“Aku sudah memasukkan obat perangsang ke dalam minuman Hellena tanpa sepengetahuannya. Sebentar lagi pasti minuman itu akan bereaksi!”
Seorang gadis lain berdiri dengan tangan terlipat di depan dada, melihat Hellena berbaring tanpa daya karena pengaruh alkohol dan obat perangsang. “Ingat perjanjian kita, 200 juta! Tenang saja, dia benar-benar masih perawan!” suaranya mendayu-dayu, dibuat manja. “Kau membawa barang bagus kali ini!” Seorang pria tua berumur sekitar lima puluhan, dengan cambang lebat dan perut buncit, hanya mengenakan handuk kimono tertawa bahagia. “Bagus, kau boleh pergi!” Tanpa menunggu diperintah dua kali, gadis yang membawa Hellena segera meninggalkan tempat itu. “Kepalaku sakit.” Hellena membuka mata, dia terkejut bukan main saat seorang pria hampir menindihnya. Gadis itu melebarkan mata, dengan gerakan refleks menendang bagian perut buncit si pria, hingga terjungkal dari ranjang. “Argh!” suara erangan terdengar bersamaan bunyi berdebam keras. Tubuh Hellena gemetar ketakutan, napasnya mendadak sesak bercampur rasa sakit kepala yang semakin berdenyut, dan tubuhnya mulai terasa panas. Hellena yang setengah sadar merasakan dirinya dalam bahaya. “Aku tidak boleh berdiam diri, aku harus pergi!” suara Hellena lirih, dia benar- benar seperti kehabisan tenaga, padahal tidak melakukan pekerjaan berat. Hellena beringsut bangkit, langkahnya terseok-seok menuju kea rah pintu. Beberapa waktu lalu, Hellena baru saja kabur dari rumah untuk menghindari perjodohan yang dilakukan keluarganya. Lalu bertemu dengan teman dekatnya di sebuah café. Dia hanya minum sedikit alkohol untuk menghilangkan kesedihannya. Namun hal tidak terduga terjadi saat ini, entah mengapa dia merasa pusing lalu tertidur. Ketika membuka mata dirinya sudah berada di kamar hotel, dan hampir diserang seorang pria gendut. Temannya entah pergi kemana, sehingga hal itu membuat Hellena benar-benar ketakutan. Si tua bangka itu terhuyung-huyung, menopang tubuh mencoba berdiri. Tangan gempal tersebut memegangi perutnya yang tadi terkena tendangan Hellena, dengan bibir meringis menahan sakit. “Tangkap jalang sialan itu, jangan biarkan dia lolos!” teriaknya murka pada kedua bodyguard yang berjaga di depan pintu. Dengan cepat kedua orang itu segera menangkap Hellena kembali. “Tolong!” teriak Hellena, sambil terus meronta. “Ku mohon, siapapun tolong aku!” pintanya seraya mencoba melepaskan diri dari cengkeraman kedua bodyguard si tua bangka tersebut. Kedua bodyguard itu segera menarik paksa tubuh Hellena, dan akan membawanya masuk kembali ke kamar, akan tetapi --- “Hentikan! Atau aku patahkan tangan dan kaki kalian!” bentak seseorang yang tiba-tiba sudah berada di dekat mereka, membuat kedua bodyguard itu terperangah. “Siapa Kau!” pria tua itu berjalan tertatih keluar kamar, sambil memperhatikan tiga orang pria gagah yang berdiri tegap di samping Hellena. “Aku kenal baik dengan pemilik hotel ini, dan kalian sudah membuat keributan sehingga mengganggu kenyamanan pengunjung lain!” pria muda tersebut kembali berucap, seraya melepas jasnya dan memakaikan kepada Hellena. Gadis itu segera menutup tubuhnya dengan jas tersebut, lalu segera sembunyi di balik punggung sang pria yang menolongnya. “Sial! Aku sudah membayar mahal untuk wanita itu, berikan dia padaku!” geram si tua bangka. Hellena melebarkan mata sambil menatap kepada penolongnya, lalu menggeleng. Tolong selamatkan aku,” lirihnya. “Pria muda itu tidak menjawab ucapan Hellena, akan tetapi matanya terus menatap tajam kepada pria tua di depannya. “Aku lihat kau melakukan kekerasan pada gadis ini, Tuan! Dan itu pasti akan sangat menarik, jika berita scandal tentang anda yang notabene seorang bermartabat, tersebar luas di media sosial besok pagi.” Pria muda tersebut tersenyum sinis, dengan tatapan tajam kepada tiga pria di depannya. “Jika kau ingin meminta ganti rugi, mintalah