‘’Ada yang melaporkan seorang wanita menghilang di klub ini, kami akan segera memeriksanya.‘’ Tutur Jacob memberi tahu maksud dan tujuan mereka datang.
Pria di depannya, yang baru Jacob sadari memiliki nama di dadanya dengan nama Tiago, sedikit mengangkat sebelah alisnya. ‘’Banyak yang hilang di klub ini. Tapi ternyata mereka ditemukan di apartemen atau di rumah kekasih-kekasihnya,’’jawab Tiago serius.
Jacob tercengang sesaat mendengar jawaban dari pria di depannya, tapi dengan cepat berusaha menyamarkan sikapnya itu. Menegakkan lagi bahunya dan dengan tegas berusaha untuk kembali menjelaskan, berupaya agar usaha mereka untuk menggeledah seisi klub bisa berhasil.
‘’Pernyataan itu tidak bisa dipungkiri, tapi urusan kali ini berbeda.’’ Jacob sedikit berbalik untuk mengambil sesuatu dari bawahannya. Lembaran foto dengan ukuran sedang, seorang wanita yang tidak lain adalah Xiana. Satu persatu lembaran itu memperlihatkan dari awal Xiana keluar dari sebuah mobil putih miliknya, berjalan, dan masuk ke dalam klub.
‘’Bukankah foto ini sudah menunjukkan bahwa wanita ini hilang seketika di tempat milik kalian?’’ kata Jacob dengan gerakkan kepalanya yang membuat pria di hadapannya hampir terkekeh merasa lucu.
Apalagi yang mau pria itu lakukan? Apakah bukti yang ia bawa belum cukup untuk membuat tujuan mereka tercapai? setelah melihat sikap pria itu, ia tahu urusan kali ini tidak akan mudah. Tapi mau bagaimana pun setidaknya usaha mereka harus ada hasilnya, ‘kan? Terlebih ia tahu, di belakang, atau di sisi mana pun yang tidak mereka lihat. Tangan bawah Hugh, serta pesuruhnya yang lain sedang mengamati interaksinya dengan perwakilan klub milik Hector.
Benar saja, setelah kekehannya itu, Tiago tidak membiarkan mereka masuk begitu saja. Bahkan, kali ini, bukan hanya pria itu yang ada. Beberapa pria yang lain berlarian dan berjajar di masing-masing sisi Tiago. Tanpa tatapan bersahabat, tanpa senyuman, bahkan sikap yang ramah.
‘’Itu tidak cukup untuk menjadi bukti kuat, silahkan kalian pergi dan jangan mencoba untuk mengganggu kami.’’
Nada bicara Tiago menunjukkan ancaman. Perkataannya memiliki arti bahwa mereka tidak bisa diganggu begitu saja dan dianggap remeh. Siapapun itu, termasuk polisi yang berwenang. Mereka tidak bisa dengan mudah berurusan dengan mereka.
‘’Oh, ayolah! Jangan mengganggu tugas polisi. Jelas-jelas surat laporan dan izin untuk memeriksa sudah di tangan kami!’’ Daniel, dengan lancang masuk dalam pembicaraan. ‘’Jangan menyusahkan tugas polisi, atau kalian sendiri yang akan kami curigai.’’
Jacob menghela nafas, dasar junior ceroboh. Bisa-bisanya membuat keadaan menjadi panas. Jacob bahkan melihat mata Tiago menajam. Lalu beberapa saat kemudian tidak ada jawaban dari pihak mereka, sedangkan Jacob masih memperhatikan Tiago dan menunggu jawabannya. Ia tidak boleh gegabah, salah langkah, ia bisa semakin susah untuk menyelidiki kasus ini.
Di depannya, Jacob menyadari bahwa Tiago sedang mendengarkan sesuatu dari Earpiece. Sepasang benda yang tertempel di telinga pria itu. Lalu tidak lama kemudian Tiago mengangguk. Tanpa disangka, akhirnya Tiago mengatakan kalimat yang Jacob harapkan sejak awal.
