Beranda / Romansa / Istri Muda Tuan Sadis / Bab 115 Berada Sangat Dekat

Share

Bab 115 Berada Sangat Dekat

Penulis: Dama Mei
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-27 13:15:10

“Apa-apaan ini!” Tama mendorong keras tubuh Dona, menjauh darinya.

Dona sampai terpelanting hampir jatuh ke lantai andai keseimbangannya tidak bagus. Sementara Tama mengusap bibirnya dengan ekspresi jengah yang benar-benar murka. Dia bahkan bangkit berdiri dengan telunjuk tertuding tepat ke arah wajah Dona.

“Berani-beraninya kau melakukan itu?!” sentak Tama.

Dona memejamkan mata sejenak, demi mengusir rasa malunya. Harga diri Dona sudah diambang batas bawah yang bisa ditolerir hatinya, namun semua sudah terlanjur terjadi. Tidak ada jalan mundur bagi Dona.

“Aku mencintaimu, Tama! Aku sudah mencintaimu sejak dulu!” jerit Dona.

Tama menarik dasinya yang terasa begitu mencekik leher. Dia lempar dasi itu ke arah Dona. “Berani-beraninya seorang karyawan rendahan sepertimu membicarakan cinta denganku,”

Dona bangkit berdiri. Dia menggapai tubuh Tama, menggenggam erat lengan kanan Tama seakan minta dikasihani. “Kenapa kamu tidak bisa membalas perasaanku? Aku sudah memberikan ragaku seutuhnya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 116 Mantan Suami

    Rania sampai tidak bisa berkata-kata setelah mendapatkan lamaran mendadak itu dari Bagas. Seakan seluruh kondisi di sekitar mereka membeku, hanya untuk mendengar jawaban Rania. Begitu pula Bagas yang mematung, dengan sabar menunggu Rania memberikan respon. Sementara Rania justru mengerjapkan mata beberapa kali, dan memusatkan perhatiannya pada minuman Bagas yang mulai dingin.“Minumanmu … “ celetuk Rania, menunjuk gelas di depan muka Bagas.“Oh!” Bagas tersentak. Dia lantas tertawa, merasa ketegangan di dalam dirinya mencair dengan celetukan Rania yang tidak penting itu.Tampak semburat merah di wajah Bagas, membuat pria itu semakin teduh dipandang. Rania tidak pernah menyadari jika Bagas begitu tampan, namun ada sisi lembut di dalam dirinya. Sisi yang sangat berbeda dari Tama maupun Vinko.“Kamu pintar, ya, mengalihkan pembicaraan?” komentar Bagas, mulai menyeruput minuman buatan Rania. “Bahkan minuman buatanmu juga enak,” imbuhnya.Rania ikut tertawa lirih. Dia amat bersyukur, pria

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-30
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 117 Congkak

    Semua rela menahan nafas setelah mendengar ucapan Pak Viktor yang terakhir. Seumur hidup bekerja untuk Pak Viktor, baru kali ini Rania mendengar dosennya itu mengolok Tama di depan hidungnya. Selama ini Rania kira, Pak Viktor adalah salah satu kolega Tama yang sengaja memberikan pekerjaan untuk Rania karena rekomendasi Tama. Namun dugaannya itu salah besar. “Bagaimana rasanya bekerja sebagai dosen, Rania?” tanya Pak Viktor. Matanya girang bukan main saat nasi goreng yang dipesan Rania datang dihadapannya. Rania sibuk menata meja agar Pak Viktor dan juga Bagas merasa nyaman. Dia sampai lupa untuk menjawab pertanyaan itu. “Rania?” panggil Pak Viktor. “Ah, iya, Pak Viktor!” serunya, lantas tertawa kikuk. “Maaf sepertinya tadi saya kurang fokus,” Pak Viktor manggut-manggut, ikut tertawa lirih bersama Bagas. “Sepertinya kamu suka dengan kehidupanmu di sini, ya?” Sekali lagi Pak Viktor bertanya pada Rania, namun kali ini sambil melirik Bagas. “Apakah dia juga dosen?” Sadar jika dia men

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-30
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 118 Kembali Pulang

