Kantor Ketinggian Polisi. 01.27 AM
Fredo dengan fokus melihat satu-persatu kotak tayangan yang ada di dalam layar besar di depannya. Dengan kedua tangannya yang memegang meja dengan erat, wajah yang tegas dan mata yang tajam. Mengamati setiap CCTV yang memungkinkan ada Xiana di dalamnya. Perlahan, tidak ada satupun yang menunjukkan wajah Xiana, ataupun sebatas punggung kecil wanita itu. Terakhir kali, Fredo mengingat penjelasan Valeria yang mengatakan bahwa mereka berada di Klub, lalu Xiana menghilang begitu saja saat berkata ingin ke kamar mandi. “Jacob, lihat CCTV pada bagian kamar mandi Klub yang didatangi Xiana.” Perintah Fredo. Jacob, pria tua yang sudah beruban itu mengangguk. Dengan sedikit menahan kantuknya, ia memerintahkan bawahannya untuk memunculkan CCTV-F. Tepat menampilkan aktivitas apa saja yang ada di depan Klub. Hanya di depan Klub.Fredo mengerutkan kening, ia hampir marah. Ia dengan jelas memerintahkan untuk mengakses CCTV yang ada di dalam Klub. Bukan hanya di pelataran halaman bangunan mewah itu. “Kami tidak bisa mengaksesnya,” lontar bawahan Jacob menjelaskannya. Jacob memejamkan mata, kepalanya sudah terasa sakit saat ia diperintahkan Hugh untuk melakukan segala cara apapun untuk menemukan putri kesayangannya yang baru saja hilang. Sedangkan sampai larut malam, ia dan tim kepolisian yang lain dengan kemampuan-kemampuan mumpuninya, belum bisa mengakses kamera CCTV bagian dalam Klub itu sampai saat ini. Ia merasa kali ini sepertinya akan lebih sulit. Ia perlu memerintahkan rekan-rekan yang lainnya untuk mendatangi tempat secara langsung dan meminta izin.“Maaf, Tuan Fredo. Kami gagal mengakses CCTV milik mereka. Kami sudah mencoba meretasnya, tapi tetap tidak berhasil.” Jelas Jacob dengan menghadapkan dirinya di samping Fredo yang masih sangat fokus melihat layar besar di depannya. Semua yang ada di ruangan merasa tegang, suasana seketika hening saat Jacob menjelaskan. Tidak ada respon apapun dari Fredo, selain tatapannya yang semakin serius dan tangannya yang mulai mengepal di atas meja. Fredo mulai membalikkan badan, “datangi tempat itu sekarang juga.” Seraya tergesa berjalan keluar. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain langsung berdiri dari tempat duduk mereka, menunggu perintah Jacob selaku atasannya. Jacob memijat pelipis, mereka belum istirahat sama sekali dari sore hari sampai menjelang pagi. Tapi Jacob tidak punya pilihan lain selain menuruti perintah Fredo, tangan kanan Hugh. Seseorang yang berpengaruh untuknya, juga yang ditakuti oleh Jacob. Tanpa membuka mata, ia mengangkat telunjuknya. Dengan tegas ia berbicara, “keluarkan surat izin sekarang juga!” Salah-satu bawahannya pergi keluar ruangan, sedangkan Jacob masih berdiri menunggu. Berjalan tidak karuan di tempat, kebingungan sambil memikirkan apa yang baru saja terjadi. Pihak kepolisian tentu saja bisa dengan mudah mengakses CCTV jalanan, atau setiap sudut tempat yang mereka pasangi CCTV. Tapi bukan berarti mereka juga akan sangat mudah mengakses CCTV personal. Milik pribadi. Bisa saja dengan coba meretas, mereka pernah melakukannya. Dan terakses. Hanya saja kali ini, yang akan berurusan dengan mereka adalah Hector. Si-pengusaha Billionaire, orang terkaya nomor satu di negara mereka. Mereka hanya sedikit mengetahui latar belakang Hector, tentu saja karena keluarga terkaya itu sangat tidak mudah dicari data-data yang sebenarnya. Termasuk instansi mereka yang gagal mengetahui latar belakang mereka. Kabar burung yang tersampaikan dari pihak ke pihak mengatakan bahwa Hector serta keluarganya terkait bisnis gelap. Bahkan bekerjasama dengan komunitas mafia. Jacob mulai