Beranda / Romansa / Istri Muda Tuan Sadis / Bab 109 Menyelamatkan Rumah Tangga

Share

Bab 109 Menyelamatkan Rumah Tangga

Penulis: Dama Mei
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-08 12:43:05

“Apa yang ingin kamu bicarakan denganku?” Regina bertanya dengan nada ketus, sambil melipat kedua tangannya. Mereka berdua kini tengah diam berhadapan di depan koridor dekat ruang inap Tama.

Rania menunduk sebentar, lantas memandang Regina lebih mantap. Sebelumnya dia berusaha mengatur emosinya sendiri. “Selamat, ya,” tandasnya dengan senyum tulus. “Aku tahu, pernikahan kalian sudah berjalan lama, tapi inilah kesempatanku untuk memberi selamat pada kalian,” jelas Rania lebih panjang.

Regina terkesiap. Dia mengedipkan mata beberapa kali, karena tidak menyangka dengan topik pembicaraan Rania.

“Maafkan aku karena tidak bisa hadir saat hari bahagia kalian, sebagai seorang kakak ipar,” lanjut Rania, masih dengan senyumannya yang tulus.

“Hanya itu yang ingin kamu ucapkan padaku?” Akhirnya Regina punya kesempatan bicara. “Tidak ada lainnya?”

“Apa maksudmu?” Rania memandang Regina tidak mengerti.

Regina menarik nafas. Dia tahu, kesempatan ini tidak akan datang dua kali. Sepanjang tahun menjad
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 110 Memaafkanmu

    “Apa maksudmu?” Tama menolak untuk percaya begitu saja dengan ucapan Nita.Sekali lagi Nita menelan ludah. Tidak pernah menyangka bahwa bicara berdua saja dengan Tama–meski kondisinya sedang lemah tetap saja membuat Nita terintimidasi. Namun dia yakin dia harus bertahan, demi keutuhan rumah tangga Vinko dan Regina.“Apakah Rania pernah mengajak anak kecil saat mengunjungimu?” tanya Nita, memastikan.Tama berusaha mengingat kembali. Kemudian dia mengangguk kecil karena teringat akan seorang anak kecil laki-laki, yang tak lain adalah Athar.“Dia anakmu, Tama. Rania melahirkan anakmu,” tandas Nita dengan suara lirih.“Tidak mungkin. Dia pergi dalam keadaan tidak hamil,”“Kamu tahu alat tes kehamilan itu belum tentu akurat apalagi dalam kondisi kehamilan yang terlalu muda,” jelas Nita, tetap berusaha meyakinkan Tama. “Kamu bisa bertanya pada dokter kandungan,”Tama terdiam, dengan otak berpikir lebih keras. “Tidak mungkin … ““Semua orang tahu itu,” timpal Nita. “Tuan Hadi sampai ibumu, D

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-10
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 111 Memegang Janji

    Tama seketika diam. Bahkan dia seperti menahan nafasnya sendiri demi mencerna ucapan Rania yang bagaikan peluru dilemparkan ke arahnya. Tak pernah Tama sangka, Rania akan menjadi sedingin ini meski segalanya sudah berlalu. Bahkan setelah Tama hampir saja kehilangan nyawanya sendiri.“Apa kamu yakin?” Hanya itu kata tanya yang sanggup keluar dari bibir Tama.Rania menarik nafas dalam. “Aku tidak bisa terus bertahan, setelah semua keluargamu tahu aku dimana,”“Tapi anakmu adalah pewaris keluarga Hadi,”“Dan juga anak kandungku,” ralat Rania, tegas. Dia tidak ingin meruntuhkan pertahanannya–kebenciannya pada Tama hanya karena Tama masih berbaring lemah di ranjang rumah sakit.Tama menyeringai. Seringaian yang tampak menyedihkan, untuk seseorang seperti dirinya. “Jadi kamu jauh-jauh dari kemari hanya untuk pamit padaku?” sarkasnya.“Jangan cari aku lagi,” sahut Rania. “Aku berjanji, aku tidak akan membiarkan Athar melupakan papanya,”Entah apa yang terjadi, tapi Tama tiba-tiba melempar ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-15
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 112 Harapan Untukku