    Karena terlalu sering berada di kota kecil itu, Laura tidak perlu lagi didampingi oleh Rania saat dia ingin berkeliling. Bahkan dia juga berinisiatif menjemput Athar pulang sekolah. Rania menyerahkan motornya pada Laura dan dia memutuskan untuk naik ojek online menuju ke kampus. Seperti yang sudah-sudah, kedua wanita itu memang sering menghabiskan waktu bersama. Laura selalu senang saat dia menyibukkan diri dengan si kecil Athar. “Sampai kapan kamu mau datang tiba-tiba ke sini? Memangnya ayah dan ibumu tidak marah?” tanya Rania, lalu menyerahkan sebungkus nasi pada Laura. Mereka berdua bersantai sejenak di depan ruang televisi di sore hari setelah Rania pulang dari kampus. Laura menggeleng. “Ayah dan Ibu tidak pernah peduli,” jawabnya. Ada raut sedih di wajah Laura. Tapi tiba-tiba dia tersenyum. “Semenjak ada Arif, Ayah lebih memperhatikanku,” “Harusnya kalian segera menikah,” seloroh Rania asal. “Iya, kan?!” Tak disangka Laura justru setuju dengan usul ngasal itu. Rania membelala

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-31
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 119 Adalah Akhir

    Rania melangkap mantap dengan berkas di dalam dekapannya. Dia berjalan menyusuri koridor kampus kecil yang sudah lima tahun menemani setiap langkahnya. Dia sudah membulatkan tekad untuk mengundurkan diri dan kembali ke kota, setelah diskusi panjangnya bersama Laura malam itu. Bagaimanapun juga, dia harus berani mengambil keputusan untuk bisa lepas seutuhnya dari Tama. Dan cara itu hanya berhasil, jika dia kembali ke kota dan menghadapi perceraian secara resmi.Namun Rania melupakan satu hal, yaitu Bagas. Dia lupa jika ada satu pria baik yang kemungkinan akan merasa kecewa dengan keputusannya. Dan benar, Bagas sudah menunggu kedatangan Rania di depan pintu ruang rektor ketika Rania keluar dari ruangan itu setelah berbincang cukup lama dengan rektor kampus itu.“Aku baru akan menemuimu,” ujar Rania.Bagas memandangnya sekilas, lantas berjalan pelan. Rania mengikuti di sampingnya, tidak berani lagi membuka mulut karena sadar Bagas kecewa. Dan rasa kecewa itu di luar prediksi Rania. Dia k

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-06
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 120 Belum Berakhir

    Hanya rasa malu dan harga diri yang tercabik-cabiklah yang kini tersisa di dalam diri Dona. Dia bahkan tidak sanggup menatap satu-persatu tatapan sinis para pegawai di kantor, ketika dia hendak mengemasi barang-barang miliknya. Mereka semua mencibir Dona secara terang-terangan di depan muka Dona. Mengolok wanita itu, merendahkan bahkan mencaci. Seorang Dona berani-beraninya menggoda bos mereka yang digdaya, Tama Hadi. “Dia masih berani datang? Dasar tidak punya malu!” Salah satu olokan yang sempat didengar Dona ketika dia hendak masuk ke dalam ruangannya. Dia menelan ludah dengan perasaan pahit. Apalagi ketika dia melirik ke arah ruangan Tama yang tertutup rapat, sangat sulit dia tembus sekarang. Namun Dona cukup bersyukur karena dia tidak bertemu Tama maupun Arif dalam perjalanannya mengambil barang-barang. Dia kira, setelah menuruti segala perintah Tama–termasuk menjadi pelampiasan hasrat maka dia akan diperhatikan. Setidaknya Tama akan mempertimbangkan dirinya untuk menggantikan

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 121 Menemukan Hidup

    Ini adalah pertama kalinya bagi Athar untuk mengunjungi rumah kakek dan neneknya, yang megah bak istana di kehidupan modern. Anak kecil itu tidak berhenti menyerukan kekagumannya, terus mendongak saat Rania menuntun langkahnya untuk masuk ke dalam gerbang besar rumah Tuan Hadi. Di sanalah Tuan Hadi dan Dewi sudah menunggu kedatangan sang cucu dengan tak sabar.“Athar!” seru Dewi, seraya berlari memeluk Athar. Orang tua itu menciumi Athar tanpa henti, merasa sangat merindukan sang cucu.Begitu pula Tuan Hadi yang tidak berhenti tersenyum melihat tingkah nenek dan cucu itu. Meski dia tidak menunjukkan rasa sayangnya secara jelas seperti Dewi, namun di hati Tuan Hadi begitu mencintai Athar. Karena Athar adalah cucu kandung pertamanya yang sangat berharga.“Apa kabarmu, Ran? Apa perjalananmu menyenangkan?” sapa Tuan Hadi pada Rania. Tidak seperti biasanya yang berwajah serius, pria tua itu lebih melunak.Rania tersenyum hangat. “Perjalanan saya aman berkat Arif dan Laura,” jawabnya, seray

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-12
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 122 Senyum Matahari

