleh tau, untuk apa Kakak kesini?" 

Baiklah akhirnya aku bertanya seperti itu. Konyolkah? Entahlah. Menurutku itu wajar, karena aku merasa penasaran.

Kak Sean menaruh gelas usai meminum isinya. Ia tidak tersenyum. Sama sepertiku, dan justru menghela napas berat penuh beban setelahnya. 

Kan, aku memang hanya beban saja untuknya.

"Kenapa? Kamu nggak suka saya ada di sini?" tanyanya, yang membuatku sontak mengedipkan mata berulang.

"Ah, bu-kan be-gitu maksud aku. Cuma ... aneh aja. Kok, Kakak kesini? Terus Kak Audy mana? Kenapa dia nggak ikut?" 

Setelah bersusah payah menelan kegugupan, akhirnya bisa aku berkata lancar. Usai kalimat itu beres, lega rasanya hatiku.

"Soal itu, ya ...." Kak Sean tampak sendu dengan kalimat yang digantung. Justru membuat jiwa penasaranku makin meronta.

Namun, meski begitu. Aku tidak berusaha menyela. Aku menunggu sampai dia sendiri mau buka mulut. 

Lagi pula dia terlihat akan bicara lagi, kok. Dan Benar saja, setelah menunggu beberapa detik. Kak Sean pun kembali melanjutkan bicara.

"Sebenarnya saya juga terpaksa mengganggu kamu."

Degh!

Apa? Terpaksa mengganggu, dia bilang? Maksudnya?

"Ada yang harus saya bereskan di perusahan cabang yang ada di sini."

"Ada masalah apa? Kok, Felly gak bilang?" sambarku cepat. Membuat Kak Sean langsung manaikan alisnya satu, tanda tak suka.

"Uhm, Maaf. Tapi, setau Rara, cabang di sini gak ada masalah. Karena Rara rutin mengeceknya tiap minggu," ucapku kemudian. Berharap bisa mengembalikan moodnya.

"Apa saya bilang ada masalah?" tanya Kak Sean kemudian, membuatku mengerjap bingung. 

Karena, ya, dia memang gak bilang ada masalah. Tapi, dia bilang ada yang harus dibereskan, kan? Dan itu artinya. Berarti ada yang gak sesuai aturan. Benar begitu, kan? Atau ... aku salah denger?

"Makanya lain kali, denger baik-baik omongan orang. Jangan langsung samber aja," ucapnya sinis. 

Aku pun hanya bisa menunduk saja menerima ucapan itu. Bukan tak bisa menjawab, tapi aku mencoba mengalah, karena tak ingin ribut dengan suamiku di hari pertama di kunjungi.

Walaupun, ya ... itu hanya untuk sekedar bisnis semata.

"Maaf, silahkan lanjutkan," ucapku kemudian. Ingin segera tau alasan sebenarnya.

Namun, Kak Sean bukannya melanjutkan ucapannya, dia malah menyandarkan diri dengan nyaman, sambil melipat tangannya dibawah dada, dan memindaiku dengan seksama.

"Cabang di sini memang gak ada masalah, semuanya baik karena kamu memang cukup baik mengaturnya. Tapi, saya juga punya hak kan, untuk mengecek semuanya lagi, dan menaikturunkan orang-orang di sana sesuai kinerjanya? Karena saya rasa, ilmu kamu belum sampai di sana," ucapnya lagi, terdengar sangat meremehkan aku.

Lagi, aku hanya mengangguk saja demi mempersingkat waktu. 

"Sebenarnya, tadinya saya ingin tinggal di Hotel, atau apartemen lain saja. Karena saya gak mau mengganggu kamu. Tapi karena Mama terus merengek meminta saya tinggal sama kamu, dan memberi kamu kesempatan melaksanakan kewajiban kamu sebagai istri. Saya bisa apa selain menurut? Lagipula, saya takut kamu mengadu lagi karena tidak pernah saya perhatikan."

"Rara tidak pernah mengadu," sahutku cepat. Lagi-lagi kehilangan kontrol diri.