bersandar pada meja, menghadap tayangan yang sedang berlangsung di depannya. Ia bukan orang yang tertarik untuk memecahkan kasus-kasus yang rumit seperti ini. Jacob adalah orang yang merasa cukup akan apa yang didapatinya sekarang. Kalau saja ia tidak berjasa pada Hugh, sudah dipastikan ia tidak akan berdiri di sini pada jam-jam menjelang pagi. “Surat izinnya sudah keluar, apa kita akan mulai saat ini juga?” Bawahan Jacob masuk ke ruangan secara tiba-tiba diiringi pertanyaannya. Jacob membalikkan badan dan mengangguk, “menurutmu? Apa kau pikir kita akan punya waktu istirahat?” Jawab Jacob datar. Ia berjalan dan mengambil surat izin dari tangan bawahannya, memimpin timnya untuk mulai beraksi. Menuju Klub milik Hector, si pebisnis gila. Kali ini Jacob memimpin tim dengan isi anggota yang banyak, mereka berjalan keluar kantor. Menaiki mobil masing-masing yang sudah terparkir begitu saja di depan halaman. Tiga mobil melaju. Jacob tidak melihat Fredo dan kaki tangannya. Namun Jacob yakin, Fredo sudah melakukan tindakan satu langkah di depannya. Benar saja, saat mobil berjalan dengan cepat, ia sudah sampai di depan Klub. Melihat mobil Fredo sudah menempati sisi bangunan itu. Jacob juga melihat sebuah nama “BLACK HOUSE” yang terpampang dengan sangat besar di atasnya. Nama yang cocok dengan bangunan berwarna hitam semua. Hanya hiasan lampu-lampu yang menyala dan orang-orang berlalu lalang yang menunjukkan bahwa bangunan itu hidup. Jacob tidak menghentikan mobilnya di depan bangunan, ia memasuki basement klub itu. Menghentikan mobil mereka di sana. “Baiklah, ayo kita mulai.” Jacob melepaskan sabuk pengaman miliknya dan membuka pintu mobil saat mereka sudah sampai. Berjalan dengan langkah lebar memasuki sebuah lift yang bisa dinaiki lima orang saja. Tujuh dari sisanya menyusul menggunakan tangga. Lift terbuka, Jacob tidak terkejut saat melihat pemandangan di depannya. Manusia-manusia yang sedang dikuasai alkohol dan kesenangannya. Ini bukan pertama kalinya untuk Jacob, ia pernah menggeledah sebuah bar karena kasus terkait narkoba. Hanya saja untuk kali ini, Jacob tahu siapa yang akan bersangkutan dengannya. Jacob dan rekan-rekannya langsung menunjukkan kartu identitas saat beberapa orang menghalangi jalan mereka. Walau diberikan umpatan kesal karena mengganggu kesenangan mereka, Jacob tetap melangkahkan kakinya dengan percaya yakin.Anehnya, ia tidak melihat satupun penjaga saat awal masuk. Tidak ada yang menghalangi mereka, padahal sangat jelas perawakan dan seragam mereka sangat menonjol, menunjukkan identitas mereka. “Sepertinya kali ini cukup mudah, bahkan tidak ada penjaga yang biasanya memakan waktu kita untuk berdebat.” Daniel, salah satu anggota tim yang terkenal ceroboh dan percaya diri berujar. Teman Daniel yang berada di sampingnya langsung memukul bahunya dengan sedikit keras, “justru yang seperti ini yang harus kita waspadai, Daniel!” “Diam!” Tepat setelah Jacob mengatakan itu, sekitar enam orang dengan baju-bajunya yang hitam menghampiri mereka. “Ada yang bisa kami bantu?” Tanya salah satu di antara mereka dengan nada dingin yang mengintimidasi. Juga dengan sedikit garis senyumnya yang dipaksakan. Jacob mengangkat kartu identitasnya, menunjukkan dengan lebih jelas siapa dirinya. “Kami dari kepolisian, perlu memastikan sesuatu.” Tutur Jacob seraya membuka surat izin yang berada di tangannya. Membukanya dan menyerahkan benda itu kepada pria di depannya. Pria di depannya tetap datar, mengambil surat itu tanpa membacanya. Lalu menatap Jacob dan bertanya. “Ada apa dengan Klub kami? Apa kami melakukan kesalahan?”‘’Ada yang melaporkan seorang wanita menghilang di klub ini, kami akan segera memeriksanya.