Acara makan-makan itu, selesai tepat pukul 22.30. Acha, Bulan dan Mirna bergegas pulang. Sedangkan teman-teman Acha yang lain, masih berjoget dengan alat musik seadanya di lokasi syuting. "Acha. Mau ke Bonafit yah? Nebeng dong," Dua pria muncul tiba-tiba dari balik mobil di samping Acha. Gadis itu melonjak kaget. Lalu menatap kedua pria itu, dengan heran."Kalian siapa? Kenal juga gak, main nebeng aja," tukas Acha. "Wah. Baru jadi artis gak populer aja, udah sombong kek gini. Gimana kalo udah jadi artis yang populer yah? Pasti kita di kacangin," Ujar salah seorang pria. Acha memberikan kode pada Bulan dan Mirna, untuk segera masuk ke dalam mobil. Saat itu juga, salah seorang pria, mencegat Acha, dengan mencengkram lengannya dengan kuat. Acha kaget dengan pergerakan laki-laki itu. Tangan kanannya, menangkap tangan si pria yang satunya, memelintirnya dengan kuat, lalu mendorong laki-laki itu ke arah bunga bonsai. Dia terjatuh dengan terjerembab ke paving blok. Temannya buru-buru m
Rudi, manager lapangan adalah penduduk asli daerah itu. Dia ditunjuk untuk menjadi manager, karena dia dipercaya, bisa menghandle para pekerja dengan baik. Arga tetap memegang prinsip bisnis Anaya. Jujur dan tegas. Jadi, jika Arga mendapati ada kecurangan atau usaha sekecil apapun, untuk mencurangi pekerjaan ini, maka dia akan bertindak tegas. Setelah memantau Rudi melakukan briefing, Arga bergegas masuk ke dapur umum. Langsung, ke tempat pengolahan makanan. Pria muda itu terkejut, karena mendapati lauk di piringnya, berbeda dengan lauk untuk para pekerja.Lauk mereka hanya tempe orek, dan terong kukus dengan sambal terasi. Memang itu adalah kombinasi makanan yang enak. Tapi menu makanan seperti itu, tidak sesuai standar makanan untuk pekerja lapangan, yang ditetapkan oleh perusahaan.Apalagi perusahaan sekelas ArOne, yang berada di deretan teratas perusahaan yang sukses. Anggaran untuk makan para pekerja yang tinggal di mes, sudah dianggarkan dan dananya sudah cair. Dana itu sudah
Talita berdiri di hadapan Surya, Melisa dan Sari, dengan dandanan, perhiasan dan juga make up. Seperti Talita yang dulu. Elegan dan berkelas. Jelas saja mereka semua terperanjat. Bukannya Talita ada di penjara? Luar biasa. Talita memang wanita super. Entah apa yang dia lakukan atau siapa yang dia tumbalkan, hingga bisa membuat dia keluar dari balik jeruji besi dengan mudah. "Oh, ayolah. Baru juga beberapa bulan, kalian sudah lupa padaku? Melisa Sayang. Ini Mama kamu lho. Gak salim dulu gitu?" Ujar Talita. Masih dalam keadaan setengah tidak percaya, Melisa melangkah mendekati Talita. Mengulurkan tangan, menyambut uluran tangan Talita. Membungkuk lalu mencium tangan Talita takzim. Senyum aneh muncul di bibir Talita. Pandangan matanya seperti menyiratkan sebuah kekosongan, yang menyedihkan. Entahlah. Hanya dia dan Tuhan yang tau. "Mama mau ikut kita? Tapi mobil Papa sudah penuh dengan barang-barang kami," Melisa berkata seperti itu, karena tidak ingin ibunya yang biang rusuh ini, ik
'Hei. Aku adalah fans berat kamu. Aku tau satu rahasia kecilmu, Nona Malla. Kamu punya affair dengan sutradara tua itu kan? Kamu cantik lho. Kok mau aja ditidurin Kakek-Kakek tua? Dosa lho.'Sertakan file. Mengirim pesan. Pesan terkirim. Bulan tersenyum jahat. Jangan usik siapapun, yang ada dalam perlindungan seorang Bulan Leticia. Bulan meletakkan ponselnya, lalu, menatap Mirna dan Acha yang sudah lebih dulu tertidur. Acha menolak permintaan mereka yang ingin tidur di kamar tamu. Dia ingin mereka bertiga tidur sempit-sempitan di kasur king size milik Acha. Sejak peristiwa kebakaran itu, Acha punya trauma kecil. Dia tidak mau tidur malam sendirian. Biasanya, Alisya yang menemani Acha tidur, tapi karena dia pulang larut malam, maka, Mirna dan Bulanlah yang harus menemani Acha. Bulan berpikir, dia akan mencari tau, siapa yang sudah menjebak Acha, hingga kebakaran itu terjadi. Dia sudah mempelajari kehidupan Acha sebelum menerima kontrak. Dia tertarik karena jalan hidup mereka hampir