    Dona memainkan jari-jemarinya, demi menghilangkan rasa gugup. Ini bukan kali pertama baginya saling berhadapan dengan Mada dalam sebuah negosiasi, namun Dona merasakan pertemuan kali ini begitu menegangkan. Selain karena mereka bertemu di sebuah bilik ruangan yang dingin nan muram, tidak ada siapapun selain Dona dan Mada. Bahkan dua petugas yang berjaga di balik jeruji juga membalikkan badan, membiarkan Mada mengambil alih situasi.“Kamu yakin tidak akan menyesal?” ulang Mada sekali lagi.Dona menelan ludah. Dia bahkan hampir menahan nafasnya karena tegang. “Kenapa aku harus menyesal?”“Tentu saja–” Mada makin mendekat. “Jika sampai Tama mengetahui rencana ini, dia tidak akan tinggal diam. Bisa saja dia membunuhmu,” Mada menyeringai lebar.“T-tapi kamu juga terlibat!” sentak Dona terbata-bata. “Memangnya apa yang kamu rencanakan?”Mada menyadari jika Dona mulai tertarik dengan penawarannya. Dia menyeringai dengan tatapan licik ke arah Dona. Kedua alisnya bertaut. Jika bisa digambarkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-13
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 123 Rencana Pembunuhan

    Berbeda dengan Athar yang sangat bahagia bisa bertemu Tama, Rania justru sebaliknya. Dia berdiri kaku dengan bibir tertutup rapat dan wajah tegang. Meskipun matanya juga melekat erat saling memandang dengan Tama. Mereka berdua tertegun dan tenggelam dalam pikiran masing-masing. “Kenapa Papa tidak datang menemui Athar kemarin?” protes Athar.Tama mengelus pelan kepala anak itu. “Papa masih sibuk, Athar. Kamu ke sini sama siapa?”Athar menunjuk Arif. Dia tidak menjawab karena masih belum terbiasa dengan Arif dan panggilan untuk pria itu. Dan kini Tama bisa menyimpulkan segalanya. Pantas saja Arif tiba-tiba datang dan memancingnya dengan segala perkataan tentang Rania dan Athar. Ternyata Arif memang membawa dua orang itu kehadapan Tama, seakan tengah memberi kejutan.“Mama, sini!” Athar berteriak, meminta sang mama untuk mendekat karena Rania masih diam di ujung jalan.Mau tak mau Rania bergerak, berjalan pelan menghampiri Athar yang masih berada dalam dekapan Tama. Saat melihat Rania,

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-13

Bab terbaru

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 132 Terlahir Kembali

    Mendengar teriakan minta tolong dari Rania, Tama merasa adrenalinnya langsung melonjak. Tanpa ragu-ragu, dia segera menghubungi para anak buahnya yang masih tersisa dan memberi tahu mereka tentang keadaan darurat yang sedang dihadapi oleh Rania. Tama memberikan semua informasi yang dia miliki, termasuk nomor ponsel Rania agar bisa dilacak. Tama mencoba untuk tetap tenang dan fokus, meskipun kecemasannya yang tak terhindarkan. Dia bersumpah untuk melindungi Rania dan membawanya pulang dengan selamat, tidak peduli apapun resikonya.Arif tiba di kantor Tama dengan langkah cepat dan wajah yang tegang setelah mendapatkan informasi tentang kondisi Rania. Dia telah mengutus anak buahnya untuk segera melacak keberadaan taksi yang diduga menculik Rania.Ketika Arif memasuki kantor, dia melihat Tama yang sibuk berbicara dengan petugas polisi dan segera mendekatinya dengan langkah tergesa-gesa.“Tuan, bagaimana kondisi Rania?” tanya Arif cemas.“Apa kamu sudah menghubungi anak buahmu?”Arif meng

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 131 Tolong Aku!

    Dewi berlari kecil berusaha mencari keberadaan Rania pagi ini di dalam rumah besarnya. Kabar tentang Rania yang akan kembali bersama Tama, sudah tentu terdengar sampai telinganya. Arif sendirilah yang memberitahu Dewi, karena sejak semalam pria itu sibuk mengemasi barang Rania dan Athar–dengan bantuan Laura.“Rania!” Akhirnya Dewi menemukan Rania sedang memasak di dapur.Rania memutar badan, dan tersenyum begitu cerah. Dia mengisyaratkan pelayan rumah untuk pergi memberi ruang bagi Dewi dan Rania. Setelah mereka tinggal berdua, Dewi berjalan mendekat. Dia memang ingin mendengar langsung dari mulut Rania tentang rencana itu.“Apa benar kamu akan kembali ke rumah Tama?” tanya Dewi cemas.Rania hanya mengulaskan senyum. “Semoga ini keputusan tepat untuk saya dan Athar,” timpalnya.Wajah Dewi masih menyiratkan kekhawatiran. Perlahan dia menggenggam tangan Rania. “Jika boleh jujur, aku tentu senang mendengarnya. Tapi … kebahagiaanmu yang terpenting,” tegas Dewi. “Aku sangat senang menerima

