Beranda / Romansa / Istri Muda Tuan Sadis / Bab 81 Menyesakkan Dada

Share

Bab 81 Menyesakkan Dada

Penulis: Dama Mei
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-12 23:09:23

"Argh!" pekik Tama, memegangi kepalanya yang kesakitan.

Dia membenci dirinya sendiri. Karena tidak berdaya hanya karena kehilangan satu sosok wanita, yang seharusnya bisa dia ganti dengan mudah. Kehilangan Rania benar-benar menyesakkan dadanya, membuat Tama kesulitan untuk sekedar menghirup udara.

"Tama!" Dewi berhamburan menolong Tama yang kini bersimpuh terus kesakitan.

Seluruh hadirin mulai berkasak-kusuk, bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Mereka tentu mengenali sosok Tama Hadi yang menawan dan disegani, tapi mereka tidak menyangka Tama bisa begitu terpuruk yang mereka tahu tanpa sebab.

"Apa yang terjadi?" gumam Regina dengan pandangan prihatin ke arah Tama.

Sementara Vinko, kini dipenuhi dengan pemikirannya sendiri. Dia tahu Tama frustasi karena kehilangan Rania, tapi tidak pernah menyangka jika kehilangan itu amat mendalam bagi Tama. Pandangan Vinko tampak serius, dengan tubuh tegak menegang. Dia tidak prihatin pada Tama, tapi justru iri. Dia kira, dialah yang paling ke
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 82 Menemukanmu

    4 tahun kemudian …Vinko menatap pias puluhan pekerja yang tengah fokus mengamplas kayu-kayu jati itu untuk dijadikan furnitur bernilai tinggi yang siap didistribusikan kepada para konglomerat di seluruh negeri. Dia merasa sangat bangga. Di usianya yang menginjak 23 tahun, dia sudah berhasil mengembangkan bisnis raksasa furnitur berbahan dasar kayu jati yang kualitasnya sudah dikenal oleh banyak orang kaya.Vinko memang cerdas. Setelah menikah dengan Regina, dia enggan mengembangkan bisnis kotor keluarga Hadi dan malah menyulapnya menjadi sebuah bisnis furnitur berdasarkan dukungan dari mertuanya, Atmaja. Tentu saja Atmaja senang bukan main, sebagai pemilik bisnis mebel yang hanya memiliki seorang putri sebagai pewaris. Ketika Vinko menunjukkan minatnya di dunia mebel, dengan senang hati Atmaja membantu semampunya.Dan kini Vinko menikmati jerih payahnya itu di usia yang masih sangat muda. Dia memilih untuk berhenti kuliah dan fokus berbisnis, sementara Regina tetap melanjutkan kuliah

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-13
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 83 Bicara Tentang Kita

    Seperti setiap Sabtu pagi yang cerah, Rania selalu menyambut hari dengan penuh semangat. Hari Sabtu adalah hari dimana dia tidak harus pergi ke kampus dan hanya menghabiskan waktu seharian bermalas-malasan di rumah. Rania juga menerapkan peraturan untuk tidak memasak di hari Sabtu dan Minggu karena dua hari inilah dia bisa bersantai sejenak. Tentu saja tidak seorang diri, tapi berdua bersama sang buah hati yang kini sudah menginjak usia 3 tahun.Anak kecil yang lucu dan pintar itu diberi nama Abiathar Hadi, yang biasa dipanggil Athar. Anak yang menyayangi Rania sepenuh jiwanya meski usianya masih terlalu kecil untuk mengerti semua hal."Athar hari ini mau sarapan apa?" tanya Rania ketika Athar baru saja bangun dan menghampirinya yang tengah membaca di teras depan."Hmm … nggak tahu," jawab Athar sungguh fasih.Rania terkikik. Dia meletakkan bukunya dan mulai menaikkan Athar ke dalam pangkuannya. "Mama mau makan bubur ayam. Gimana?"Tapi bukannya mendengarkan Rania, Athar justru sibuk

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-13
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 84 Memulainya Lagi

