"Aku marah pada Dad karena tidak bisa memberi pembalasan pada Henry."
Ucapan singkat dari Edgar, membuat Navier diam. Dia tidak lupa bahwa Edgar tahu bagaimana kondisi Henry yang terluka."Bukankah kau sudah tahu jika Lissa yang melakukannya? Kau tahu, aku mulai berpikir kalau wanita itu pasti sedang memiliki kelainan psikis. Henry juga suah mengatakan padaku apa yang terjadi saat itu tanpa ada yang tertutupi. Kau tahu? Setelah keadian ini aku berpikir jika lebih baik kau menikahinya saja.""Kenapa kau berpikir begitu? Kau sudah tidak mencintaiku lagi sebagai seorang suami?""Kata siapa kau suamiku? Aku ingat kalau dulu sudah menandatangani surat perceraian. Itu artinya baik aku maupun kau sudah tidak memiliki ikatan apa pun, kan?""Aku sama sekali tidak pernah menyerahkannya pada pencatatan sipil! Kau harus tahu itu. Jadi secara teknis kita tidak pernah berpisah!""Tapi kurasa lebih baik jika kita melakukan hal itu. Ayah dan ibumu tidSemua percakapan itu, Luois telah mendengarnya dengan baik. Dia tidak menyangka Edgar akan mengucapkan hal yang seperti itu. Karena selama ini, dia juga sudah tahu apa yang dilakukan oleh Cassandra. Hanya saja, untuk membuat hati sadar itu terlalu sulit. Sebelum pergi Luois memang menyimpan satu alat penyadap jarak jauh untuk mendengarkan apa yang diperbincangkan putranya dengan sang menantu. Tidak menyangka jika dia mendapatkan fakta yang begitu mengiris hati. "Aku perlu meluruskan sesuatu," monolog Luois. Dia mengendarai sendiri mobil pribadinya untuk pergi ke tempat terakhir sebelum berakhir rumah sakit. Dia sudah hapal di mana jalan yang menuju ke sana. Jadi, tidak perlu petunjuk apa pun untuk sampai. Dia hanya perlu menguatkan diri dengan semua yang akan dihadapi. "Aku datang secara baik-baik untuk menemui istriku. Tenang saja, aku tidak akan membuat kekacauan dan membebaskannya." Luois menatap tajam beberapa orang berseragam hitam yang berdiri si luar bangunan itu. Dalam se
Bibir Cassandra bergetar.Selama ini belum pernah dia melihat Luois menangis seperti itu. Bahkan ketika Jonathan tiada, atau kelahiran Edgar sekalipun. Kini, suaminya mengucurkan air mata di depan matanya."Katakan di mana salahku mendidikmu sebagai istri, Cassie? Aku selalu membimbingmu ke jalan yang benar. Menegurmu jika salah, tak peduli sebanyak apa kau melakukan kesalahan. Selain menegur, aku juga membereskan semua kekacauan yang kau lakukan, Cassie. Sayang kau menggunakan itu sebagai tameng."Cassandra menggeleng dan menunduk.Dari segi mana pun Luois memang sempurna sebagai seorang suami. Dia saja yang ingin memanfaatkan hal itu untuk kepentingan pribadinya. Bahkan hingga titik akhir, Luois masih merasa ini salahnya."Aku selalu berharap kau tidak terlalu serakah. Tidak cukup untukmu mengambil pelajaran dari saat itu? Saat di mana harta kita habis dikuras wanita itu. Sebenarnya aku cukup heran padamu. Apa yang diperbuatnya hingga kau rela me
"Jika Cassandra tak memberi jawaban sama sekali, ke mana aku harus pergi?" monolog Luois.Dia pergi dan berjalan tanpa satu tujuan yang pasti. Dengan semua penyesalan yang bersarang di dadanya. Dengan semua kesia-siaan yang didapat karena menemui Cassandra yang tlah tidak waras."Ah, andai semua masih di sini, tentu tidak akan begitu terasa rumit," lanjutnya.Luois menyesali semua yang telah pergi tanpa dia sadari.Di mana Jonathan selaku ayahnya, yang sejak dulu bisa memberikan satu atau dua patah kata nasihat. Atau Felix yang sebelas dua belas dengan ayahnya, dan yang lainnya. Mereka kini semua telah tidak ada meninggalkannya sendiri.Henry mungkin juga bisa memberi solusi, tetapi dia bahkan tidak tahu ke mana anak itu pergi menyembuhkan diri. Hanya nama Felix yang disebut, tetapi Luois benar-benar tidak tahu apakah hal itu benar atau tidak.Sejak awal, ayahnya benar tentang segala hal.Edgar dirasa lebih mampu dari dirinya, hingga
