"Hah ... Brengsek. Lepaskan dia. Dia tidak punya sangkut paut dengan masalah ini. Kamu. Ngapain kamu masuk campur, setan? Berapa pria lumpuh itu membayarmu?"Pria muda itu melengos."Aku gak bercanda Ridwan. Kartika sedang hamil anakmu. Dia juga belum tau soal lamaran kamu pada Melisa. Orang tuamu juga tidak tau, kau sudah punya istri. Oh. Kamu memang licik Ridwan. Bersembunyi di balik jabatan Ustad. Ternyata, kamu buaya ganas."Ridwan mengusap keringat di dahinya dengan punggung tangan. Melepaskan Melisa, sama saja dengan melepaskan ikan yang sudah terkait di ujung mata kail. Namun, mengejarnya juga bagaikan mempertaruhkan nyawa. Dia kenal dengan baik pria muda di depannya ini. Adik tingkat di pesantren tempat mereka menimba ilmu dulu.Pria yang tampan, jago bela diri dan juga sangat badung. Guru-gurunya sangat kewalahan mengatasi pria muda ini. Hampir setiap hari, dia terlibat kasus pemukulan murid yang lain, hingga akhirnya pihak pesantren menyerah, lalu mengeluarkannya dari asram
Pasca kejadian kebakaran itu, Anatasya sudah mulai beraktifitas lagi seperti biasa. Luka di tubuhnya sudah sembuh. Hanya bekas-bekasnya saja yang masih terlihat di permukaan kulit. Pelaku kejahatan dan dalang dari kebakaran itu, telah dijebloskan ke dalam penjara. Niken pantas untuk mendapatkan hukuman, karena sudah bermain-main dengan nyawa orang lain. "Ok semuanya. Semangat yah. Hari ini, hari terakhir syuting. Kita doakan film ini menembus box office perfilman Indonesia. Kalian semua akan saya kasih bonus." Kata produser film. Tentu saja semuanya merasa senang. Kali ini bonus mereka besar, karena film yang mereka garap, mendapatkan tanggapan positif dari masyarakat. Apalagi setelah kejadian kecelakaan yang dialami oleh pemeran utama film ini. Dunia perfilman heboh dengan isu sabotase. Banyak yang beranggapan, ada orang yang sengaja ingin melenyapkan Acha, karena iri hati. Wawan tersenyum pongah. Merasa dia mendapatkan triple hoki. Mendapatkan Renata, film yang disutradarainya,
"Dek. Gimana sama proyek pembuatan pelabuhan baru, di Pulau Kudamati? Kamu mau tinggal di sana selama pengerjaan, atau bolak balik dari sini?"Anaya dan Arga ada di ruang meeting perusahaan ArOne. Membahas tentang proyek baru yang mereka menangkan. Meeting sudah selesai. Para staf sudah bubar, tapi mereka berdua masih betah duduk di ruangan itu. "Aku belum tau Bun. Tapi biar aku konsentrasi sama pengerjaan proyek, lebih baik tinggal di sana aja yah, Bun. Sekalian eksplor tempat baru. Siapa tau bisa buka cabang cafe sama resto aku," ujar Arga antusias. Bangga dan bahagia, melihat anak laki-laki tumbuh menjadi anak yang baik, soleh, dan rajin seperti Arga. Itu yang selalu dirasakan Anaya. Dia berharap, bukan hanya karier dan kepribadian Arga saja yang baik. Melainkan jodoh juga demikian. Anaya berharap, wanita yang nanti Arga pilih untuk menjadi pendamping hidupnya, adalah wanita yang mencintai Arga sepenuh hati. "Bunda mendukung apapun yang jadi keputusan kamu, Sayang. Kapan kamu k
POV ErhanAku dan adikku adalah anak yatim piatu. Kami ditinggalkan untuk selamanya, oleh kedua orang tua kami karena kecelakaan.Karena kecelakaan juga, akhirnya aku menderita kelumpuhan. Kelumpuhan ini, sudah terjadi sejak lima tahun lalu. Satu tahun menjalani pengobatan dan terapi intens, akhirnya aku sembuh. Sebagai pewaris dari banyaknya harta kedua orang tua kami, aku dan adikku sering didekati oleh orang-orang yang hanya menyukai kami karena apa yang kami miliki. Keluarga mami dan papi mengincar harta yang ditinggalkan oleh mereka. Ada saja yang mereka lakukan untuk bisa mendapatkan harta itu. Kami berdua beruntung, karena kami sudah ditetapkan sebagai ahli waris dari semua kekayaan mereka, sebelum kecelakaan itu terjadi.Aku meminta dokter ahli yang menangani ku waktu itu, untuk merahasiakan kesembuhanku. Aku ingin menyaring orang-orang di sekelilingku. Apakah mereka masih mau bersahabat dengan orang lumpuh yang kehilangan semangat hidup? Tepat seperti dugaanku. Bahkan wani
