Mereka sudah cukup sering berurusan dengan pria berjas itu. Berdasarkan apa yang mereka tahu tentang sifat pria itu, pria itu pasti tidak akan melepaskan mereka begitu saja. Mereka memutuskan untuk menutup mulut dengan rapat.Pada saat ini, salah satu dari mereka akhirnya tidak tahan dan berdiri. Dia sudah mulai takut dan tidak sanggup menahan tekanan itu lagi. Dia takut kalau dirinya akan mendapat masalah besar kalau ketahuan.Yang lainnya tanpa sadar berusaha untuk membujuk teman mereka itu, tapi pria itu seolah tidak mendengar mereka. Pria itu berkata pada pria berjas, “Aku tahu tentang hal ini.”Pria bersetelan itu menoleh, terlihat tertarik dan tersenyum, lalu mengangguk dan berkata, “Oke, selama kamu mengatakannya, aku akan menganggap masalah ini nggak ada hubungannya denganmu. Sebaliknya, kalau kamu nggak mengatakannya, aku akan memberi pelajaran padamu.”Pria itu tertegun sejenak, jadi tidak tahu harus berbuat apa. Dia jadi pusing. Dia tidak menyangka pria berjas itu bisa meneb
“Pak, apa aku bisa pergi sekarang?” tanya pria yang mengaku itu.Pria berjas itu tersenyum dan berkata, “Mana mungkin segampang itu? Kamu sekongkolan dengan mereka, jadi aku tentu nggak bisa melepaskanmu. Ditambah lagi, kamu nggak memberi tahu aku sebelumnya, jadi kamu nggak punya kesempatan untuk dimaafkan."Raut muka pria itu langsung berubah drastis. Dia tidak bodoh, dia juga paham maksud pria berjas itu. Dia sangat kesal. Padahal dia sudah berniat baik untuk memberi tahu pria berjas itu. Dia seharusnya bisa selamat.Namun, tak disangka, pria itu ternyata menipunya. Dia sangat kesal, tapi tidak berani mengatakan apa-apa.Setelah membunuh pria terakhir ini, pria berjasi tu berkata pada yang lainnya, “Apabila ada yang membocorkan informasi lagi ke orang luar, orang itu akan berakhir sama seperti mereka.”Apa yang terjadi hari ini juga membuat banyak anggota dan murid Spectra takut. Mereka menelan ludah dan bersyukur karena bukan mereka yang membocorkan informasi itu. Kalau tidak, mere
Ternyata pria itu dulunya punya banyak hutang dan membutuhkan uang dalam waktu cepat. Kemudian, William mengajaknya bergabung dengan Spectra dan membantu pria itu melunasi hutangnya.Toby tidak menyangka William memiliki sisi yang begitu baik.Namun, kalaupun pria berjasi itu berhasil menemukan pelaku sebenarnya, itu tidak ada gunanya lagi, karena semuanya sudah terjadi.Toby dan William tiba di acara pelelangan.Situasi di acara itu sekarang bisa dideskripsikan dengan kata “lautan manusia”.Ketika sudah sampai giliran Toby dan William, seseorang tiba-tiba mulai memotong.Setelah memotong barisan, pria itu tidak lupa untuk memaki Toby dengan ekspresi angkuh dan merendahkan, “Minggir.”Namun, Toby tidak keberatan. Dia sudah sering melihat hal semacam ini.“Hmph, untung kamu tahu diri. Kalau nggak, aku akan menghajarmu,” kata pemuda itu ketika melihat Toby meminggir. Dia mengira Toby pengecut, jadi dia tertawa dingin.Dia tidak tahu bahwa Toby sebenarnya tidak ingin perhitungan dengannya
Melihat hal ini, Toby tentu saja juga tidak bisa tinggal diam. Kalau pria itu mau menyerang William, pria itu harus mendapatkan izin dulu darinya.Saat tamparan pemuda itu akan segera mengenai wajah William, Toby menangkap tangannya.Pria itu mendengus dan merasa tidak senang ketika melihat Toby berani menghentikannya.Pada saat ini, seorang pria paruh baya yang terlihat seperti kepala pelayan berlari menghampiri mereka, menunjuk ke arah Toby dan berkata, “Lepaskan! Berani-beraninya kamu menyentuh tuan muda kami?”Toby berkata dengan datar, “Aku sendiri merasa sudah mengotori tanganku setelah menyentuhnya.”Mendengar itu, ekspresi pemuda itu langsung berubah dingin. Orang ini sangat tidak menghormatinya. Dia biasanya bisa berbuat seenaknya di Larnwick, tetapi tidak ada yang berani berbicara seperti ini padanya.Toby melepaskan tangan pemuda itu. Kepala pelayan tadi berdiri di depan pemuda itu dan berkata, “Hei, sebaiknya kamu segera meminta maaf kepada tuan muda kami. Tuan muda kami ad