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 130 Kembali Pulang

    Rania memimpin langkah Athar melewati pintu gerbang kantor yang kini telah berubah wajah menjadi sebuah restoran keluarga yang luas dan ramai. Cahaya lampu yang lembut memperlihatkan suasana hangat di dalamnya, di mana aroma makanan yang menggugah selera menguar di udara. Dalam cahaya lembut yang memancar dari lampu-lampu gantung di restoran keluarga itu, Rania memasuki ruangan dengan perasaan antara terkejut dan haru. Di sana, di tempat yang dahulu menjadi kantor Tama sebagai seorang peminjaman ilegal dengan banyak preman berwajah bengis, kini telah berubah menjadi sebuah tempat yang hangat dan penuh cinta, mengundang keluarga untuk berkumpul.“Ayah!” seru Athar, menunjuk ke arah Tama.Rania melihat Tama sibuk di dekat meja kasir, dengan senyuman hangat yang menyapanya begitu dia memasuki restoran. Mata Rania tidak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap perubahan besar yang dilakukan Tama setelah melalui masa lalu yang gelap. Dalam hati, ia merasa tersentuh oleh usaha keras Tama

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 129 Dianggap Lemah

    Dona duduk menyandarkan punggung, dengan kedua tangan dilipat. Tatapannya tajam ke arah Mada yang terus menyeringai seakan tengah menggoda Dona, mengingat kehidupannya di penjara yang membosankan. Mada tiba-tiba maju, mencondongkan tubuhnya hingga membuat Dona jengah dan spontan mundur.“Ayolah, Don. Kita bisa melakukannya di sini, secepat mungkin. Ada ruangan khusus agar kamu merasa nyaman,” goda Mada, berusaha menggapai Dona.Dona menepis tangan Mada yang hampir mengenai tubuhnya. “Menjauh dariku, biadab!” umpatnya kasar.Mada masih menyeringai. Namun dia memilih mundur. “Lalu apa maumu datang ke sini?” tanyanya.“Aku ingin membatalkan kerjasama kita!” sentak Dona. “Jangan pernah lagi mengganggu atau menghubungiku!”“Batal?” ulang Mada. Dia sejenak diam untuk mencerna ucapan Dona. Kemudian menyeringai seperti yang sudah-sudah. “Siapa bilang kamu bisa membatalkannya?”Dona mendengus kesal. Dia merasa bodoh karena hampir saja tertipu oleh tipu daya si gila Mada. Dengan satu kaki dihen

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 128 Menolak Kerjasama

    Dona melepas kacamata hitamnya, kemudian pandangannya melihat sekeliling bangunan restoran itu. Senyumnya terus terulas, namun bagi Arif tidak ada aura cerah di wajah Dona. Yang ada justru maksud licik tersembunyi yang bisa saja merugikan restoran dan Tama. Arif masih teringat akan peringatan Vinko mengenak rencana Mada, yang bisa saja kali ini menggunakan Dona sebagai alat.“Apa maumu?” ulang Arif, karena Dona tidak menjawab.“Restoran ini sudah buka, kan? Tentu saja aku datang sebagai pelanggan,” jawab Dona angkuh. Lantas berjalan dengan tubuhnya yang semampai, memasuki pelataran restoran itu.Arif tidak bisa berkutik karena restoran itu memang terbuka untuk umum, dan jika Dona datang sebagai pelanggan itu artinya Arif tidak bisa menolak. Namun bukan berarti Arif bisa mengendorkan kewaspadaannya, karena dari balik dapur restoran, matanya terus awas ke arah Dona.“Bos, kenapa dia ada di sini?” tanya salah seorang karyawan yang matanya mengikuti arah tatapan Arif. Dia tentu saja menge