Saat menyadari hal itu, aku pun langsung menggigit bibir bawahku, dan hampir saja mengucapkan maaf, sebelum jawaban Kak Sean lebih dulu terdengar. 

"Dan kamu kira saya percaya?"

Aku pun sontak membeku di tempatku, saat mendengar pernyataan dingin itu dari mulutnya disertai seringai miring.

Padahal, apa yang aku ucapkan benar adanya, aku memang tak pernah mengadu selama ini. Kenapa, Kak Sean malah menuduhku seperti itu?

"Tapi Rara memang gak pernah ngadu apapun, Kak?" protesku akhirnya.

"Oh, ya? Lalu, Kalau begitu darimana Mama tau, kalau aku gak pernah mengindahkan kamu selama ini? Mama bahkan tau, saya gak pernah ingin tau biaya hidup kamu di sini atau pun saku kamu, dan saya juga menyerahkan semuanya sama Felly. Kalau bukan dari mulut kamu, dari siapa lagi, coba?"

Hatiku sakit sekali. Sungguh! Bukan karena mendengar tuduhannya saja, tapi juga tentang kenyataan yang baru di ucapkan barusan.

Kukira, selama ini uang sakuku dia yang memberikan, tapi ternyata ....

Dia memang tak perduli sama sekali padaku!

"Diam berarti iya."

"Bukan gitu--"

"Sudahlah! Saya malas berdebat sama kamu. Sekarang tunjukan dimana kamarnya, karena saya sangat lelah sekali, ingin segera istirahat," ucapnya dengan malas, sambil mengibaskan dengan enteng.

Aku harus apa agar dia percaya? Karena demi tuhan, aku tidak pernah melakukan itu.

"Kenapa melihat saya seperti itu? Mau ngerengek? Atau mau ngadu lagi sama Mama? Ngadu aja, saya udah gak perduli! Karena apapun yang kamu lakukan, tidak akan pernah membuat saya simpatik sama kamu. Camkan itu!"

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Pyeriel
Jahat amat , dah tinggalin aja cwo macem gitu, kn yg punya harta si cwenya ngapain msti tunduk sm cwo modelan bgtu yg rakus sm harta orang lain,bikin esmosi jiwa dan cepet tua aja dah
goodnovel comment avatar
Yara
panas hati ku ...beneran mana ada sih cwe dah digituin gk pinter jawabnya .esmosi jiwa raga ni
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Nomor Dua   Bab 7

    *Happy reading*"Kenapa melihat saya seperti itu? Mau ngerengek? Atau mau ngadu lagi sama Mama? Ngadu aja, saya udah gak perduli. Karena apapun yang kamu lalukan, tidak akan pernah membuat saya simpatik sama kamu. Camkan itu!"Butuh beberapa detik, untukku bisa menguasai diri dan rasa sakit akan ucapan Kak Sean tersebut.Namun setelahnya, aku pun mencoba tersenyum, dan mengangguk mengerti pada pernyataan itu."Ya, Kak. Rara tau. Dan Rara juga gak akan berharap lebih pada kakak, ataupun pernikahan ini. Karena Rara sadar posisi Rara di mana." Aku pun mencoba menjawab sebijak yang aku bisa."Bagus kalau kamu memang sadar diri," ucap Kak Sean setelahnya."Kalau begitu, sekarang tunjukan kamarnya. Karena saya lelah ingin segera istirahat!"Aku kembali mengangguk. Sebelum berdiri dari dudukku, dan menunjukan satu-satunya kamar yang ada di Apartemen ini.Begini, sebenarnya ini bukan Aprtemen mewah seperti dalam bayangan kalain. Ini ha