‘’Baiklah, periksa saja jika kalian bisa.’’ Tutur Tiago, diiringi kepalanya yang melihat sisi kanan dan kiri. Memberi kode pada rekan-rekannya yang lain.
Paham dengan arahan Tiago, mereka langsung bergerak membuka jalan. Tanpa kata, tanpa perintah. Melihat itu, Jacob dan polisi yang lainnya paham. Bahwa mereka dipersilahkan untuk melakukan tugas mereka.
Jacob menggerakkan tangannya. Ia dan yang lainnya langsung berjalan ke arah yang berbeda. Tentu saja mereka harus berpencar untuk mencari bukti yang bisa mereka bawa. Tapi ternyata, lagi dan lagi tugasnya tidak bebrjalan dengan mudah. Setiap langkah mereka, setiap tempat yang mereka datangi, di sanalah juga bawahan-bawahan Hector ada. Mereka diikuti dan dibuat tidak nyaman, bahkan tidak fokus.
Setiap benda yang diperiksa, setidaknya ada satu orang yang mengamati mereka dengan terang-terangan. Dengan tatapan dingin dan wajah datar mereka.
‘’’Ck! Apa sebenarnya mau kalian? Kalian mengganggu kami sialan!’’ Daniel tidak bisa lagi menahan kekesalannya, dengan gebrakkan meja, ia menatap mata mereka dengan tatapan menantang.
‘’Sepertinya, kalian harus diberi pelajaran!’’
BUGH!
Setelah teriakannya menggema, Daniel dengan emosinya yang begejolak menonjok rahang salah satu pegawai klub. Tidak berhenti sampai di sana, Daniel juga mendapatkan perlakuan yang sama. Pria itu membalas pukulannya, bahkan memberikan lebih dari apa yang Daniel lakukan. Lawannya memberikan banyak pukulan. Selanjutnya, bukan hanya mereka yang berkelahi. Tapi hampir semua polisi dan pegawai klub di ruangan itu juga berkelahi, keadaan yang memanas dan mereka yang tersulut emosi.
Mereka saling memukuli, sayangnya, yang mendapat banyak luka ternyata dari pihak polisi. Setelah beberapa dari mereka berhenti karena tidak sanggup lagi, Jacob datang ke ruangan itu dan melotot saat melihat apa yang sedang terjadi.
‘’Hentikan! Apa yang sedang kalian lakukan?!’’
Teriakan Jacob berhasil mengehentikkan mereka. Juga dengan tergesa Jacob berjalan untuk memisahkan Daniel yang masih tetap berkelahi sementara yang lain sudah mengentikan perkelahiannya. Dengan kasar Jacob menarik lengan Daniel, mendorongnya ke tembok, berusaha untuk menyadarkannya.
‘’Sadar, brengsek! Apa yang sudah kau lakukan!?’’ Jacob memegang kedua bahu Daniel dengan keras, mengguncangnya.
Daniel terengah-engah, berusaha menstabilkan nafas dan emosinya. Serta mengelap darah yang mengucur di hidung dan bibirnya.
‘’Mereka mempermainkan kita, Jac! Tidak ada satu pun bukti yang kita dapat karena mereka mempermainkan kita. Kau sadar itu juga kan, Jac?’’
Jacob mengusap wajah kasar, semua yang dikatakan Daniel itulah yang ia sadari juga. Tapi meskipun begitu, kejadian ini bukan yang Jacob harapkan. Ia benar-benar menghindari hal ini terjadi, tapi ternyata karena ia dan rekan-rekannya yang lain terpisah, hal ini tidak bisa ia halangi. Ini terjadi begitu saja tanpa sepengatahuan dan pengawasan Jacob.
‘’Diam kau!’’ bentak Jacob dan berhasil membuat mulut Daniel tidak bersuara lagi, lelaki itu seketika memalingkan muka dan pergi dari hadapan Jacob tanpa perintah.
