Perkataan Hector membuat Jacob tersentak. Pertanyaannya memang menyangkut apa yang sudah terjadi baru saja. Walau rekan-rekannya terlibat perkelahian dengan orang-orang Hector, tetapi itu bukan hanya kesalahan mereka semua. Orang-orang Hector sudah membuat Jacob dan yang lainnya menahan kesabaran dari awal, sampai akhirnya tidak terbendung lagi dan menyebabkan kejadian yang tidak seharusnya.
‘’Tentu saja bukan itu maksud tujuan kami datang ke klub milikmu, Tuan Hector. Kami sedang melakukan penyelidikan atas kasus menghilangnya wanita bernama Xiana Eugene. Putri dari Hugh Josephene.’’ Jelasnya dengan hati-hati.
“Lalu? Apa hubungannya denganku?’’ tanya hector yang membenahi posisinya, mengedepankan tubuhnya dan manyautkan kedua telapak tangannya seraya menaruhnya di atas meja. Tatapannya semakin tajam dan serius
‘’Aku tidak yakin ada hubungannya denganmu. Tapi menurut beberapa saksi, terutama sahabatnya mengatakan posisi Xiana terakhir kali berada di klub ini. ‘’
‘’Begitu ceritanya? ‘’ Hector mencebikkan bibir bawahnya dan sedikit mengangguk. ‘’Tapi buktimu belum cukup kuat untuk berani berurusan denganku. ‘’ tautan tangannya semakin mengerat setelah mengatakan itu.
Jacob menelan ludah. Pikirannya dan keberaniannya sudah buyar sejak kedatangan Hector. Bahkan selain tubuhnya yang tegang, kali ini mulutnya pun terasa tidak bisa mengeluarkan kata. Entah apa yang ada dalam tubuh lelaki berkuasa itu. Tapi tubuhnya yang tinggi besar, serta auranya yang mengintimidasi benar-benar membuat nyali Jacob menciut.
‘’Setelah kekacauan yang kau bawa, apa yang selanjutnya akan kau lakukan? ‘’ pertanyaan lelaki itu kembali Jacob dengar.
Tarikan nafas Jacob yang berat dengan jelas menunjukkan kebingungan dan rasa kesal. Mau tidak mau, ia memang harus bertanggung jawab. Setidaknya untuk beberapa benda yang dirusak oleh rekan-rekannya.
‘’Dengan pasti aku akan bertanggung jawab. ‘’
Setelah mengatakkan itu, tanpa pamit Jacob membalikan badan dan mengintruksikan rekan-rekannya untuk undur dari tempat. Tapi, belum sampai pada pertengahan pintu, Jacob kembali dikejutkan dengan sebuah tawa berat yang menguar.
‘’Beritahu Hugh untuk waspada jika ingin mengusikku. ‘’
Mendengar kalimat penuh penekanann itu, tidak membuat Jacob untuk membalikan badannya kembali dan membalas perkataan Hector. Ia justru melanjutkan langkahnya dengan cepat dan lebar. Benaknya benar-benar dipenuhi dengan beberapa perkiraan yang akan terjadi setelah ini. Yang pasti, itu bukanlah hal baik.
Umpatan terucap di bibirnya, tidak ada satu pun bukti yang ia bawa dari tempat itu. Tidak masalah untuk urusan tanggung jawab dengan apa yang sudah terjadi tadi. Tapi yang Jacob pikirkan adalah Hugh, ia pasti sudah tahu kejadian ini tanpa dijelaskan olehnya. Apa yang terjadi selanjutnya Jacob harap tidak lebih buruk dari ini.
***
Di kamar dengan ranjang berukuran besar itu, Xiana tidak bisa diam. Ia bahkan sudah lama menggigit jari telunjuknya tanpa sadar dan melukainya sampai berdarah. Ia benar-benar tertekan berada di tempat yang tidak ia ketahui, serta orang-orang yang tidak pernah ia kenal sebelumnya.
Sudah tiga hari berlalu, Xiana rasa keadaannya masih sama. Apa ayahnya tidak berusaha untuk mencari keberadaannya? Xiana menggelengkan kepala. Itu tidak mungkin, ayahnya terkenal sangat menyayanginya, mengetahui dirinya menghilang, ayahnya sudah pasti bergerak untuk berusaha mencarinya.
Tapi karena tidak ada satu pun akses untuk ia mengetahui kabar di luar, Xiana jadi berpikiran buruk. Ia tahu ayahnya sangat berpengaruh, tapi kenapa butuh waktu yang lama untuk menjemputnya? Atau karena memang ada sesuatu yang menghalanginya?
‘’Benar, Pasti laki-laki itu ‘kan? ‘’ Xiana yakin, pasti Hector penyebabnya.
Xiana sadar, setelah mengingat kejadian terakhir kali yang membuatnya sampai pingsan, lelaki itu pasti bukan orang biasa. Terlebih selalu dikawal dan dikelilingi orang-orang berbajuh hitam dengan wajah-wajah yang dingin.
‘’Ah, kenapa harus bertemu dengannya.’’ Ujar Xiana sambil mengacak-acak rambutnya kesal.