Semua terjadi begitu cepat. Luois yang tiba-tiba mendatangi Edgar dan Navier, dan meminta maaf. Tak lupa salam maaf untuk Henry juga dan mengalihkan semua aset atas nama Edgar. Bahkan tidak ada sehari setelah itu, kabar mengejutkan telah sampai pada mereka . Luois dikabarkan tidak selamat dalam perjalanan menuju rumah sakit, karena kecelakaan yang menimpanya. Mobil yang dia kendarai menghantam truk yang melaju kencang hingga ringsek. Sementara penyebabnya adalah kecelakaan lain. Luois membanting setir hingga menabrak trus di jalur sebelah karena menghindari seseorang yang terjatuh dari sepedanya. Banyaknya saksi serta buki dukung dari CCTV jalan, membuat polisi menutup kasusnya dan menetapkan sebagai kecelakaan murni. Hanya saja, semua masih tidak menyangka jika Luois bisa secepat itu meninggalkan mereka. Terutama Edgar. Pria itu terlalu syok hingga kesehatannya kembali menurun. Padahal sebelumnya dia telah meng
Suasana duka masih terasa.Kepergian Luois yang begitu mendadak, membuat mereka masih menyayangkan kepergiannya. Namun, tidak semua ingin terlalu larut dalam duka tanpa batas itu, karena dunia masih harus berputar dan mereka harus mengikutinya."Semua aset Tuan Luois sudah diatasnamakan Tuan Edgar selaku ahli waris tunggal. Untuk Nyonya Cssandra, beliau memberikan rumah kedua mereka untuk tempat tinggal. Semua pekerja dan kebutuhan sehari-hari Nyonya akan ditanggung oleh Tuan Edgar selaku putranya."Pembacaan warisan oleh pengacara Luois berjalan tenang tanpa ada yang keberatan dengan itu. Tidak banyak yang hadir. Hanya beberapa gelintir orang termasuk Edgar, Navier dan Cassandra. Sebagian sudah tahu akan hal itu, tetapi yang lain hanya bisa menatap iba.Pemberian sebagian kecil untuk Cassandra tentu merupakan hal yang mengejutkan.Akan tetapi, bukan hal yang mengecewakan jika semuanya jatuh ke tangan Edgar. Semua orang tahu bagaimana perangai nyon
Cassandra menerima semua keputusan dengan berat hati. Dengan menyetujui berada di rumah itu, berarti dia rela untuk tidak kembali ke sana, ke tempat di mana Navier menyekapnya bersama Lissa.Hanya Lissa yang masih terkurung di sana untuk menjemput hukumannya."Apa yang harus kulakukan setelah ini?" lirih Cassandra.Dia telah membaca surat yang ditinggalkan Luois untuknya. Surat yang cukup menyentuh hati dan membuatnya kembali mengingat semua kesalahan yang telah diperbuatnya. Di mana dia yang tidak pernah mendukung Edgar, atau saat dia tidak menganggap Henry sebagai cucu, hanya karena ada darah Navier di nadinya."Nyonya, Tuan Edgar berpesan agar Nyonya hidup dengan baik dan makan dengan teratur. Semua yang Nyonya butuhkan semua telah disiapkan oleh beliau. Nyonya hanya tinggal hidup dengan baik saja."Seorang pelayan membawakan makanan untuknya sekaligus mengatakan pesan yang ditinggalkan Edgar. Setelah itu, buru-buru pelyan itu pergi meninggalkan
"Jangan memandangku seolah aku ini tahanan penjara, Nyonya!""Dari mana kau bisa berkata seperti itu!?"Navier mendecih sinis.Tentu saja jawabannya sangat sederhana, bahwa dia telah lama mencari tahu tentang Cassandra. Dia bahkan sampai merogoh kocek terlalu dalam untuk mencari sumber yang akurat. Hingga pada akhirnya sebuah fakta sederhana membuatnya begitu tercengang.Navier tidak lagi heran kenapa keluarga Lissa tidak mau repot-repot merawat anak sepertinya, setelah Cassandra mengumumkan untuk menjadikannya menantu. Apalagi untuk semua hal yang telah Lissa terima dari Casssandra selama ini.Jangankan Navier, orang lain pun akan merasa curiga dengan perlakukan Cassandra yang terlalu mengistimewakan Lissa."Menurut Nyonya, kenapa ada orang yang begitu loyal pada orang yang tidak terikat darah dengannya? Itulah yang membuatku ingin tahu, Nyonya. Dan rasa keingintahuanku itu ternyata membuahkan hasil. Yah ... meskipun sedikit terlambat."
"Asal Anda tahu saja, Nyonya. Ayah Lissa hanya memperalatmu. Dia ingin maju tanpa ada yang menyaingi. Anda pikir, memang ada yang tidak mau jika ada orang lain yang merawat anaknya, menyayangi dan memberi limpahan materi yang begitu banyak tanpa mau banyak berkorban? Kalaupun tidak ada, mungkin orang itu benar-benar kelebihan harta dan menganggap harta tidak berguna!"Cassandra menggeleng keras.Selama ini dia tidak pernah sekali pun merasa dipermainkan, atau dimanfaatkan oleh orang tua Lissa. Apalagi disaingi seperti yang Navier ucapkan.Memang benar, jika dia menaruh rasa pada ayah Lissa. Pria yang berwibawa dan memiliki senyum menawan itu telah merebut hatinya dari Luois sejak pertama berjumpa. Sayangnya dia tidak ingin membuang Luois hanya demi orang yang masih memiliki istri.Cassandra masih memiliki kewarasan untuk tidak masuk ke keluarga lain, apalagi menjadi istri kedua. Dia masih ingin hidup damai, omong-omong. Hanya saja kewarasannya hilang saat