Satpam itu tiba-tiba memandang Toby dengan ekspresi menghina dan berkata dengan sinis, “Memangnya kamu bisa seenaknya ketemu dengan bos kami? Kamu nggak sadar kamu itu siapa? Apa kamu punya hak untuk bertemu bos kami?”Ketika pemuda itu mengetahui bahwa Toby ingin bertemu dengan pamannya, dia langsung tertawa terbahak-bahak. Dia merasa seperti baru mendengar lelucon terbesar di dunia. Dia curiga, jangan-jangan ada yang tidak beres dengan otak Toby.Kalaupun mau mencari masalah, setidaknya juga harus tahu diri sendiri tidak punya kemampuan itu. Dia yakin Toby bukan orang yang memiliki jabatan atau pengaruh setelah melihat pakaian dan penampilan Toby, jadi dia langsung mengabaikan Toby.Toby tidak peduli. Kalau begitu, dia tidak punya pilihan lain selain menelepon Matthias. Pada saat yang sama, dia berkata kepada satpam, “Aku harap kamu bisa membiarkanku masuk dalam tiga menit. Kalau nggak, kamu akan dipecat.”Satpam itu mengerutkan bibirnya, tidak menganggap perkataan Toby serius sama s
“Om, kenapa Om ke sini?” kata pemuda itu dengan bersemangat. Dia mengira pamannya datang di sini untuk menemuinya.Bagaimanapun juga, pria ini adalah pamannya, jadi dia harus menghormatinya.Bos penyelenggara acara lelang itu berhenti dan langsung menampar pemuda itu.Pemuda itu bahkan tidak sempat bereaksi. Dia sangat terkejut. Dia menggaruk-garuk kepala, tidak tahu mengapa pamannya menamparnya.Tamparan itu sangat keras, sampai dia merasa pusing. Bahkan, orang-orang lain juga sampai menelan ludah ketika mendengar suara tamparan itu. Mereka semua tidak menyangkanya.Mereka tidak habis pikir. Bukannya hubungan kedua orang itu adalah paman dan keponakannya? Mengapa begitu ketemu langsung ditampar?“Om, ada apa ini?” Pria muda itu memegangi wajahnya dengan bingung.Ekspresi di wajah bos penyelenggara acara lelang itu sangat masam. Kalau Raja tidak memberitahunya bahwa keponakannya ini telah membuat temannya Raja tersinggung, dia tidak akan menampar anak ini.Dia berkata dengan marah, “Ka
Baru saat itulah Toby menyebut namanya dengan benar.Ketika mendengar nama yang disebut, penyelenggara acara lelang itu langsung kaget. Nama itu sama dengan nama yang disebutkan Raja. Jadi, tidak mungkin salah.Setelah memastikan bahwa Toby adalah orang yang dimaksud Raja, pria itu segera mengulurkan tangannya kepada Toby dan meminta maaf, “Pak Toby, maaf. Keponakanku telah membuat Bapak tersinggung. Tolong jangan diambil hati.”Mendengar itu, Toby mencibir dan berkata, “Jangan banyak ngomong, deh. Keponakanmu nggak memperbolehkan aku masuk. Apa kamu mengetahuinya?”Pria itu langsung menyeka keringat dinginnya. Dia tidak bodoh. Dia tahu Toby sedang marah.Pemuda tadi tercengang. Ada apa ini? Mengapa pamannya bersikap begitu sopan kepada orang biasa seperti Toby?Dia jadi mengingat-ingat apa yang dikatakan pamannya barusan. Temannya Raja? Apa jangan-jangan yang dimaksud adalah Toby?Dia menelan ludah. Semakin dia memikirkannya, semakin dia merasa ada yang tidak beres. Gawat. Dia tahu je
Mendengar perkataan Toby, penyelenggara acara lelang itu dan keponakannya menghela napas lega. Mereka bisa melihat bahwa Toby tidak perhitungan dengan mereka. Mereka pun merasa lega. Kalau Toby terus mempermasalahkan hal itu, maka mereka akan habis.Terutama pemuda itu. Dia merasa dirinya seolah-olah baru selamat dari malapetaka. Perasaan ini membuatnya sangat nyaman.Toby tidak banyak bicara. Dia menoleh untuk melihat satpam tadi dan berkata dengan datar, “Bukannya kamu nggak yakin tadi? Apa kamu percaya sekarang.”Otot-otot di wajah satpam berkedut hebat. Ternyata, dia masih belum sepenuhnya lolos dari malapetaka ini. Dia panik dan berkata, “Aku tahu aku salah. Aku nggak mengenali Bapak. Aku harap tokoh besar seperti Bapak nggak dendam dengan orang kecil sepertiku. Tolong jangan dibawa ke hati. Toby berkata dengan datar, “Aku bukan tokoh besar, dan kamu bukan orang kecil.”Penyelenggara acara lelang paham. Toby mengisyaratkannya untuk menghukum satpam itu. Dia pun langsung membentak