"Woi. Buka pintunya. Siapa saja di luar. Buka pintunya!" teriak Ridwan. Tangan kanannya terkilir, dan tangan kirinya bengkak, karena jatuh terbentur balok. Pria itu terus menggedor-gedor pintu gudang itu. "Tolongin woi." Teriaknya sekali lagi. Ridwan mengumpat. Memaki dan berteriak histeris. Pukulan Angkasa tadi, membuat tubuhnya lemas, tulang-tulangnya terasa remuk. Sekarang pintu dikunci dari luar. Kesakitan, haus dan lapar, mendera tubuh Ridwan. Sudah hampir satu jam, tenaganya terkuras untuk berteriak. Dia jatuh lemas di atas lantai. Di tengah-tengah keadaannya yang kritis, Ridwan tersenyum jahat. Hatinya sedikit merasa puas, karena bisa melukai Melisa. Sudah dipastikan, mereka tidak akan jadi menikah tiga hari lagi. Dia juga merasa, jika Kartika, kekasihnya itu, dalam keadaan baik-baik saja. Erhan tidak mungkin melukai, wanita yang juga pernah dia cintai. Apalagi, Kartika sekarang dalam keadaan hamil. Beberapa saat kemudian, Ridwan mendengar suara ketukan kuat dari luar. P
Acara makan-makan itu, selesai tepat pukul 22.30. Acha, Bulan dan Mirna bergegas pulang. Sedangkan teman-teman Acha yang lain, masih berjoget dengan alat musik seadanya di lokasi syuting. "Acha. Mau ke Bonafit yah? Nebeng dong," Dua pria muncul tiba-tiba dari balik mobil di samping Acha. Gadis itu melonjak kaget. Lalu menatap kedua pria itu, dengan heran."Kalian siapa? Kenal juga gak, main nebeng aja," tukas Acha. "Wah. Baru jadi artis gak populer aja, udah sombong kek gini. Gimana kalo udah jadi artis yang populer yah? Pasti kita di kacangin," Ujar salah seorang pria. Acha memberikan kode pada Bulan dan Mirna, untuk segera masuk ke dalam mobil. Saat itu juga, salah seorang pria, mencegat Acha, dengan mencengkram lengannya dengan kuat. Acha kaget dengan pergerakan laki-laki itu. Tangan kanannya, menangkap tangan si pria yang satunya, memelintirnya dengan kuat, lalu mendorong laki-laki itu ke arah bunga bonsai. Dia terjatuh dengan terjerembab ke paving blok. Temannya buru-buru m
Rudi, manager lapangan adalah penduduk asli daerah itu. Dia ditunjuk untuk menjadi manager, karena dia dipercaya, bisa menghandle para pekerja dengan baik. Arga tetap memegang prinsip bisnis Anaya. Jujur dan tegas. Jadi, jika Arga mendapati ada kecurangan atau usaha sekecil apapun, untuk mencurangi pekerjaan ini, maka dia akan bertindak tegas. Setelah memantau Rudi melakukan briefing, Arga bergegas masuk ke dapur umum. Langsung, ke tempat pengolahan makanan. Pria muda itu terkejut, karena mendapati lauk di piringnya, berbeda dengan lauk untuk para pekerja.Lauk mereka hanya tempe orek, dan terong kukus dengan sambal terasi. Memang itu adalah kombinasi makanan yang enak. Tapi menu makanan seperti itu, tidak sesuai standar makanan untuk pekerja lapangan, yang ditetapkan oleh perusahaan.Apalagi perusahaan sekelas ArOne, yang berada di deretan teratas perusahaan yang sukses. Anggaran untuk makan para pekerja yang tinggal di mes, sudah dianggarkan dan dananya sudah cair. Dana itu sudah
Talita berdiri di hadapan Surya, Melisa dan Sari, dengan dandanan, perhiasan dan juga make up. Seperti Talita yang dulu. Elegan dan berkelas. Jelas saja mereka semua terperanjat. Bukannya Talita ada di penjara? Luar biasa. Talita memang wanita super. Entah apa yang dia lakukan atau siapa yang dia tumbalkan, hingga bisa membuat dia keluar dari balik jeruji besi dengan mudah. "Oh, ayolah. Baru juga beberapa bulan, kalian sudah lupa padaku? Melisa Sayang. Ini Mama kamu lho. Gak salim dulu gitu?" Ujar Talita. Masih dalam keadaan setengah tidak percaya, Melisa melangkah mendekati Talita. Mengulurkan tangan, menyambut uluran tangan Talita. Membungkuk lalu mencium tangan Talita takzim. Senyum aneh muncul di bibir Talita. Pandangan matanya seperti menyiratkan sebuah kekosongan, yang menyedihkan. Entahlah. Hanya dia dan Tuhan yang tau. "Mama mau ikut kita? Tapi mobil Papa sudah penuh dengan barang-barang kami," Melisa berkata seperti itu, karena tidak ingin ibunya yang biang rusuh ini, ik