    Rania tampak sangat jengah. Dia mundur perlahan agar tidak makin dekat dengan Vinko, karena tidak ingin Athar kebingungan. Vinko yang semula sudah dikuasai emosinya sendiri, mulai tersadarkan jika sikapnya cukup mengganggu Rania. Dia pun mengalah dan memilih untuk duduk tegak, bersikap normal."Bagaimana kabar Regina?" ulang Rania sekali lagi. "Aku harap dia selalu sehat,""Dia baik-baik saja," Vinko tidak ingin menyentuh buburnya. Meski lelah, nafsu makannya hilang entah kemana. "Tapi dia tidak tahu aku datang kemari," aku Vinko, sengaja ingin mengetahui reaksi Rania.Rania terdiam, sesekali memainkan buburnya dengan sendok plastik di tangan. "Apa kalian sudah punya anak?"Vinko tiba-tiba menggeleng keras dengan mata menajam. "Bukan ini yang kuinginkan, Ran. Aku rela berjalan sejauh ini, tapi bukan pembicaraan ini yang kuinginkan!" serunya.Rania terkejut mendengar suara Vinko yang meninggi. Dia buru-buru menoleh ke arah Athar untuk memastikan anaknya itu tidak kaget. Tapi untungnya

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-14
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 85 Penjelasan

    "Apa maksud semua ini, Ran?" seru Vinko, masih tidak terima. Dia bahkan tidak sudi membalas uluran tangan Bagas.Rania seharusnya tahu jika Vinko memang tetaplah Vinko yang temperamen. Dia berjalan cepat menghampiri Vinko, hendak menenangkan sekaligus memberi penjelasan."Gas, hentikan … " pinta Rania sambil mengangguk beberapa kali.Bagas yang tidak paham hanya bisa sedikit memiringkan kepala sambil berpikir. "Maksudmu?""Dia bukan mantan suamiku … " aku Rania sambil memejamkan mata. Akhirnya dia punya keberanian untuk mengungkap identitas asli Vinko."Lalu dia siapa?" Bagas masih tidak paham."Dia … ""Aku Vinko Hadi," sambar Vinko, tak memberi kesempatan Rania untuk melanjutkan ucapannya. "Aku–" Suara Vinko tercekat saat menyadari dia tidak mengerti siapakah dia bagi Rania.Bagas masih menunggu jawaban Vinko dengan penuh kesabaran. Menunggu pria itu bersuara meski tetap saja diam sambil beberapa kali mengedipkan mata. Akhirnya agar suasana tidak canggung, Rania pun maju."Dia Vinko

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-17
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 86 Lancang

    "T-Tuan … ""Diam," Tama mengacungkan telunjuknya. Lalu membuang puntung rokok yang terselip di jemarinya. "Kalian berdua, masuk ke dalam,"Bersamaan dengan perintah Tama, dua orang anak buah Tama datang dan menahan kedua tangan Arif dan Laura seraya memaksa keduanya masuk ke dalam wilayah rumah Tama.Arif tidak bisa melawan ketika anak buah itu memperlakukannya layaknya nasabah nakal, yang sudah siap dihajar. Tama membawa keduanya di bagian belakang rumahnya, membiarkan Arif dan Laura duduk bersimpuh tak berdaya, siap menunggu diadili.Tama mengangkat tangan, dan salah satu anak buahnya menyalakan rokok untuknya. Sambil menyesap dalam, Tama memandang Arif dan Laura satu persatu. "Sejak kapan?" tanyanya."Tama, kumohon! Ini semua bukan salah Arif. Aku yang menggodanya, aku yang memaksanya untuk menjadi kekasihku!" pekik Laura ketakutan."Kekasih?" ulang Tama dengan suara menjerit. Kemudian dia tertawa amat keras. "Pria tua ini kamu sebut kekasih?" Tiba-tiba dia membuang ludah, tepat d

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-19
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 87 Membelanya

    "Arif!" Laura menjerit, berlari sekencangnya menghampiri Arif yang sudah babak belur. "Lepaskan dia! Lepaskan!" Laura mendorong siapapun yang masih saja berusaha menghajar Arif.Dengan tangan gemetar dan wajah basah penuh air mata, Laura berusaha mengangkat kepala Arif yang sudah berlumuran darah. Dia menangis sejadinya. "A-aku pasti akan menyelamatkanmu … " Suara Laura tersendat-sendat karena tangisnya berebutan ingin mendominasi pikirannya yang kalut.Tapi Arif tidak bisa bersuara. Bukan karena kesadarannya hampir hilang, tapi karena dia tidak ingin membuat Laura makin dirugikan. Dengan kekuatan yang tersisa, Arif berusaha keras untuk berdiri meski terhuyung. Dia memandangi anak buah Tama satu-persatu dengan tatapan murka. Bagaimanapun juga, mereka semua adalah bawahan Arif. Tentu saja harga diri Arif merasa diinjak-injak meski mereka semua menghajarnya atas perintah Tama."Ayo pergi dari sini," ajak Laura, berusaha membopong tubuh Arif.Sembari berjalan tertatih dengan Laura di sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-20
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 88 Duri