    Sebelum pergi bersama Arif, Dewi menyempatkan diri untuk mengecup sayang kening Athar yang masih tertidur pulas. Anak kecil itu sedikit menggeser posisi tidurnya, namun matanya tetap terpejam rapat begitu nyenyak. Dewi tersenyum kecil lantas mengelus rambut Athar. Tak pernah dia merasa begitu berat untuk meninggalkan suatu tempat, apalagi ada cucunya disana.“Kamu dan Athar jaga diri baik-baik, ya,” ujar Dewi setelah menyerahkan kopernya pada Arif. Kemudian dia menoleh pada Arif. “Rif, apa Tama tidak datang ke sini?”Arif membeku, sesekali melirik Rania yang berdiri di sebelah Dewi. “Tuan Tama menunggu di rumah sakit, Nyonya,” jawabnya.Dewi mengeluh. “Harusnya dia menemui anaknya sebelum pulang,” gerutu Dewi. “Rania–” Wanita itu lantas menggenggam erat kedua tangan Rania. “Kamu dan Athar bisa datang kapanpun, ke rumahku. Jangan datang ke rumah Tama jika kamu tidak berkenan. Kamu tetap diterima di rumahku,”“Ibu jangan cemas. Aku dan Athar pasti akan main ke sana jika ada waktu,” bala

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-16
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 113 Rasa Cinta yang Besar

    Pagi ini seluruh pegawai di kantor Tama mendadak tegang, karena bos mereka yang sudah lebih dari seminggu tidak kelihatan batang hidungnya, tiba-tiba muncul tanpa pemberitahuan. Rahang Tama mengeras, berjalan tegap memasuki pintu depan dengan sorot mata tajam nyaris tak berkedip. Arif berjalan di belakangnya, mengawasi setiap pasang mata yang berani berkasak-kusuk di belakang Tama.Semua nyaris tak bergerak, dan hanya bisa menunduk seakan Tama adalah sosok dewa kematian yang ditakuti. Bahkan suara sepatu pria itu terasa ngilu di gendang telinga para karyawannya, berharap Tama segera masuk terbenam di dalam ruangannya sendiri.Namun ada satu karyawan yang justru sangat bahagia mendengar kabar kembalinya Tama. Karyawan itu bahkan sudah sedari pagi mematut diri serapi mungkin dan menyambut Tama di depan pintu ruangannya. Dia tersenyum sangat manis, dengan mata berbinar ketika Tama telah sampai di hadapannya.“Selamat datang kembali, Tuan,” sapa Dona.Tama sama sekali tidak melirik Dona.

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 114 Kehidupan yang Lebih Baik

    Di satu waktu yang sama, Rania justru membuka kesempatan untuk Bagas yang berusaha keras memenangkan hatinya. Siang ini dia setuju untuk datang ke kediaman keluarga Handoko, dimana orang tua Bagas tinggal. Bagas adalah anak satu-satunya dari pasangan Dokter Handoko dan Dokter Rita, yang justru memilih untuk keluar dari jalur yang sudah dibuatkan orang tuanya untuknya. Bagas justru memilih untuk bekerja sebagai pegawai administrasi di kampus kecil satu-satunya di kota itu.Setelah menjemput Athar berdua bersama Bagas, mereka bertiga segera menuju rumah orang tua Bagas karena sudah ditunggu. Sepanjang perjalanan Rania selalu mempertanyakan keputusan Bagas, merasa bahwa dia tidak pantas untuk mendapatkan semua ini. Mengingat Bagas telah mengetahui seluruh rahasia terkelamnya, Rania semakin tidak percaya diri. Seharusnya Bagas bisa mendapatkan wanita dengan latar belakang baik, dan tentunya bukan seorang janda. Begitulah kira-kira pemikiran Rania.“Halo, Athar!” seru Dokter Rita, seraya m