pada orang yang membawa gadis ini! Orang bodoh pun bisa melihat bahwa dia berada di sini bukan atas kemauannya. Dan jika kami melaporkan kepada polisi, kalian akan ditangkap sebagai kasus pelecehan sexual. Ada saksi melihat itu!” pria tersebut menoleh kea rah beberapa pemuda yang berdiri di belakangnya. Kecaman itu cukup membuat si tua bangka mengurungkan niatnya, untuk kembali membawa Hellena. Pria muda tersebut, lalu memapah Hellena menjauh dari pria gendut itu. Tubuh gadis itu lemas, wajah pucat karena ketakutan. Melihat kondisi gadis itu yang memprihatihkan, membuat sang pria merasa iba. “Aku antar kau pulang!” ujarnya, kemudian tanpa aba-aba langsung mengangkat tubuh Hellena yang terlihat tanpa daya. Spontan Hellena memeluk tubuh maskulin itu, ada rasa nyaman yang menenangkan dan --- “Kau tampan sekali Tuan, bibirmu sungguh sangat menggoda.” racau Hellena, seraya tangannya mulai mengelus rahang tegas pria itu, dan berakhir di bibirnya. Dengan tatapan penuh damba, Hellena terus meracau tidak jelas dalam gendongan pria itu. “Sial! Apa yang sebenarnya terjadi padamu?” ucap sang pria sambil berjalan cepat menuju lift, “Siapkan mobil, aku akan ke apartemen!” “Baik Tuan!” jawab salah seorang pengawalnya, sambil bergegas pergi untuk melaksanakan perintah dari sang bos. Begitu pintu lift terbuka di lantai satu, pria mud aitu secepat kilat membawa Hellena masuk ke dalam mobil yang sudah disiapkan. Hellena merasa darahnya berdesir ketika tangan berotot itu menggenggam hangat jemarinya, ada gelenyar aneh yang menginginkan lebih dari sentuhan pria itu. “Panas, aku panas. Rasanya tidak nyaman, sentuh aku, tolong!” gadis itu mengarahkan tangan kanan pria tersebut ke salah satu gunung kembarnya. “Aku benar-benar tidak tahan.” Hellena beringsut duduk di pangkuan pria yang baru saja ditemuinya. Akal sehatnya benar-benar sudah hilang, berganti dengan perasaan menggebu yang menginginkan sentuhan dari pria itu. “Kau akan menyesalinya Nona. Berhenti melakukan hal memalukan, dan bersikaplah baik.” Pria itu dengan erat mencekal tangan Hellena, ke belakang punggung gadis itu. “Aku bukan laki-laki yang mudah tergoda dengaan trik murahanmu itu, hentikan sekarang juga atau akan ku lemparkan keluar dari mobil!” Hellena bukannya menghentikan aksinya, tetapi dia malah semakin berani hingga akhirnya ‘cup’ sebuah kecupan wanita itu layangkan ke bibir pria tersebut, membuat pria itu benar-benar murka, wajahnya memerah dengan mata melebar, “Apa yang kau lakukan!”"Hmm ...." Hellena menggeliatkan tubuhnya yang terasa nyeri seperti baru terlindas beban berat. Bahkan untuk menggerakkan tubuh saja rasanya sakit bukan main, terlebih di bagian selangkangannya. Hellena menarik selimut untuk menutupi sinar matahari yang menyilaukan mata karena tirai yang tidak tertutup rapat. "Aw!" Dia yang tiba-tiba beringsut duduk menggigit bibir menahan nyeri. Hellena menyadari sesuatu yang salah, saat mata terbuka dia mendapati tubuhnya telanjang, ranjang yang acak-acakan, juga pakaian robek berserakan di mana-mana. "Astaga, ini buruk." Hellena meraup wajah dengan kasar, dia merasa frustrasi. Seketika wajah Hellena memerah dan hatinya bergejolak nyeri, membayangkan semua yang terjadi padanya semalam. "Ternyata ini bukan mimpi, pengalaman pertamaku berakhir dengan orang asing." Hellena meratapi nasibnya yang sudah kehilangan mahkota paling berharga yang dia jaga selama ini. Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka, dan langkah seseorang yang berjalan mendek