    Setelah menunggu segala proses administrasi dan persiapan kamar VIP, akhirnya Arif dibawa ke kamarnya. Laura dan Mada berjalan saling beriringan, mengikuti para perawat yang mendorong ranjang Arif. Keduanya diam, tapi si pria nyentrik itu terus tersenyum licik sambil sesekali melirik ke arah Laura. Ketika Laura hendak masuk ke dalam kamar, tiba-tiba Mada menghentikan langkahnya."Ayo kita bicara dulu diluar," ajak Mada."Apa yang kamu inginkan?" Laura bertanya ketus, meski Mada sudah membayarkan segala biaya administrasi rumah sakit.Mada tersenyum licik. "Apakah semua anggota keluarga Tuan Hadi memang tidak bisa diajak bicara baik-baik, eh?" seloroh Mada menyindir."Langsung saja," Laura melipat tangan dengan tatapan menantang. "Apa yang kamu inginkan dariku?""Kamu benar-benar tidak ingin bicara santai denganku?""Jawab!" Laura bersikap tegas, sangat berbeda dengan kebiasaannya apalagi saat menghadapi Tama.Tanpa terduga Mada justru terkikik. Pria nyentrik dengan baju motif mencolok

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 89 Bagian Keluarga

    Semakin Rania memberontak, semakin intens Vinko mengulum bibirnya. Hingga Rania tidak bisa berkata apa-apa selain pasrah karena pergerakannya dikunci oleh Vinko. Jantungnya berdegup sangat kencang, merasakan sensasi aneh yang membuatnya hampir melayang andai otaknya tidak memberi sinyal bahwa dia harus melawan."Argh!" pekik Vinko, ketika Rania menginjak kakinya dengan sangat keras.Mau tak mau Vinko melepaskan pelukannya dan Rania langsung menghindar dengan nafas tersengal bercampur amarah."Kamu memang brengsek, Vin!" umpat Rania. Dia mengusap bibirnya kesal.Vinko tampak terkikik pelan. Tatapan matanya yang buas membuat Rania mundur, merasa bahwa Vinko sedang dalam kondisi tidak normal."Kenapa kamu seperti ini?"Pertanyaan Rania seketika menyadarkan Vinko. Tatapannya yang sebelumnya buas, berubah sendu. Dia menundukkan kepalanya sangat dalam, seakan kembali pada kenyataan bahwa dirinya yang asli tidak sebrengsek itu."Aku mencintaimu, Ran … " gumam Vinko sambil menunduk. "Bertahun

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23

Bab terbaru

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 132 Terlahir Kembali

    Mendengar teriakan minta tolong dari Rania, Tama merasa adrenalinnya langsung melonjak. Tanpa ragu-ragu, dia segera menghubungi para anak buahnya yang masih tersisa dan memberi tahu mereka tentang keadaan darurat yang sedang dihadapi oleh Rania. Tama memberikan semua informasi yang dia miliki, termasuk nomor ponsel Rania agar bisa dilacak. Tama mencoba untuk tetap tenang dan fokus, meskipun kecemasannya yang tak terhindarkan. Dia bersumpah untuk melindungi Rania dan membawanya pulang dengan selamat, tidak peduli apapun resikonya.Arif tiba di kantor Tama dengan langkah cepat dan wajah yang tegang setelah mendapatkan informasi tentang kondisi Rania. Dia telah mengutus anak buahnya untuk segera melacak keberadaan taksi yang diduga menculik Rania.Ketika Arif memasuki kantor, dia melihat Tama yang sibuk berbicara dengan petugas polisi dan segera mendekatinya dengan langkah tergesa-gesa.“Tuan, bagaimana kondisi Rania?” tanya Arif cemas.“Apa kamu sudah menghubungi anak buahmu?”Arif meng

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 131 Tolong Aku!

    Dewi berlari kecil berusaha mencari keberadaan Rania pagi ini di dalam rumah besarnya. Kabar tentang Rania yang akan kembali bersama Tama, sudah tentu terdengar sampai telinganya. Arif sendirilah yang memberitahu Dewi, karena sejak semalam pria itu sibuk mengemasi barang Rania dan Athar–dengan bantuan Laura.“Rania!” Akhirnya Dewi menemukan Rania sedang memasak di dapur.Rania memutar badan, dan tersenyum begitu cerah. Dia mengisyaratkan pelayan rumah untuk pergi memberi ruang bagi Dewi dan Rania. Setelah mereka tinggal berdua, Dewi berjalan mendekat. Dia memang ingin mendengar langsung dari mulut Rania tentang rencana itu.“Apa benar kamu akan kembali ke rumah Tama?” tanya Dewi cemas.Rania hanya mengulaskan senyum. “Semoga ini keputusan tepat untuk saya dan Athar,” timpalnya.Wajah Dewi masih menyiratkan kekhawatiran. Perlahan dia menggenggam tangan Rania. “Jika boleh jujur, aku tentu senang mendengarnya. Tapi … kebahagiaanmu yang terpenting,” tegas Dewi. “Aku sangat senang menerima