Dalam keheningan dan suasana yang begitu panas karena emosi, tiba-tiba suara tepuk tangan yang lambat diiringi langkah kaki memasuki ruangan. Satu persatu pandangan mereka beralih. Seorang pria dengan kemeja putih yang bagian dadanya terbuka, berdiri di hadapan mereka. Lalu satu persatu pegawai klub itu menempati posisi di belakangnya. Berdiri tegak dengan tatapan permusuhan.
Jacob mengenali siapa yang sedang berdiri di depannya, lelaki dengan tubuh jangkung dan dada bidangnya. Wajah tegas dan mata biru elangnya, pemilik Salvatore Grup. Perusahaan tersukses ke satu di dunia. Setelah melihatnya secara langsung, entah kenapa Jacob merasakan auranya begitu mengganggu, membuatnya tidak nyaman. Atau membuat nyalinya tiba-tiba luntur. Hector, auranya benar-benar gelap dan mengintimidasi. Berakali-kali lipat dari tangan kanannya, Tiago.
‘’Alih-alih mencari bukti, kalian malah memukuli para pegawaiku?” satu alis Hector terangkat, memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana seraya berjalan mendekati meja yang ada di ruangan.
Sambil melonggarkan dasinya kasar, Hector memutari meja, lalu menduduki kursi yang berada di baliknya. Duduk bersandar pada kepala kursi, membuka kedua kakinya lebar. Aura kepemimpinannya, serta aura menakutkannya semakin kental. Beberapa polisi bahkan menundukkan pandangan, tidak ada yang kuasa menatap mata tajam Hector selain Jacob karena keterpaksaannya.
‘’Apa maksud tujuanmu dan rekan-rekanmu, Tuan Jacob? Mengacak-ngacak klub milikku atau menghancurkannya?’’
Perkataan Hector membuat Jacob tersentak. Pertanyaannya memang menyangkut apa yang sudah terjadi baru saja. Walau rekan-rekannya terlibat perkelahian dengan orang-orang Hector, tetapi itu bukan hanya kesalahan mereka semua. Orang-orang Hector sudah membuat Jacob dan yang lainnya menahan kesabaran dari awal, sampai akhirnya tidak terbendung lagi dan menyebabkan kejadian yang tidak seharusnya.‘’Tentu saja bukan itu maksud tujuan kami datang ke klub milikmu, Tuan Hector. Kami sedang melakukan penyelidikan atas kasus menghilangnya wanita bernama Xiana Eugene. Putri dari Hugh Josephene.’’ Jelasnya dengan hati-hati.“Lalu? Apa hubungannya denganku?’’ tanya hector yang membenahi posisinya, mengedepankan tubuhnya dan manyautkan kedua telapak tangannya seraya menaruhnya di atas meja. Tatapannya semakin tajam dan serius‘’Aku tidak yakin ada hubungannya denganmu. Tapi menurut beberapa saksi, terutama sahabatnya mengatakan posisi Xiana terakhir kali berada di klub ini. ‘’‘’Begitu ceritanya? ‘’
Paginya, Xiana dibangunkan oleh beberapa pelayan wanita yang bekerja di kediaman Hector. Mereka tidak berbicara apa-apa, bahkan ketika Xiana bertanya maksud dan tujuan mereka mendandani Xiana, mereka tidak memberi jawaban. Semuanya tutup mulut, seakan memang tidak mengetahui apa-apa atau memang diperintahkan untuk tidak boleh memberitahunya.Xiana menghela nafas kasar, cermin yang besar di depannya benar-benar menunjukkan rasa lelah di wajahnya. Tahap terakhir yang mereka lakukan adalah menata rambut Xiana. Ia melihat di cermin salah satu di antara mereka tersenyum kecil. Xiana mengangkat alisnya, apa yang membuat dia tersenyum seperti itu ketika sedang menata rambutnya?‘’Rambut nona benar-benar bagus sekali, ini kali pertama bagi saya menemukan rambut yang panjang dan begitu indah. ‘’ pelayan itu tersenyum lagi, kali ini senyumannya lebih kentara sembari menatap Xiana yang juga menatapnya dari cermin.‘’Apa rambut Nona pernah Nona warnai?‘’Xiana menggelang, ‘’aku tidak pernah mewa