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-23
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 115 Berada Sangat Dekat

    “Apa-apaan ini!” Tama mendorong keras tubuh Dona, menjauh darinya.Dona sampai terpelanting hampir jatuh ke lantai andai keseimbangannya tidak bagus. Sementara Tama mengusap bibirnya dengan ekspresi jengah yang benar-benar murka. Dia bahkan bangkit berdiri dengan telunjuk tertuding tepat ke arah wajah Dona.“Berani-beraninya kau melakukan itu?!” sentak Tama.Dona memejamkan mata sejenak, demi mengusir rasa malunya. Harga diri Dona sudah diambang batas bawah yang bisa ditolerir hatinya, namun semua sudah terlanjur terjadi. Tidak ada jalan mundur bagi Dona.“Aku mencintaimu, Tama! Aku sudah mencintaimu sejak dulu!” jerit Dona.Tama menarik dasinya yang terasa begitu mencekik leher. Dia lempar dasi itu ke arah Dona. “Berani-beraninya seorang karyawan rendahan sepertimu membicarakan cinta denganku,” Dona bangkit berdiri. Dia menggapai tubuh Tama, menggenggam erat lengan kanan Tama seakan minta dikasihani. “Kenapa kamu tidak bisa membalas perasaanku? Aku sudah memberikan ragaku seutuhnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-27
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 116 Mantan Suami

    Rania sampai tidak bisa berkata-kata setelah mendapatkan lamaran mendadak itu dari Bagas. Seakan seluruh kondisi di sekitar mereka membeku, hanya untuk mendengar jawaban Rania. Begitu pula Bagas yang mematung, dengan sabar menunggu Rania memberikan respon. Sementara Rania justru mengerjapkan mata beberapa kali, dan memusatkan perhatiannya pada minuman Bagas yang mulai dingin.“Minumanmu … “ celetuk Rania, menunjuk gelas di depan muka Bagas.“Oh!” Bagas tersentak. Dia lantas tertawa, merasa ketegangan di dalam dirinya mencair dengan celetukan Rania yang tidak penting itu.Tampak semburat merah di wajah Bagas, membuat pria itu semakin teduh dipandang. Rania tidak pernah menyadari jika Bagas begitu tampan, namun ada sisi lembut di dalam dirinya. Sisi yang sangat berbeda dari Tama maupun Vinko.“Kamu pintar, ya, mengalihkan pembicaraan?” komentar Bagas, mulai menyeruput minuman buatan Rania. “Bahkan minuman buatanmu juga enak,” imbuhnya.Rania ikut tertawa lirih. Dia amat bersyukur, pria

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-30
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 117 Congkak

    Semua rela menahan nafas setelah mendengar ucapan Pak Viktor yang terakhir. Seumur hidup bekerja untuk Pak Viktor, baru kali ini Rania mendengar dosennya itu mengolok Tama di depan hidungnya. Selama ini Rania kira, Pak Viktor adalah salah satu kolega Tama yang sengaja memberikan pekerjaan untuk Rania karena rekomendasi Tama. Namun dugaannya itu salah besar. “Bagaimana rasanya bekerja sebagai dosen, Rania?” tanya Pak Viktor. Matanya girang bukan main saat nasi goreng yang dipesan Rania datang dihadapannya. Rania sibuk menata meja agar Pak Viktor dan juga Bagas merasa nyaman. Dia sampai lupa untuk menjawab pertanyaan itu. “Rania?” panggil Pak Viktor. “Ah, iya, Pak Viktor!” serunya, lantas tertawa kikuk. “Maaf sepertinya tadi saya kurang fokus,” Pak Viktor manggut-manggut, ikut tertawa lirih bersama Bagas. “Sepertinya kamu suka dengan kehidupanmu di sini, ya?” Sekali lagi Pak Viktor bertanya pada Rania, namun kali ini sambil melirik Bagas. “Apakah dia juga dosen?” Sadar jika dia men