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 130 Kembali Pulang

    Rania memimpin langkah Athar melewati pintu gerbang kantor yang kini telah berubah wajah menjadi sebuah restoran keluarga yang luas dan ramai. Cahaya lampu yang lembut memperlihatkan suasana hangat di dalamnya, di mana aroma makanan yang menggugah selera menguar di udara. Dalam cahaya lembut yang memancar dari lampu-lampu gantung di restoran keluarga itu, Rania memasuki ruangan dengan perasaan antara terkejut dan haru. Di sana, di tempat yang dahulu menjadi kantor Tama sebagai seorang peminjaman ilegal dengan banyak preman berwajah bengis, kini telah berubah menjadi sebuah tempat yang hangat dan penuh cinta, mengundang keluarga untuk berkumpul.“Ayah!” seru Athar, menunjuk ke arah Tama.Rania melihat Tama sibuk di dekat meja kasir, dengan senyuman hangat yang menyapanya begitu dia memasuki restoran. Mata Rania tidak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap perubahan besar yang dilakukan Tama setelah melalui masa lalu yang gelap. Dalam hati, ia merasa tersentuh oleh usaha keras Tama

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 129 Dianggap Lemah

    Dona duduk menyandarkan punggung, dengan kedua tangan dilipat. Tatapannya tajam ke arah Mada yang terus menyeringai seakan tengah menggoda Dona, mengingat kehidupannya di penjara yang membosankan. Mada tiba-tiba maju, mencondongkan tubuhnya hingga membuat Dona jengah dan spontan mundur.“Ayolah, Don. Kita bisa melakukannya di sini, secepat mungkin. Ada ruangan khusus agar kamu merasa nyaman,” goda Mada, berusaha menggapai Dona.Dona menepis tangan Mada yang hampir mengenai tubuhnya. “Menjauh dariku, biadab!” umpatnya kasar.Mada masih menyeringai. Namun dia memilih mundur. “Lalu apa maumu datang ke sini?” tanyanya.“Aku ingin membatalkan kerjasama kita!” sentak Dona. “Jangan pernah lagi mengganggu atau menghubungiku!”“Batal?” ulang Mada. Dia sejenak diam untuk mencerna ucapan Dona. Kemudian menyeringai seperti yang sudah-sudah. “Siapa bilang kamu bisa membatalkannya?”Dona mendengus kesal. Dia merasa bodoh karena hampir saja tertipu oleh tipu daya si gila Mada. Dengan satu kaki dihen

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 128 Menolak Kerjasama

    Dona melepas kacamata hitamnya, kemudian pandangannya melihat sekeliling bangunan restoran itu. Senyumnya terus terulas, namun bagi Arif tidak ada aura cerah di wajah Dona. Yang ada justru maksud licik tersembunyi yang bisa saja merugikan restoran dan Tama. Arif masih teringat akan peringatan Vinko mengenak rencana Mada, yang bisa saja kali ini menggunakan Dona sebagai alat.“Apa maumu?” ulang Arif, karena Dona tidak menjawab.“Restoran ini sudah buka, kan? Tentu saja aku datang sebagai pelanggan,” jawab Dona angkuh. Lantas berjalan dengan tubuhnya yang semampai, memasuki pelataran restoran itu.Arif tidak bisa berkutik karena restoran itu memang terbuka untuk umum, dan jika Dona datang sebagai pelanggan itu artinya Arif tidak bisa menolak. Namun bukan berarti Arif bisa mengendorkan kewaspadaannya, karena dari balik dapur restoran, matanya terus awas ke arah Dona.“Bos, kenapa dia ada di sini?” tanya salah seorang karyawan yang matanya mengikuti arah tatapan Arif. Dia tentu saja menge