‘’ Tutur Jacob memberi tahu maksud dan tujuan mereka datang.Pria di depannya, yang baru Jacob sadari memiliki nama di dadanya dengan nama Tiago, sedikit mengangkat sebelah alisnya. ‘’Banyak yang hilang di klub ini. Tapi ternyata mereka ditemukan di apartemen atau di rumah kekasih-kekasihnya,’’jawab Tiago serius.Jacob tercengang sesaat mendengar jawaban dari pria di depannya, tapi dengan cepat berusaha menyamarkan sikapnya itu. Menegakkan lagi bahunya dan dengan tegas berusaha untuk kembali menjelaskan, berupaya agar usaha mereka untuk menggeledah seisi klub bisa berhasil.‘’Pernyataan itu tidak bisa dipungkiri, tapi urusan kali ini berbeda.’’ Jacob sedikit berbalik untuk mengambil sesuatu dari bawahannya. Lembaran foto dengan ukuran sedang, seorang wanita yang tidak lain adalah Xiana. Satu persatu lembaran itu memperlihatkan dari awal Xiana keluar dari sebuah mobil putih miliknya, berjalan, da
Perkataan Hector membuat Jacob tersentak. Pertanyaannya memang menyangkut apa yang sudah terjadi baru saja. Walau rekan-rekannya terlibat perkelahian dengan orang-orang Hector, tetapi itu bukan hanya kesalahan mereka semua. Orang-orang Hector sudah membuat Jacob dan yang lainnya menahan kesabaran dari awal, sampai akhirnya tidak terbendung lagi dan menyebabkan kejadian yang tidak seharusnya.‘’Tentu saja bukan itu maksud tujuan kami datang ke klub milikmu, Tuan Hector. Kami sedang melakukan penyelidikan atas kasus menghilangnya wanita bernama Xiana Eugene. Putri dari Hugh Josephene.’’ Jelasnya dengan hati-hati.“Lalu? Apa hubungannya denganku?’’ tanya hector yang membenahi posisinya, mengedepankan tubuhnya dan manyautkan kedua telapak tangannya seraya menaruhnya di atas meja. Tatapannya semakin tajam dan serius‘’Aku tidak yakin ada hubungannya denganmu. Tapi menurut beberapa saksi, terutama sahabatnya mengatakan posisi Xiana terakhir kali berada di klub ini. ‘’‘’Begitu ceritanya? ‘’
Paginya, Xiana dibangunkan oleh beberapa pelayan wanita yang bekerja di kediaman Hector. Mereka tidak berbicara apa-apa, bahkan ketika Xiana bertanya maksud dan tujuan mereka mendandani Xiana, mereka tidak memberi jawaban. Semuanya tutup mulut, seakan memang tidak mengetahui apa-apa atau memang diperintahkan untuk tidak boleh memberitahunya.Xiana menghela nafas kasar, cermin yang besar di depannya benar-benar menunjukkan rasa lelah di wajahnya. Tahap terakhir yang mereka lakukan adalah menata rambut Xiana. Ia melihat di cermin salah satu di antara mereka tersenyum kecil. Xiana mengangkat alisnya, apa yang membuat dia tersenyum seperti itu ketika sedang menata rambutnya?‘’Rambut nona benar-benar bagus sekali, ini kali pertama bagi saya menemukan rambut yang panjang dan begitu indah. ‘’ pelayan itu tersenyum lagi, kali ini senyumannya lebih kentara sembari menatap Xiana yang juga menatapnya dari cermin.‘’Apa rambut Nona pernah Nona warnai?‘’Xiana menggelang, ‘’aku tidak pernah mewa
Sialan! Apa yang baru Xiana rasakan? Sebuah benda lembut menyentuh bibirnya tanpa sengaja? Dengan sekuat tenaga agar bisa tersadar dalam keadaan mabuknya Xiana membuka mata, seorang pria berdiri dengan angkuh di hadapannya. Memandangnya dengan mata melotot. Menandakan pria itu kaget dibuatnya. Memangnya apa yang sudah Xiana lakukan? Tidak mungkin ia yang mencium pria itu lebih dulu. Tidak, jelas tidak. Bagaimana bisa begitu? Sedangkan selama hidupnya, ia tidak pernah mencium bibir siapapun! Baru saja Xiana akan murka karena merasa ciuman pertamanya telah direnggut, ia merasa sebuah tangan melingkari pinggangnya dan menarik tubuhnya secara tiba-tiba. Pria itu mencium bibirnya lagi. Dengan lembut, bahkan perlahan kelembutan itu menjadi sebuah emosi yang melingkupi. Pria ini seperti sedang memastikan sesuatu. Bisa-bisanya Xiana kecolongan. Tidak bisa dibiarkan, Xiana langsung mendorong dada pria itu kasar. "Tuan! Apa yang sudah kau lakukan?" Bentakan Xiana terdengar keras. Nafasnya n