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-30

Bab terbaru

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 132 Terlahir Kembali

    Mendengar teriakan minta tolong dari Rania, Tama merasa adrenalinnya langsung melonjak. Tanpa ragu-ragu, dia segera menghubungi para anak buahnya yang masih tersisa dan memberi tahu mereka tentang keadaan darurat yang sedang dihadapi oleh Rania. Tama memberikan semua informasi yang dia miliki, termasuk nomor ponsel Rania agar bisa dilacak. Tama mencoba untuk tetap tenang dan fokus, meskipun kecemasannya yang tak terhindarkan. Dia bersumpah untuk melindungi Rania dan membawanya pulang dengan selamat, tidak peduli apapun resikonya.Arif tiba di kantor Tama dengan langkah cepat dan wajah yang tegang setelah mendapatkan informasi tentang kondisi Rania. Dia telah mengutus anak buahnya untuk segera melacak keberadaan taksi yang diduga menculik Rania.Ketika Arif memasuki kantor, dia melihat Tama yang sibuk berbicara dengan petugas polisi dan segera mendekatinya dengan langkah tergesa-gesa.“Tuan, bagaimana kondisi Rania?” tanya Arif cemas.“Apa kamu sudah menghubungi anak buahmu?”Arif meng

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 131 Tolong Aku!

    Dewi berlari kecil berusaha mencari keberadaan Rania pagi ini di dalam rumah besarnya. Kabar tentang Rania yang akan kembali bersama Tama, sudah tentu terdengar sampai telinganya. Arif sendirilah yang memberitahu Dewi, karena sejak semalam pria itu sibuk mengemasi barang Rania dan Athar–dengan bantuan Laura.“Rania!” Akhirnya Dewi menemukan Rania sedang memasak di dapur.Rania memutar badan, dan tersenyum begitu cerah. Dia mengisyaratkan pelayan rumah untuk pergi memberi ruang bagi Dewi dan Rania. Setelah mereka tinggal berdua, Dewi berjalan mendekat. Dia memang ingin mendengar langsung dari mulut Rania tentang rencana itu.“Apa benar kamu akan kembali ke rumah Tama?” tanya Dewi cemas.Rania hanya mengulaskan senyum. “Semoga ini keputusan tepat untuk saya dan Athar,” timpalnya.Wajah Dewi masih menyiratkan kekhawatiran. Perlahan dia menggenggam tangan Rania. “Jika boleh jujur, aku tentu senang mendengarnya. Tapi … kebahagiaanmu yang terpenting,” tegas Dewi. “Aku sangat senang menerima

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 130 Kembali Pulang

    Rania memimpin langkah Athar melewati pintu gerbang kantor yang kini telah berubah wajah menjadi sebuah restoran keluarga yang luas dan ramai. Cahaya lampu yang lembut memperlihatkan suasana hangat di dalamnya, di mana aroma makanan yang menggugah selera menguar di udara. Dalam cahaya lembut yang memancar dari lampu-lampu gantung di restoran keluarga itu, Rania memasuki ruangan dengan perasaan antara terkejut dan haru. Di sana, di tempat yang dahulu menjadi kantor Tama sebagai seorang peminjaman ilegal dengan banyak preman berwajah bengis, kini telah berubah menjadi sebuah tempat yang hangat dan penuh cinta, mengundang keluarga untuk berkumpul.“Ayah!” seru Athar, menunjuk ke arah Tama.Rania melihat Tama sibuk di dekat meja kasir, dengan senyuman hangat yang menyapanya begitu dia memasuki restoran. Mata Rania tidak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap perubahan besar yang dilakukan Tama setelah melalui masa lalu yang gelap. Dalam hati, ia merasa tersentuh oleh usaha keras Tama