‘’Bertemu denganku? ‘’
Terkejut, dengan cepat Xiana memutar badan untuk menghadap pintu kamar yang tadinya ia belakangi. Hector, lelaki itu sedang bersandar pada sisi pintu dengan tautan lengan di dadanya. Memandang Xiana dengan tatapan bertanya.
Melihat itu, dengan sedikit emosi Xiana memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan lelaki itu. ‘’Ya, kenapa aku harus bertemu dengamu? Dan apa alasan kau masih menahanku di tempatmu? ‘’
Hector melihat kekesalan dan emosi di wajah Xiana, tapi entah kenapa di matanya Xiana tidak terlihat sedang marah, jusru malah terlihat cukup .., manis? Ia segera berdecak untuk menyadarkan pikirannya, Hector tidak boleh terpesona dengan putri dari Hugh. Selain karena alasan tertentu, Hector juga memang tidak mau mempunyai hubungan dan merasakan cinta yang bisa menggangu dan mencampuri pekerjaan gelapnya.
‘’Kapan kau akan mengeluarkanku dari sini? ‘’ masih dengan tetapan marah yang sama, Xiana mulai menghampiri Hector.
Prilaku itu malah membuat Hector tertantang, ia ingin tahu sejauh mana Xiana berani berbicara dan melawan Hector. Bukan hanya menghampirinya, Xiana mulai mendorong begitu saja tubuh kekar Hector yang menghalangi pintu, berusaha untuk kabur setidaknya dari ruangan itu.
Meskipun Xiana tahu usahanya akan sia-sia, tidak salahnya ia mencoba. Dari pada tidak berusaha melepaskan diri sama sekali. Namun sesuai perkiraan, usaha Xiana tidak mempengaruhi apapun. Terlebih tenaganya tidak cukup kuat untuk mendorong tubuh tinggi dan dada besar itu. Da-dada besar? Apa yang Xiana lakukan kali ini? Sialan, Xiana baru menyadari bahwa saat ini Xiana sedang meraba kulit dada pria itu!
‘’Kau sedang menggodaku? ‘’
Hector menahan satu tangan Xiana dan menatap wajah wanita itu yang berada di bawah dadanya karena ketidaksertaraan tinggi tubuh mereka. Menatapnya dengan penuh arti. Tatapannya justru membuat Xiana hanyut. Netra biru itu, benar-benar membuatnya tidak berkutik. Apalagi posisi mereka yang cukup intens membuat Xiana gugup. Tangan kanannya yang masih menempel seketika merasakan detak jantung Hector yang kian detik kian cepat. Apa itu?
Setelah sadar dengan apa yang terjadi, Xiana mendorong kasar tubuh Hector. Tapi setelah dorongan itu, Hector malah bergerak mendekatinya. Membuat tubuh Xiana mundur tanpa sadar, perlahan sampai pada sisi kasur, membuatnya tidak bisa lagi mengindar dan membuatnya jatuh terlentang di atas kasur.
‘’Berhenti! ‘’ Xiana berteriak.
Tidak mendengar bentakkan Xiana, lelaki itu dengan sengaja ikut jatuh di atas kasur. Tepat di atas tubuh Xiana, menggurungnya. Memperhatikan dengan seksama wajah kecilnya, dan dengan pelan membelai helaian rambut yang menutupi mata wanita itu. Perlahan, kepalanya bergerak mendekat ke samping kepala Xiana.
‘’Jangan pernah berpikir kau bisa lepas dariku.’’ Bisiknya tajam, penuh ancaman. Membuat tubuh Xiana bergetar ketakutan.
Xiana menggelengkan kepalanya dengan mata yang berkaca-kaca. Melihat itu, Hector menyadari sikapnya. Menatap kembali sepasang mata hijau milik Xiana dan menghapus setitik air mata yang jatuh.
‘’Stt, kau tidak perlu takut padaku, Xiana Eugene. ‘’ itu menjadi kalimat terakhir yang Hector katakan sebelum dirinya pergi dan meninggalkan Xiana dengan keadaan yang tidak baik-baik saja.