Sialan! Apa yang baru Xiana rasakan? Sebuah benda lembut menyentuh bibirnya tanpa sengaja? Dengan sekuat tenaga agar bisa tersadar dalam keadaan mabuknya Xiana membuka mata, seorang pria berdiri dengan angkuh di hadapannya. Memandangnya dengan mata melotot. Menandakan pria itu kaget dibuatnya. Memangnya apa yang sudah Xiana lakukan? Tidak mungkin ia yang mencium pria itu lebih dulu. Tidak, jelas tidak. Bagaimana bisa begitu? Sedangkan selama hidupnya, ia tidak pernah mencium bibir siapapun! Baru saja Xiana akan murka karena merasa ciuman pertamanya telah direnggut, ia merasa sebuah tangan melingkari pinggangnya dan menarik tubuhnya secara tiba-tiba. Pria itu mencium bibirnya lagi. Dengan lembut, bahkan perlahan kelembutan itu menjadi sebuah emosi yang melingkupi. Pria ini seperti sedang memastikan sesuatu. Bisa-bisanya Xiana kecolongan. Tidak bisa dibiarkan, Xiana langsung mendorong dada pria itu kasar. "Tuan! Apa yang sudah kau lakukan?" Bentakan Xiana terdengar keras. Nafasnya n
"Nona ini mengalami Syok, Tuan Sergos." Jelas Dokter Edmund. Hector yang semula duduk menyandar pada kepala kursi yang berada di depan ranjang kini duduk tegak, kedua telapak tangannya bertaut dan menempel di bawah dagu, mengangguk mendengar penjelasan Edmund. "Kapan dia akan bangun?" "Keadaannya sudah membaik, mungkin sebentar lagi." Jawab Edmund sambil membereskan alat-alat miliknya. Kemudian berbalik dan berjalan ke arah Hector lalu menunduk sebagai tanda undur diri, berjalan keluar kamar dan menjauh. Hector kemudian memanggil Tiago yang berjaga di luar, menyuruhnya untuk masuk. Tiago menghampiri Hector dengan sebuah berkas yang ia genggam di tangannya. "Berikan padaku." Tiago segera menyerahkan berkas yang ia persiapkan sejak Hector memerintahkannya. Berkas yang berisi data diri wanita yang sedang terbaring di ranjang milik Tuannya. Ya, milik Tuannya. Tiago sempat kebingungan saat Tuannya langsung membawa masuk wanita dalam gendongannya ke dalam kamar pribadinya. Bagaiman
Kantor Ketinggian Polisi. 01.27 AM Fredo dengan fokus melihat satu-persatu kotak tayangan yang ada di dalam layar besar di depannya. Dengan kedua tangannya yang memegang meja dengan erat, wajah yang tegas dan mata yang tajam. Mengamati setiap CCTV yang memungkinkan ada Xiana di dalamnya. Perlahan, tidak ada satupun yang menunjukkan wajah Xiana, ataupun sebatas punggung kecil wanita itu. Terakhir kali, Fredo mengingat penjelasan Valeria yang mengatakan bahwa mereka berada di Klub, lalu Xiana menghilang begitu saja saat berkata ingin ke kamar mandi. “Jacob, lihat CCTV pada bagian kamar mandi Klub yang didatangi Xiana.” Perintah Fredo. Jacob, pria tua yang sudah beruban itu mengangguk. Dengan sedikit menahan kantuknya, ia memerintahkan bawahannya untuk memunculkan CCTV-F. Tepat menampilkan aktivitas apa saja yang ada di depan Klub. Hanya di depan Klub.Fredo mengerutkan kening, ia hampir marah. Ia dengan jelas memerintahkan untuk mengakses CCTV yang ada di dalam Klub. Bukan hanya di