    Last Updated : 2021-06-09
  • Istri Nomor Dua   Bab 8

    *Happy reading*"RARA?!"Degh!"Iya, Kak!"Aku pun segera menyahut, saat mendengar teriakan Kak Sean dari dalam kamar. Juga segera menghampirinya.Demi Tuhan, ini masih pagi. Kenapa suara Kak Sean sudah menggelegar seperti itu? Apa lagi sekarang yang mengganggunya?"Kenap--Astagfirullah!"Namun saat aku sampai kamar dan hendak menegurnya, aku pun langsung dikejutkan dengan tampilannya, yang masih bertelanjang dada. Bahkan hanya memakai handuk saja untuk menutupi daerah intimnya.Astaga!Dia apa-apaan, sih?"Ck, gak usah sok suci kamu!"Tak kusangka, Kak Sean malah berdecak kesal setelahnya."Cuma liat begini saja sok-sok nyebut istighfar. Saya yakin kamu pasti sudah sering liat, kan? Secara kamu itu tinggal di Luar Negri, jauh dari orang tua, lagi. Pasti kehidupan kamu itu bebas selama ini, iya kan? Jadi, liat cowo bertelanjang dada seperti ini. Bukan hal tabu kan, buat kamu?" tuduhnya kemudian

    Last Updated : 2021-06-10
  • Istri Nomor Dua   Bab 9

    *Happy reading*Aku pun memilihkan. Kaos berkerah tinggi warna putih, dengan jas warna abu-abu tua untuk Kak Sean. Dipadukan celana bahan hitam, dan sepatu pantopel hitam juga.Awalnya, Kak Sean tidak mau memakai baju pilihanku, karena katanya, "Saya mau ke kantor Rara. Bukan mau nongkrong. Pilihan baju kamu itu gak ada resmi-resminya. Saya udah biasa pake dasi tiap ke kantor. Jangan coba ubah gaya saya."Aku tahu itu, dilihat dari semua baju beserta puluhan dasi berbagai motif, yang di bawanya pun, Aku tahu kok, Kak Sean memang terbiasa berpakaian formal tiap ke Kantor.Cuma masalahnya di sini adalah ... Kak Sean gak bisa memasang dasi sendiri, pun aku. Karena, dia biasa di urusi Kak Audy dan Mama Sulis. Sementara aku lama hidup jauh dari papi dan belum pernah punya pacar orang kantoran. Jadi, ya ... aku belum belajar hal itu sama sekali.Akan tetapi, mungkin se

    Last Updated : 2021-06-11
  • Istri Nomor Dua   Bab 10

    *Happy reading*"Baiklah, Rara pulang sekarang."Walaupun begitu, toh pada akhirnya, aku kembali mengalah, dan menuruti titah Kak Sean. Karena sekali lagi, aku katakan. Aku malas ribut dengannya.Sabar, Ra! Dia cuma seminggu di sini. Jangan cari gara-gara dengannya, kalau tidak mau imagemu makin buruk di matanya.Itulah sugesti yang selalu ku tekankan dalam hati. Jika aku mulai kesal dengan segala tingkah laku Kak Sean.Lagipula dia benar, kok. Surgaku kini memang ada di kakinya. Karenannya, semenyebalkan apapun dia, aku tetap tak boleh membuatnya marah. Takutnya dia mengutukku dengan mulut sadisnya, yang berakhir malah jadi doa untuk hidupku.Jangan sampai!"Hay, guys! Aku balik duluan, ya?"Setelah menutup telpon Kak Sean, aku pun berpamitan pada teman-temanku, yang langsung membuat mereka menyuarakan keberatannya.Namun, mau bagaimana pun, rengekan keberatan mereka tak akan mampu membuat aku tetap be

    Last Updated : 2021-06-12
  • Istri Nomor Dua   Bab 11

    *Happy reading*"Morning, dear!"Aku langsung menoleh ke sebelah kanan, saat mendengar sapaan yang lumayan familier untukku, ketika aku sedang mengunci rumah sebelum berangkat ke kampus hari ini.Tenang saja, hari ini gak ada drama dari Kak Sean lagi, kok. Karena aku sudah belajar dari hari kemarin dalam mengurus suamiku itu. Hingga tak ada alasan lagi buat Kak Sean untuk mengomeliku.Sekarang, pria itu sudah berangkat ke kantor, setelah menghabiskan sarapan yang tumben mau dia sentuh."Morning, An," balasku dengan Riang, saat melihat keberadaan Ana. Tetangga loft, yang sangat baik hati.Ana itu seorang janda, yang memutuskan tidak menikah lagi setelah suaminya meninggal.Ana bilang, cintanya pada suaminya kekal, hingga tak bisa menerima pria manapun lagi.Lagipula, kini umurnya sudah lebih dari 50 tahun. Dia sudah tak me