"Nona ini mengalami Syok, Tuan Sergos." Jelas Dokter Edmund. Hector yang semula duduk menyandar pada kepala kursi yang berada di depan ranjang kini duduk tegak, kedua telapak tangannya bertaut dan menempel di bawah dagu, mengangguk mendengar penjelasan Edmund. "Kapan dia akan bangun?" "Keadaannya sudah membaik, mungkin sebentar lagi." Jawab Edmund sambil membereskan alat-alat miliknya. Kemudian berbalik dan berjalan ke arah Hector lalu menunduk sebagai tanda undur diri, berjalan keluar kamar dan menjauh. Hector kemudian memanggil Tiago yang berjaga di luar, menyuruhnya untuk masuk. Tiago menghampiri Hector dengan sebuah berkas yang ia genggam di tangannya. "Berikan padaku." Tiago segera menyerahkan berkas yang ia persiapkan sejak Hector memerintahkannya. Berkas yang berisi data diri wanita yang sedang terbaring di ranjang milik Tuannya. Ya, milik Tuannya. Tiago sempat kebingungan saat Tuannya langsung membawa masuk wanita dalam gendongannya ke dalam kamar pribadinya. Bagaiman
Paginya, Xiana dibangunkan oleh beberapa pelayan wanita yang bekerja di kediaman Hector. Mereka tidak berbicara apa-apa, bahkan ketika Xiana bertanya maksud dan tujuan mereka mendandani Xiana, mereka tidak memberi jawaban. Semuanya tutup mulut, seakan memang tidak mengetahui apa-apa atau memang diperintahkan untuk tidak boleh memberitahunya.Xiana menghela nafas kasar, cermin yang besar di depannya benar-benar menunjukkan rasa lelah di wajahnya. Tahap terakhir yang mereka lakukan adalah menata rambut Xiana. Ia melihat di cermin salah satu di antara mereka tersenyum kecil. Xiana mengangkat alisnya, apa yang membuat dia tersenyum seperti itu ketika sedang menata rambutnya?‘’Rambut nona benar-benar bagus sekali, ini kali pertama bagi saya menemukan rambut yang panjang dan begitu indah. ‘’ pelayan itu tersenyum lagi, kali ini senyumannya lebih kentara sembari menatap Xiana yang juga menatapnya dari cermin.‘’Apa rambut Nona pernah Nona warnai?‘’Xiana menggelang, ‘’aku tidak pernah mewa
Perkataan Hector membuat Jacob tersentak. Pertanyaannya memang menyangkut apa yang sudah terjadi baru saja. Walau rekan-rekannya terlibat perkelahian dengan orang-orang Hector, tetapi itu bukan hanya kesalahan mereka semua. Orang-orang Hector sudah membuat Jacob dan yang lainnya menahan kesabaran dari awal, sampai akhirnya tidak terbendung lagi dan menyebabkan kejadian yang tidak seharusnya.‘’Tentu saja bukan itu maksud tujuan kami datang ke klub milikmu, Tuan Hector. Kami sedang melakukan penyelidikan atas kasus menghilangnya wanita bernama Xiana Eugene. Putri dari Hugh Josephene.’’ Jelasnya dengan hati-hati.“Lalu? Apa hubungannya denganku?’’ tanya hector yang membenahi posisinya, mengedepankan tubuhnya dan manyautkan kedua telapak tangannya seraya menaruhnya di atas meja. Tatapannya semakin tajam dan serius‘’Aku tidak yakin ada hubungannya denganmu. Tapi menurut beberapa saksi, terutama sahabatnya mengatakan posisi Xiana terakhir kali berada di klub ini. ‘’‘’Begitu ceritanya? ‘’