Paginya, Xiana dibangunkan oleh beberapa pelayan wanita yang bekerja di kediaman Hector. Mereka tidak berbicara apa-apa, bahkan ketika Xiana bertanya maksud dan tujuan mereka mendandani Xiana, mereka tidak memberi jawaban. Semuanya tutup mulut, seakan memang tidak mengetahui apa-apa atau memang diperintahkan untuk tidak boleh memberitahunya.Xiana menghela nafas kasar, cermin yang besar di depannya benar-benar menunjukkan rasa lelah di wajahnya. Tahap terakhir yang mereka lakukan adalah menata rambut Xiana. Ia melihat di cermin salah satu di antara mereka tersenyum kecil. Xiana mengangkat alisnya, apa yang membuat dia tersenyum seperti itu ketika sedang menata rambutnya?‘’Rambut nona benar-benar bagus sekali, ini kali pertama bagi saya menemukan rambut yang panjang dan begitu indah. ‘’ pelayan itu tersenyum lagi, kali ini senyumannya lebih kentara sembari menatap Xiana yang juga menatapnya dari cermin.‘’Apa rambut Nona pernah Nona warnai?‘’Xiana menggelang, ‘’aku tidak pernah mewa
Sialan! Apa yang baru Xiana rasakan? Sebuah benda lembut menyentuh bibirnya tanpa sengaja? Dengan sekuat tenaga agar bisa tersadar dalam keadaan mabuknya Xiana membuka mata, seorang pria berdiri dengan angkuh di hadapannya. Memandangnya dengan mata melotot. Menandakan pria itu kaget dibuatnya. Memangnya apa yang sudah Xiana lakukan? Tidak mungkin ia yang mencium pria itu lebih dulu. Tidak, jelas tidak. Bagaimana bisa begitu? Sedangkan selama hidupnya, ia tidak pernah mencium bibir siapapun! Baru saja Xiana akan murka karena merasa ciuman pertamanya telah direnggut, ia merasa sebuah tangan melingkari pinggangnya dan menarik tubuhnya secara tiba-tiba. Pria itu mencium bibirnya lagi. Dengan lembut, bahkan perlahan kelembutan itu menjadi sebuah emosi yang melingkupi. Pria ini seperti sedang memastikan sesuatu. Bisa-bisanya Xiana kecolongan. Tidak bisa dibiarkan, Xiana langsung mendorong dada pria itu kasar. "Tuan! Apa yang sudah kau lakukan?" Bentakan Xiana terdengar keras. Nafasnya n
"Nona ini mengalami Syok, Tuan Sergos." Jelas Dokter Edmund. Hector yang semula duduk menyandar pada kepala kursi yang berada di depan ranjang kini duduk tegak, kedua telapak tangannya bertaut dan menempel di bawah dagu, mengangguk mendengar penjelasan Edmund. "Kapan dia akan bangun?" "Keadaannya sudah membaik, mungkin sebentar lagi." Jawab Edmund sambil membereskan alat-alat miliknya. Kemudian berbalik dan berjalan ke arah Hector lalu menunduk sebagai tanda undur diri, berjalan keluar kamar dan menjauh. Hector kemudian memanggil Tiago yang berjaga di luar, menyuruhnya untuk masuk. Tiago menghampiri Hector dengan sebuah berkas yang ia genggam di tangannya. "Berikan padaku." Tiago segera menyerahkan berkas yang ia persiapkan sejak Hector memerintahkannya. Berkas yang berisi data diri wanita yang sedang terbaring di ranjang milik Tuannya. Ya, milik Tuannya. Tiago sempat kebingungan saat Tuannya langsung membawa masuk wanita dalam gendongannya ke dalam kamar pribadinya. Bagaiman
Kantor Ketinggian Polisi. 01.27 AM Fredo dengan fokus melihat satu-persatu kotak tayangan yang ada di dalam layar besar di depannya. Dengan kedua tangannya yang memegang meja dengan erat, wajah yang tegas dan mata yang tajam. Mengamati setiap CCTV yang memungkinkan ada Xiana di dalamnya. Perlahan, tidak ada satupun yang menunjukkan wajah Xiana, ataupun sebatas punggung kecil wanita itu. Terakhir kali, Fredo mengingat penjelasan Valeria yang mengatakan bahwa mereka berada di Klub, lalu Xiana menghilang begitu saja saat berkata ingin ke kamar mandi. “Jacob, lihat CCTV pada bagian kamar mandi Klub yang didatangi Xiana.” Perintah Fredo. Jacob, pria tua yang sudah beruban itu mengangguk. Dengan sedikit menahan kantuknya, ia memerintahkan bawahannya untuk memunculkan CCTV-F. Tepat menampilkan aktivitas apa saja yang ada di depan Klub. Hanya di depan Klub.Fredo mengerutkan kening, ia hampir marah. Ia dengan jelas memerintahkan untuk mengakses CCTV yang ada di dalam Klub. Bukan hanya di
‘’Ada yang melaporkan seorang wanita menghilang di klub ini, kami akan segera memeriksanya.‘’ Tutur Jacob memberi tahu maksud dan tujuan mereka datang.Pria di depannya, yang baru Jacob sadari memiliki nama di dadanya dengan nama Tiago, sedikit mengangkat sebelah alisnya. ‘’Banyak yang hilang di klub ini. Tapi ternyata mereka ditemukan di apartemen atau di rumah kekasih-kekasihnya,’’jawab Tiago serius.Jacob tercengang sesaat mendengar jawaban dari pria di depannya, tapi dengan cepat berusaha menyamarkan sikapnya itu. Menegakkan lagi bahunya dan dengan tegas berusaha untuk kembali menjelaskan, berupaya agar usaha mereka untuk menggeledah seisi klub bisa berhasil.‘’Pernyataan itu tidak bisa dipungkiri, tapi urusan kali ini berbeda.’’ Jacob sedikit berbalik untuk mengambil sesuatu dari bawahannya. Lembaran foto dengan ukuran sedang, seorang wanita yang tidak lain adalah Xiana. Satu persatu lembaran itu memperlihatkan dari awal Xiana keluar dari sebuah mobil putih miliknya, berjalan, da