    Last Updated : 2021-06-16
  • Istri Nomor Dua   Bab 12

    *Happy reading*"Apa maksud kamu tadi?!"Kak Sean langsung menghardikku, sesampainya kami di Loft."Maksud aku? Apa?"Bukan aku tak mengerti arah pertanyaan Kak Sean, hanya saja, aku ingin memastikan saja dugaanku."Gak usah pura-pura, Rara. Saya tahu kamu pasti mengerti maksud pertanyaan saya. Kamu itu bukan orang bodoh!" tukas Kak Sean, masih dengan nada kesal yang sama.Aku pun akhirnya menghela napas sebentar, sebelum menjawab, "Apa yang Kakak maksud adalah, aku yang mengenalkan Kakak sebagai sepupu?""Tentu saja! Apa lagi selain itu?!" Jawabnya cepat. Bahkan terlalu cepat menurutku."Lho, aku kira Kakak memang ingin dikenal dengan status seperti itu di sini?" Tak ayal, aku pun bertanya balik. Karena bingung dengan sikapnya ini. Kenapa dia harus marah, kalau dia sendiri mengaku sebagai sepupuku pada Ana."Saya tidak pernah bilang begitu!" tegasnya."Tapi kemarin Kakak mengenalka

    Last Updated : 2021-06-16
  • Istri Nomor Dua   Bab 13

    *Happy Reading*Aku tidak tahu ini bisa disebut perkosaan atau tidak?Faktanya, status Kak Sean itu suami sah ku, dan dia memang berhak atas diriku. Bahkan, melayaninya adalah pahala untukku.Namun, haruskah dengan cara seperti ini?Tidak bisakah dia memintaku dengan baik-baik dan lembut?Bisakah dia memintaku dalam keadaan normal dan memang benar-benar menginginkanku. Bukan dengan memaksaku, dan dalam pengaruh alkohol seperti ini. Karena sungguh, aku sakit hati diperlakukan layaknya jalang seperti ini.Bagaimanapun, aku masih istri yang berhak dapat hormatnya. Bukan cuma pengganti, yang bisa dia gunakan di balik bayangan wanita yang ada di hatinya.Audy!Entah kenapa, nama itu sekarang sangat menyakitiku."Audy," lirih Kak Sean sekali lagi, dalam lelapnya setelah menuntaskan kebutuhan biologisnya secara paksa padaku. Memb

    Last Updated : 2021-06-17
  • Istri Nomor Dua   Bab 14

    *Happy Reading*Setelah Kak Sean benar-benar terlelap. Aku menggigit bibir bawahku agar tak terisak keras menyuarakan perihnya rasa yang aku rasakan.Entah mana yang lebih perih. Inti tubuhku yang baru saja menerima robekan untuk pertama kalinya. Atau hatiku yang harus kembali menerima kenyataan, jika aku memang hanya sebuah bayangan untuknya.Aku pengganti dan ... aku ... tidak punya nilai sama sekali di hati suamiku sendiri.Entahlah. Aku sudah tidak bisa membedakannya lagi. Yang jelas, rasanya benar-benar sakit sekali.Apa aku memang benar-benar tak berharga?"Audy ...."Lihatlah! Bahkan dalam tidurnya pun, dan meski baru saja merenggut mahkotaku. Yang dia ingat cuma istri pertamanya saja.Lalu, di mana posisiku diletakkan olehnya?Tidak ada. Tentu saja. Karena baginya aku memang tak punya arti apapun. Iya, kan?Bahkan aku yakin. Mungkin dia pun tidak akan ingat, siapa yang melayaninya malam ini. Ka