‘’Ada yang melaporkan seorang wanita menghilang di klub ini, kami akan segera memeriksanya.‘’ Tutur Jacob memberi tahu maksud dan tujuan mereka datang.Pria di depannya, yang baru Jacob sadari memiliki nama di dadanya dengan nama Tiago, sedikit mengangkat sebelah alisnya. ‘’Banyak yang hilang di klub ini. Tapi ternyata mereka ditemukan di apartemen atau di rumah kekasih-kekasihnya,’’jawab Tiago serius.Jacob tercengang sesaat mendengar jawaban dari pria di depannya, tapi dengan cepat berusaha menyamarkan sikapnya itu. Menegakkan lagi bahunya dan dengan tegas berusaha untuk kembali menjelaskan, berupaya agar usaha mereka untuk menggeledah seisi klub bisa berhasil.‘’Pernyataan itu tidak bisa dipungkiri, tapi urusan kali ini berbeda.’’ Jacob sedikit berbalik untuk mengambil sesuatu dari bawahannya. Lembaran foto dengan ukuran sedang, seorang wanita yang tidak lain adalah Xiana. Satu persatu lembaran itu memperlihatkan dari awal Xiana keluar dari sebuah mobil putih miliknya, berjalan, da
Kantor Ketinggian Polisi. 01.27 AM Fredo dengan fokus melihat satu-persatu kotak tayangan yang ada di dalam layar besar di depannya. Dengan kedua tangannya yang memegang meja dengan erat, wajah yang tegas dan mata yang tajam. Mengamati setiap CCTV yang memungkinkan ada Xiana di dalamnya. Perlahan, tidak ada satupun yang menunjukkan wajah Xiana, ataupun sebatas punggung kecil wanita itu. Terakhir kali, Fredo mengingat penjelasan Valeria yang mengatakan bahwa mereka berada di Klub, lalu Xiana menghilang begitu saja saat berkata ingin ke kamar mandi. “Jacob, lihat CCTV pada bagian kamar mandi Klub yang didatangi Xiana.” Perintah Fredo. Jacob, pria tua yang sudah beruban itu mengangguk. Dengan sedikit menahan kantuknya, ia memerintahkan bawahannya untuk memunculkan CCTV-F. Tepat menampilkan aktivitas apa saja yang ada di depan Klub. Hanya di depan Klub.Fredo mengerutkan kening, ia hampir marah. Ia dengan jelas memerintahkan untuk mengakses CCTV yang ada di dalam Klub. Bukan hanya di
"Nona ini mengalami Syok, Tuan Sergos." Jelas Dokter Edmund. Hector yang semula duduk menyandar pada kepala kursi yang berada di depan ranjang kini duduk tegak, kedua telapak tangannya bertaut dan menempel di bawah dagu, mengangguk mendengar penjelasan Edmund. "Kapan dia akan bangun?" "Keadaannya sudah membaik, mungkin sebentar lagi." Jawab Edmund sambil membereskan alat-alat miliknya. Kemudian berbalik dan berjalan ke arah Hector lalu menunduk sebagai tanda undur diri, berjalan keluar kamar dan menjauh. Hector kemudian memanggil Tiago yang berjaga di luar, menyuruhnya untuk masuk. Tiago menghampiri Hector dengan sebuah berkas yang ia genggam di tangannya. "Berikan padaku." Tiago segera menyerahkan berkas yang ia persiapkan sejak Hector memerintahkannya. Berkas yang berisi data diri wanita yang sedang terbaring di ranjang milik Tuannya. Ya, milik Tuannya. Tiago sempat kebingungan saat Tuannya langsung membawa masuk wanita dalam gendongannya ke dalam kamar pribadinya. Bagaiman
Sialan! Apa yang baru Xiana rasakan? Sebuah benda lembut menyentuh bibirnya tanpa sengaja? Dengan sekuat tenaga agar bisa tersadar dalam keadaan mabuknya Xiana membuka mata, seorang pria berdiri dengan angkuh di hadapannya. Memandangnya dengan mata melotot. Menandakan pria itu kaget dibuatnya. Memangnya apa yang sudah Xiana lakukan? Tidak mungkin ia yang mencium pria itu lebih dulu. Tidak, jelas tidak. Bagaimana bisa begitu? Sedangkan selama hidupnya, ia tidak pernah mencium bibir siapapun! Baru saja Xiana akan murka karena merasa ciuman pertamanya telah direnggut, ia merasa sebuah tangan melingkari pinggangnya dan menarik tubuhnya secara tiba-tiba. Pria itu mencium bibirnya lagi. Dengan lembut, bahkan perlahan kelembutan itu menjadi sebuah emosi yang melingkupi. Pria ini seperti sedang memastikan sesuatu. Bisa-bisanya Xiana kecolongan. Tidak bisa dibiarkan, Xiana langsung mendorong dada pria itu kasar. "Tuan! Apa yang sudah kau lakukan?" Bentakan Xiana terdengar keras. Nafasnya n