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 129 Dianggap Lemah

    Dona duduk menyandarkan punggung, dengan kedua tangan dilipat. Tatapannya tajam ke arah Mada yang terus menyeringai seakan tengah menggoda Dona, mengingat kehidupannya di penjara yang membosankan. Mada tiba-tiba maju, mencondongkan tubuhnya hingga membuat Dona jengah dan spontan mundur.“Ayolah, Don. Kita bisa melakukannya di sini, secepat mungkin. Ada ruangan khusus agar kamu merasa nyaman,” goda Mada, berusaha menggapai Dona.Dona menepis tangan Mada yang hampir mengenai tubuhnya. “Menjauh dariku, biadab!” umpatnya kasar.Mada masih menyeringai. Namun dia memilih mundur. “Lalu apa maumu datang ke sini?” tanyanya.“Aku ingin membatalkan kerjasama kita!” sentak Dona. “Jangan pernah lagi mengganggu atau menghubungiku!”“Batal?” ulang Mada. Dia sejenak diam untuk mencerna ucapan Dona. Kemudian menyeringai seperti yang sudah-sudah. “Siapa bilang kamu bisa membatalkannya?”Dona mendengus kesal. Dia merasa bodoh karena hampir saja tertipu oleh tipu daya si gila Mada. Dengan satu kaki dihen

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 128 Menolak Kerjasama

    Dona melepas kacamata hitamnya, kemudian pandangannya melihat sekeliling bangunan restoran itu. Senyumnya terus terulas, namun bagi Arif tidak ada aura cerah di wajah Dona. Yang ada justru maksud licik tersembunyi yang bisa saja merugikan restoran dan Tama. Arif masih teringat akan peringatan Vinko mengenak rencana Mada, yang bisa saja kali ini menggunakan Dona sebagai alat.“Apa maumu?” ulang Arif, karena Dona tidak menjawab.“Restoran ini sudah buka, kan? Tentu saja aku datang sebagai pelanggan,” jawab Dona angkuh. Lantas berjalan dengan tubuhnya yang semampai, memasuki pelataran restoran itu.Arif tidak bisa berkutik karena restoran itu memang terbuka untuk umum, dan jika Dona datang sebagai pelanggan itu artinya Arif tidak bisa menolak. Namun bukan berarti Arif bisa mengendorkan kewaspadaannya, karena dari balik dapur restoran, matanya terus awas ke arah Dona.“Bos, kenapa dia ada di sini?” tanya salah seorang karyawan yang matanya mengikuti arah tatapan Arif. Dia tentu saja menge

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 127 Tidak Diundang

    Tuan Hadi sempat membeku setelah mendengar ucapan Vinko. Jika bisa, dia pasti mencegah Vinko untuk sekali lagi membuat kegaduhan, namun Tuan Hadi bukanlah tipe orang yang bisa berterus-terang dengan perasaannya. Dia memilih diam dan canggung, tidak menimpali ucapan Vinko. Namun Vinko tetaplah pria pintar, salah satu anak kandung Tuan Hadi yang berharga. Dia sadar jika sang ayah tidak menyukai tema pembicaraan mereka.“Ayah tahu kenapa aku dan Regina bercerai?” ujar Vinko, mengganti topik.Tuan Hadi menyesap rokoknya dalam-dalam. “Yang kutahu, Regina bukanlah wanita bodoh,”“Benar. Benar sekali,” Tatapan Vinko lurus memperhatikan Athar yang fokus bermain. “Dia sangatlah pintar. Satu-satunya wanita terpintar yang pernah kukenal,” Dia lalu menoleh ke arah Tuan Hadi. “Kenapa ini semua harus terjadi?” Dia justru bertanya.“Kuharap dugaanku salah, Vin,” timpal Tuan Hadi singkat.“Dia yang menggugat cerai pertama kali,” lanjut Vinko. Dia sempat tersendat saat bicara, tampak sangat menahan ra