    Last Updated : 2021-06-18

Latest chapter

  • Istri Nomor Dua   Last extra part

    Pov Kenneth” “Bang?”“ “Hm ....”“ “Itu siapa?”“ Kairo mengangkat wajahnya dengan kesal, sebelum mengikuti arah pandangku.” “Maba,” jawabnya singkat. Membuat aku kesal sekali.” Abang kembarku ini memang pelit sekali berkata-kata. Seakan setiap kata dia ucapkan itu harus membayar.” “Ck, Dari baju yang dia pakai pun, gue juga bisa nebak kalau di masih Maba.” Aku berdecak cukup keras, menyuarakan kekesalanku pada pria yang lahir tiga menit lebih awal dariku.” “Kalau begitu, kenapa masih tanya?” gumamnya kemudian, membuat kekesalanku makin menjadi-jadi.”

  • Istri Nomor Dua   Extra part 3

    “Loh, Kak Sean? Udah pulang? Kok, gak ngabarin? Gimana kabar Kakak sama Kak Audy? Baikkan?”“ Aku cukup terkejut melihat keberadaan Kak Sean di Ruang tamu kediamanku, saat baru saja menidurkan Kean yang lumayan rewel hari ini.” Kak Sean tidak menjawabku. Hanya tersenyum tipis, sebelum menyerahkan sebuah amplop padaku.” “Aku baru datang. Sengaja langsung ke sini untuk memberikan itu padamu,” ucapnya sendu, tidak seperti biasanya.” Entah kenapa, aku melihat kesedihan yang teramat sangat dalam matanya.” “Ini apa?” tanyaku kemudian, sambil menerima amplop yang sepertinya berisi surat di dalamnya.” “Baca aja, itu dari Audy.”“ Eh?”

  • Istri Nomor Dua   Extra part 2

    *Happy Reading*” “Saya terima nikah dan kawinnya Andara prameswari Binti Matheo Prameswari dengan mas kawin tersebut, tunai!”“ “Bagaimana para saksi? Sah?”“ “Sah ....”“ Alhamdulilah ....” Rasa haru pun menyeruak tak terbendung, saat moment itu kembali terulang dalam hidupku.” Meski ini memang bukan yang pertama ku alami. Tapi rasa haru ini benar-benar pertama kali aku rasakan dan ....” Terima kasih Tuhan. Akhirnya aku punya hari bahagiaku sendiri.” Aku benar-benar tak pernah menyangka akan punya kesempatan lagi, bisa merasakan moment ini kembali dalam hidupku, setelah semua yang sud

  • Istri Nomor Dua   Extra part 1

    *Happy Reading*”“Andara Prameswari. Kau ku talak.”“Alhamdulilah ....”Senyumku pun langsung terbit, setelah mendengar kata talak kembali diucapkan pria ini.”Please ... tolong jangan bilang aku gila. Karena apa? Karena ini memang harus dilakukan, agar aku bisa meraih kebahagiaanku yang sudah menunggu.”“Makasih ya, Kak,” ucapku tulus, seraya menatap pria yang sekarang sudah sah ku sebut Mantan suami.”Iya, dia adalah Sean Abdilla, yang baru saja mengucapkan kata talak untuk kedua kalinya terhadapku.”Kenapa bisa begitu? Ya ... karena aku sendiri sebenarnya selama ini r

  • Istri Nomor Dua   Epilog

    “Sudahlah, Nak. Jangan menangis lagi.” Mama Sulis terus membelai rambutku, mencoba menenangkan aku yang benar-benar tak bisa menghentikan tangis.”Bagaimana tidak? Aku harus menerima kenyataan kembali ditinggalkan, oleh pria yang sangat penting dalam hidupku. Juga pria yang sudah aku labeli akan menjadi pasangan hidup sampai tua nanti.”Demi Tuhan. Tujuanku ke Rumah ini kan, untuk menyelesaikan masa lalu, agar bisa hidup tenang dengan pria itu.”Tetapi pria itu malah seenaknya pergi, tanpa memberi kabar apapun padaku. Seakan aku ini sudah tak penting dan ....”“Apa perlu kita pesan tiket ke London sekarang. Agar kamu bisa menyusul Dokter Ken ke sana?” usul Kak Sean kemudian. Tampak ikut bersalah akan kejadian itu.”