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 127 Tidak Diundang

    Tuan Hadi sempat membeku setelah mendengar ucapan Vinko. Jika bisa, dia pasti mencegah Vinko untuk sekali lagi membuat kegaduhan, namun Tuan Hadi bukanlah tipe orang yang bisa berterus-terang dengan perasaannya. Dia memilih diam dan canggung, tidak menimpali ucapan Vinko. Namun Vinko tetaplah pria pintar, salah satu anak kandung Tuan Hadi yang berharga. Dia sadar jika sang ayah tidak menyukai tema pembicaraan mereka.“Ayah tahu kenapa aku dan Regina bercerai?” ujar Vinko, mengganti topik.Tuan Hadi menyesap rokoknya dalam-dalam. “Yang kutahu, Regina bukanlah wanita bodoh,”“Benar. Benar sekali,” Tatapan Vinko lurus memperhatikan Athar yang fokus bermain. “Dia sangatlah pintar. Satu-satunya wanita terpintar yang pernah kukenal,” Dia lalu menoleh ke arah Tuan Hadi. “Kenapa ini semua harus terjadi?” Dia justru bertanya.“Kuharap dugaanku salah, Vin,” timpal Tuan Hadi singkat.“Dia yang menggugat cerai pertama kali,” lanjut Vinko. Dia sempat tersendat saat bicara, tampak sangat menahan ra

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 126 Senyum Penuh Maksud

    Rania semakin bahagia saat dia terbangun di pagi yang terik, Tama masih tertidur di sebelahnya. Pria itu memejamkan mata, namun bibirnya tersenyum tipis seakan tengah mengalami mimpi indah. Tanpa sadar Rania juga ikut tersenyum. Dia pandangi Tama dengan jemarinya yang memainkan anak rambut Tama. Kemudian Rania mengecup kening Tama tipis, berusaha agar Tama tidak terbangun.Sambil mengendap-endap Rania keluar dari kamar, mulai menuruni tangga menuju dapur besar yang ada di lantai bawah. Di sana Rania sudah disambut oleh salah satu pelayannya yang tampak bahagia karena akhirnya Rania kembali. Keduanya melepas rindu, lantas Rania mengajak pelayannya itu untuk membantunya menyiapkan sarapan untuk Tama.“Kamu sedang apa?” tegur Tama, dengan wajah bangun tidur menghampiri Rania yang sibuk menata meja makan.“Aku menyiapkan sarapan kesukaanmu. Nasi goreng,” jawabnya.Tama mengulaskan senyum tipis. Kemudian dia menarik kursi dan duduk sembari menunggu Rania selesai menyiapkan hidangan.“Aku b

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 125 Menikmati Sentuhan

    Tama mendorong kepala Rania untuk bersandar di atas lengannya, sambil pria itu mengelus lembut kepala Rania demi menenangkan tangisan istrinya itu. Sesekali Tama mengecup kening Rania yang masih terus menangis. Udara yang semua terasa begitu dingin, perlahan sedikit hangat bersamaan dengan dua tubuh mereka yang perlahan mulai menyatu.“Malam ini kamu tinggal di sini bersamaku,” tandas Tama. “Biar Arif yang menjaga Athar,”Mata Rania yang sembab sempat berkedip dua kali untuk berpikir. Namun Tama buru-buru membungkam bibir Rania dengan telunjuknya, seakan mengerti bahwa wanita itu sebentar lagi akan mengelak.“Turuti aku untuk kali ini,” pinta Tama lembut.Tama mulai bangkit berdiri untuk mengambil ponsel. Namun gerakannya harus berhenti ketika Rania menarik ujung kemejanya.“Apakah aku bisa mempercayaimu lagi?” tanya Rania bimbang.Tama berkedip pelan satu kali. “Aku tidak memintamu mempercayaiku. Hukumlah aku, Ran,” jawab Tama.“Bukankah empat tahun berpisah itu sudah cukup menghukum

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 124 Hukum Aku

    Tama terus mendorong dan mengulum bibir Rania seakan tidak memberi kesempatan wanita itu untuk sedikit mengambil nafas. Seperti sebuah hasrat yang telah dipendam bertahun-tahun, dan kini Tama bisa mengeluarkannya dengan begitu dahsyat hingga sulit dibendung. Rania hampir saja kewalahan dan tidak menyadari tangannya mendorong kencang sebuah vas yang tergeletak di sisi ruangan. Suara vas yang pecah berkeping-keping membuyarkan suasana diantara keduanya, membuat Tama menjauh dari tubuh Rania untuk mengecek keadaan. Nafas keduanya tersengal, gugup luar biasa hingga wajah mereka memerah. Sesekali Tama melirik ke arah Rania yang juga begitu gugup dan mencoba untuk menguasai diri.“Bukankah ini vas langka favoritmu?” Rania mencoba membersihkan sisa vas yang ada. Dia membungkuk, mengambil pecahan yang paling besar. “Argh!” Tanpa sadar tangan Rania tergores ujung runcing pecahan vas itu.Tama seketika melonjak dan menarik tangan Rania yang terluka. Dia kecup tangan itu, dengan niat ingin meng

DMCA.com Protection Status