Mawar berjingkrak kaget, melihat Arga yang sudah berdiri di belakangnya. Wanita itu benar-benar tidak sopan. Dia bahkan melengos dengan kesal, di hadapan Arga. "Saya tanya. Apa maksud anda dengan bilang, tidak boleh ada yang jualan di sini? Anda orang yang jualan, harus bayar? Bayar sama siapa? Sama anda?" pertanyaan beruntun Arga, sukses membuat Mawar gelagapan. Dengan berat hati, dia membungkuk. Meski begitu wajahnya sangat terlihat kesal. Mungkinkah dia menahan kesal, pada Arga? Bos pemilik perusahaan? Benar-benar tidak tau malu. "Bukan maksud saya seperti itu Pak. Hanya saja, gadis ini sudah terlalu sering berjualan di sini. Bukankah itu mengganggu jam kerja karyawan?" Ucap Mawar dengan pelan. "Jadi, anda merasa terganggu? Bukannya ini sudah jam istirahat yah? Lagi pula, pemilik perusahaan ini adalah saya. Bukan anda. Yang membuat peraturan di sini adalah saya. Bukan anda. Sebaiknya anda ingat ini baik-baik Nona. Jangan melarang siapapun yang ingin berjualan di sini. Menggangg
Melisa memeluk Talita, yang tak kunjung berdiri dari lantai. "Sudah Ma. Sudah. Gak baik Mama duduk di lantai begitu," Ucap Melisa. Erhan membantu Melisa, memegang tangan Talita. Berdua, mereka mengangkat Talita dari lantai, lalu mendudukkannya di sofa. "Tante tenang aja. Aku berjanji, Melisa akan bahagia seumur hidupnya. Aku gak akan sia-siakan anak Tante,""Aku juga janji, Ma. Gak akan jadi gadis egois lagi. Aku akan berusaha menjadi istri yang baik buat suamiku,"Saat yang ditunggu pun tiba. Hari kebahagiaan yang dinanti oleh setiap insan, yang saling mencintai. Yaitu, mengikat tali kasih, dalam hubungan yang suci. Melisa dan Erhan ditakdirkan bertemu, dan saling mencintai. Berjanji akan selalu setia sampai akhir dan terikat dengan janji di hadapan Sang Khalik.Warna silver dan putih menjadi pilihan Sari untuk warna tema pernikahan Melisa dan Erhan. Gaun silver broukat, yang bawahannya mengembang, lengkap dengan jilbab warna senada.Payet mutiara di bagian pinggang, sedikit di l
Hoodie putih bergambar bebek, kaca mata hitam, dan tas samping berwarna hitam. Bulan memilih tempat duduk di samping, yang dindingnya full kaca.Selain gampang melihat pergerakan orang di luar, Bulan memastikan, orang yang mengajaknya bertemu, pasti akan berdandan sebisa mungkin untuk menyamarkan identitas aslinya. Cafe itu menyediakan tempat outdoor dan indoor. Di luar sudah full dengan muda-mudi yang sedang makan siang. Sedangkan di dalam cafe, ada beberapa pasangan yang juga sedang bersantai.Gadis itu sudah memesan coffe late dan sepotong brownies keju. Makan dan minum yang manis-manis dulu, sebelum dia berubah menjadi gadis pemaksa.Lima belas menit menunggu, Bulan mulai bosan. Dia tidak bisa meninggalkan Acha terlalu lama. Tak masalah jika wanita bernama Malla itu, tidak mau datang. Toh, yang punya kepentingan di sini adalah dia. Bulan hanya sengaja memancing di air yang keruh. Bukan hanya sekedar memancing. Tapi Bulan ingin, umpan di mata kailnya harus di sambar oleh ikan. Da
Surya POVAnakku sudah menikah. Sesuai dengan apa yang aku doakan dalam sujud tahajud ku. Aku ingin Melisa mendapatkan jodoh, pria yang benar-benar mencintai dan menghargai dia. Allah mewujudkannya, dengan mengirim Erhan di tengah-tengah kehidupan kami. Dua hari sebelum pernikahan, hatiku berdenyut nyeri. Anakku hampir saja dilecehkan oleh mantan calon menantu ku. Saat melihat Melisa terbaring di rumah sakit dengan lebam dan luka sayatan, hatiku tersayat. Perih, pedih. Mendengar suara erangannya menahan sakit, aku merasa seperti, aku yang disayat-sayat. Pria pelaku kebejatan ini, entah bagaimana kelanjutan hidupnya. Aku tidak tau. Erhan bilang aku hanya perlu tenang, untuk acara pernikahan yang tinggal menghitung jam. Semua dia yang akan tangani."Bagaimana dengan hukuman untuk laki-laki itu?" tanyaku pada Erhan."Papa tenang saja. Semuanya sudah aku atur. Ridwan sudah ada di tempat dia mendapatkan hukumannya. Dan itu berlaku seumur hidup." jawab Erhan dengan raut wajah bengis.Mel