  • Istri Nomor Dua   Bab 55

    “Kalau begitu, apa Kakak keberatan jika aku bilang kita impas?” ucapku kemudian, setelah cukup lama membiarkan Kak Sean larut dalam penyesalannya.”Sayangnya, Kak Sean malah menggeleng, dan tersenyum miring saat mengalihkan atensinya padaku.”“Kurasa kata impas lebih tepat diucapkan Papimu, Ra. Karena kamu tak punya salah apapun di sini. Hanya aku saja yang bodoh sudah menjadikanmu alat untuk balas dendam. Jadi, kamu tak pantas mengucapkan hal itu,” balasnya dengan bijak.”Ah, i see.”“Kalau begitu. Apa ini sudah cukup untuk kakak, agar tak menggangguku lagi. I mean, Kakak gak akan meminta aku kembali sama Kakak lagi, kan? Karena aku benar-benar tidak--”“&ldqu

  • Istri Nomor Dua   Bab 54

    “Terima kasih karena sudah datang, dan membuat Mama bisa tertawa bahagia seperti itu lagi,” ucap Kak Sean. Saat kami akhirnya punya kesempatan duduk berdua, seraya memperhatikan interaksi Mama Sulis dan Kean di Taman samping Rumah.”Ya, aku memang membawa serta Kean ke Rumah ini. Bukan sengaja sebenarnya. Hanya saja, tadi saat aku akan ke sini. Kean terbangun dan rewel sekali tak ingin ditinggalkan. Makanya, sekalian saja kubawa. Toh, ini rumah Neneknya juga, kan?”“Kamu tahu, rasanya saya sudah lama sekali tak melihat Mama tertawa lepas seperti itu,” gumamnya lagi, tak melepaskan sedikitpun pandangan dari Mama Sulis.”Tatapan matanya syarat akan rasa haru, dan binar bahagia yang tak pernah aku lihat selama ini.”Tentu saja

  • Istri Nomor Dua   Bab 53

    “Rara gak tahu, Bund,” ungkapku akhirnya, sambil menunduk lesu. Setelah sebelumnya berpikir cukup lama sesuai titah Bunda barusan.”Entahlah, aku juga bingung mendeskripsikan perasaanku saat ini. Karena jujur saja, hal itu tak pernah aku pikirkan sebelumnya.”Karena bagiku, kebahagiaan Kean itu di atas segalanya, jadi aku tak terlalu memikirkan diriku sendiri. Yang penting Kean bahagia, maka aku pun pasti akan ikut bahagia.”Bukankah saat kita menjadi seorang ibu, itu berarti sudah bukan saatnya egois lagi. Karena kepentingan anak itu di atas segalanya.”Jadi ... apa salah jika aku berpikir demikian dan melupakan keinginan hatiku sendiri?”“Gak tahu siapa yang kamu cintai sebena

  • Istri Nomor Dua   Bab 52

    “Rara gak pernah bilang gitu, Bun!” batahku cepat tanpa sadar, membuat Bunda lumayan berjengit kaget di tempatnya. Melihatnya, aku langsung gelagapan karena merasa bersalah sudah mengagetkan Bunda Karina.“Eh, maaf, Bund. Rara gak maksud ngomong keras sama Bunda,” ucapku kemudian, menyuarakan permintaan Maafku. Bunda hanya tersenyum menanggapinya dan menepuk tanganku satu kali.“Gak papa, Bunda ngerti, kok,” jawabnya pengertian. “Tapi, apa yang kamu bilang barusan ... beneran?” Bunda Karin lalu mengembalikan topik obrolan.“Ah, iya, Bund. Beneran, Kok! Rara gak pernah ngomong kayak gitu sama Ken.” Aku pun mencoba meyakinkan Bunda.“Lho, tapi Kata Ken, waktu itu kamu ngobrol dengan mantan mertuamu dan&mdash

DMCA.com Protection Status