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 127 Tidak Diundang

    Tuan Hadi sempat membeku setelah mendengar ucapan Vinko. Jika bisa, dia pasti mencegah Vinko untuk sekali lagi membuat kegaduhan, namun Tuan Hadi bukanlah tipe orang yang bisa berterus-terang dengan perasaannya. Dia memilih diam dan canggung, tidak menimpali ucapan Vinko. Namun Vinko tetaplah pria pintar, salah satu anak kandung Tuan Hadi yang berharga. Dia sadar jika sang ayah tidak menyukai tema pembicaraan mereka.“Ayah tahu kenapa aku dan Regina bercerai?” ujar Vinko, mengganti topik.Tuan Hadi menyesap rokoknya dalam-dalam. “Yang kutahu, Regina bukanlah wanita bodoh,”“Benar. Benar sekali,” Tatapan Vinko lurus memperhatikan Athar yang fokus bermain. “Dia sangatlah pintar. Satu-satunya wanita terpintar yang pernah kukenal,” Dia lalu menoleh ke arah Tuan Hadi. “Kenapa ini semua harus terjadi?” Dia justru bertanya.“Kuharap dugaanku salah, Vin,” timpal Tuan Hadi singkat.“Dia yang menggugat cerai pertama kali,” lanjut Vinko. Dia sempat tersendat saat bicara, tampak sangat menahan ra

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 126 Senyum Penuh Maksud

    Rania semakin bahagia saat dia terbangun di pagi yang terik, Tama masih tertidur di sebelahnya. Pria itu memejamkan mata, namun bibirnya tersenyum tipis seakan tengah mengalami mimpi indah. Tanpa sadar Rania juga ikut tersenyum. Dia pandangi Tama dengan jemarinya yang memainkan anak rambut Tama. Kemudian Rania mengecup kening Tama tipis, berusaha agar Tama tidak terbangun.Sambil mengendap-endap Rania keluar dari kamar, mulai menuruni tangga menuju dapur besar yang ada di lantai bawah. Di sana Rania sudah disambut oleh salah satu pelayannya yang tampak bahagia karena akhirnya Rania kembali. Keduanya melepas rindu, lantas Rania mengajak pelayannya itu untuk membantunya menyiapkan sarapan untuk Tama.“Kamu sedang apa?” tegur Tama, dengan wajah bangun tidur menghampiri Rania yang sibuk menata meja makan.“Aku menyiapkan sarapan kesukaanmu. Nasi goreng,” jawabnya.Tama mengulaskan senyum tipis. Kemudian dia menarik kursi dan duduk sembari menunggu Rania selesai menyiapkan hidangan.“Aku b

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 125 Menikmati Sentuhan

    Tama mendorong kepala Rania untuk bersandar di atas lengannya, sambil pria itu mengelus lembut kepala Rania demi menenangkan tangisan istrinya itu. Sesekali Tama mengecup kening Rania yang masih terus menangis. Udara yang semua terasa begitu dingin, perlahan sedikit hangat bersamaan dengan dua tubuh mereka yang perlahan mulai menyatu.“Malam ini kamu tinggal di sini bersamaku,” tandas Tama. “Biar Arif yang menjaga Athar,”Mata Rania yang sembab sempat berkedip dua kali untuk berpikir. Namun Tama buru-buru membungkam bibir Rania dengan telunjuknya, seakan mengerti bahwa wanita itu sebentar lagi akan mengelak.“Turuti aku untuk kali ini,” pinta Tama lembut.Tama mulai bangkit berdiri untuk mengambil ponsel. Namun gerakannya harus berhenti ketika Rania menarik ujung kemejanya.“Apakah aku bisa mempercayaimu lagi?” tanya Rania bimbang.Tama berkedip pelan satu kali. “Aku tidak memintamu mempercayaiku. Hukumlah aku, Ran,” jawab Tama.“Bukankah empat tahun berpisah itu sudah cukup menghukum

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 124 Hukum Aku

    Tama terus mendorong dan mengulum bibir Rania seakan tidak memberi kesempatan wanita itu untuk sedikit mengambil nafas. Seperti sebuah hasrat yang telah dipendam bertahun-tahun, dan kini Tama bisa mengeluarkannya dengan begitu dahsyat hingga sulit dibendung. Rania hampir saja kewalahan dan tidak menyadari tangannya mendorong kencang sebuah vas yang tergeletak di sisi ruangan. Suara vas yang pecah berkeping-keping membuyarkan suasana diantara keduanya, membuat Tama menjauh dari tubuh Rania untuk mengecek keadaan. Nafas keduanya tersengal, gugup luar biasa hingga wajah mereka memerah. Sesekali Tama melirik ke arah Rania yang juga begitu gugup dan mencoba untuk menguasai diri.“Bukankah ini vas langka favoritmu?” Rania mencoba membersihkan sisa vas yang ada. Dia membungkuk, mengambil pecahan yang paling besar. “Argh!” Tanpa sadar tangan Rania tergores ujung runcing pecahan vas itu.Tama seketika melonjak dan menarik tangan Rania yang terluka. Dia kecup tangan itu, dengan niat ingin meng

DMCA.com Protection Status