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 126 Senyum Penuh Maksud

    Rania semakin bahagia saat dia terbangun di pagi yang terik, Tama masih tertidur di sebelahnya. Pria itu memejamkan mata, namun bibirnya tersenyum tipis seakan tengah mengalami mimpi indah. Tanpa sadar Rania juga ikut tersenyum. Dia pandangi Tama dengan jemarinya yang memainkan anak rambut Tama. Kemudian Rania mengecup kening Tama tipis, berusaha agar Tama tidak terbangun.Sambil mengendap-endap Rania keluar dari kamar, mulai menuruni tangga menuju dapur besar yang ada di lantai bawah. Di sana Rania sudah disambut oleh salah satu pelayannya yang tampak bahagia karena akhirnya Rania kembali. Keduanya melepas rindu, lantas Rania mengajak pelayannya itu untuk membantunya menyiapkan sarapan untuk Tama.“Kamu sedang apa?” tegur Tama, dengan wajah bangun tidur menghampiri Rania yang sibuk menata meja makan.“Aku menyiapkan sarapan kesukaanmu. Nasi goreng,” jawabnya.Tama mengulaskan senyum tipis. Kemudian dia menarik kursi dan duduk sembari menunggu Rania selesai menyiapkan hidangan.“Aku b

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 125 Menikmati Sentuhan

    Tama mendorong kepala Rania untuk bersandar di atas lengannya, sambil pria itu mengelus lembut kepala Rania demi menenangkan tangisan istrinya itu. Sesekali Tama mengecup kening Rania yang masih terus menangis. Udara yang semua terasa begitu dingin, perlahan sedikit hangat bersamaan dengan dua tubuh mereka yang perlahan mulai menyatu.“Malam ini kamu tinggal di sini bersamaku,” tandas Tama. “Biar Arif yang menjaga Athar,”Mata Rania yang sembab sempat berkedip dua kali untuk berpikir. Namun Tama buru-buru membungkam bibir Rania dengan telunjuknya, seakan mengerti bahwa wanita itu sebentar lagi akan mengelak.“Turuti aku untuk kali ini,” pinta Tama lembut.Tama mulai bangkit berdiri untuk mengambil ponsel. Namun gerakannya harus berhenti ketika Rania menarik ujung kemejanya.“Apakah aku bisa mempercayaimu lagi?” tanya Rania bimbang.Tama berkedip pelan satu kali. “Aku tidak memintamu mempercayaiku. Hukumlah aku, Ran,” jawab Tama.“Bukankah empat tahun berpisah itu sudah cukup menghukum

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 124 Hukum Aku

    Tama terus mendorong dan mengulum bibir Rania seakan tidak memberi kesempatan wanita itu untuk sedikit mengambil nafas. Seperti sebuah hasrat yang telah dipendam bertahun-tahun, dan kini Tama bisa mengeluarkannya dengan begitu dahsyat hingga sulit dibendung. Rania hampir saja kewalahan dan tidak menyadari tangannya mendorong kencang sebuah vas yang tergeletak di sisi ruangan. Suara vas yang pecah berkeping-keping membuyarkan suasana diantara keduanya, membuat Tama menjauh dari tubuh Rania untuk mengecek keadaan. Nafas keduanya tersengal, gugup luar biasa hingga wajah mereka memerah. Sesekali Tama melirik ke arah Rania yang juga begitu gugup dan mencoba untuk menguasai diri.“Bukankah ini vas langka favoritmu?” Rania mencoba membersihkan sisa vas yang ada. Dia membungkuk, mengambil pecahan yang paling besar. “Argh!” Tanpa sadar tangan Rania tergores ujung runcing pecahan vas itu.Tama seketika melonjak dan menarik tangan Rania yang terluka. Dia kecup tangan itu, dengan niat ingin meng

DMCA.com Protection Status