‘Membatalkan pernikahan dengan orang yang sudah mengambil kesucianku? Haruskah?’ Gamang hati Hellena memikirkannya. Gadis yang telah menjadi seorang wanita seutuhnya itu berpikir keras, dan akhirnya …. “Ini sudah terjadi atas persetujuanmu. Kau tidak bisa menyalahkanku di kemudian hari jika menyesali pernikahan ini!” suara dingin Felix terdengar sangat menyakitkan. Keduanya baru saja mendaftarkan pernikahan di catatan sipil, dan langsung kembali ke mension Felix. Sekarang ini mereka sedang duduk berseberangan di sofa ruang tamu. “Aku paham,” Hellena sudah bertekad menjalani kawin kontrak tersebut, untuk menghindari perjodohan ibu tirinya. “Pernikahan yang kita lakukan itu sah, bukan kepura-puraan. Jadi, mari kita pertegas perjanjian tertulis untuk kawin kontrak kita, kan?” Hellena mengangkat wajahnya dan memberanikan diri untuk menatap ria di depannya. “Lalu apa yang Tuan inginkan dari kawin kontrak kita?” Gadis itu menegakkan punggungnya. Felix menatap lekat wajah cantik di dep
Wanita yang bernama Queen tersebut melerai pelukannya pada lengan Felix, lalu menatap wajah dingin pria itu dengan senyum manis di bibirnya, "Bukankah kita mau pergi keluar kota bersama, untuk bulan madu?"'Deg!' Jantung Hellena bagai disambar petir hingga hancur berkeping-keping, saat mendengar suaminya akan pergi bersama dengan wanita lain, untuk bulan madu. "Pergi bulan madu? Apa maksudnya ini?""Lebih baik Kau pergi sekarang Queen, sebelum kesabaranku habis!" ucap Felix pelan dengan ekspresi yang sangat dingin. Lalu pandangan pria itu beralih pada Hellena, "Aku bisa jelaskan - - -""Memangnya apa yang salah, jika suami istri pergi bersama untuk bulan madu?" Queen segera memotong ucapan Felix, hal ini membuat hati Hellena semakin sakit.Felix menatap nyalang wanita di sampingnya dengan raut wajah yang semakin dingin, dan tangan terkepal erat. Sungguh, pria tersebut tidak habis pikir dengan sikap Queen yang sangat tidak tau malu. Sementara Hellena hanya menatap mereka berdua, dengan
“Aku tidak mengizinkanmu pergi sebelum memastikan benihku membuahi rahimmu atau tidak!” Felix yang mengenakan kemeja formal putih berhasil mengejar Hellena dan menghampiri wanita itu. Alasan terdengar konyol hingga membuat Hellena terkekeh dalam keadaan menangis. Tenggorokan rasanya tercekat untuk menjawab perkataan Felix. Pria itu memandang dengan wajah dingin dan abai, yah, bukankah dari awal memang sudah tidak ada kehangatan. Hellena terlalu banyak berkhayal bahagia hingga tidak sadar masuk perangkap pria tidak berperasaan sekejam iblis. “Mari kita buat penawaran, Hellena. Aku menikahimu bukan karena alasan romantis jatuh cinta. Aku tidak menyukaimu sedikit pun kecuali saat kita berhubungan badan. Yeah, benar saat itu terasa menakjubkan.” Mata Hellena melebar mendengar penuturan vulgar Felix, di mana lelaki itu berbicara tanpa peduli sedang berdiri di trotoar jalan. “Aku hanya ingin membuat kakekku berhenti menjodohkan diriku dengan wanita pilihannya.” “Mari kita bercerai dan
Pria tua tersebut masih tertawa sambil terus mengejek Felix, dengan sombongnya dia mengeluarkan ponselnya dan menelpon polisi, “Maaf mengganggu, saya hanya ingin Anda membantu untuk menangani seorang yang ada di kota yang Anda jaga ini!” Setelah menelpon, pria tua itu menatap nyalang Felix. Dengan senyum menghina dia berkata, “Kita lihatlah, sebentar lagi polisi akan menangkapmu, dan kau akan hancur karena aku tidak akan membiarkan orang miskin sepertimu bebas dengan mudah!”Felix tidak merespon ucapan pria tersebut, dia masih berdiri dengan tenang di samping Hellena, matanya menatap tajam pria bodoh di depannya. Sementara Hellena terlihat semakin cemas.“Mana yang katanya panggil orang untuk membereskan aku? Nyatanya sampai sekarang tidak ada satupun yang datang. Dasar bodoh! Kau pikir sandiwaramu itu sudah hebat sekali ya?” pria tua itu kembali tertawa, menganggap lucu Felix yang berpura-pura menelpon seseorang. “waktumu sudah habis, cepat pergi dan serahkan jalang itu padaku sebelu
"Bereskan mereka dari hadapanku!" Felix tidak menjawab salam dari sang Inspektur, melainkan langsung memerintahkan untuk menangkap sang juragan bersama bodyguardnya, dengan tatapan yang terus menyorot tajam ke arah orang-orang yang sudah merendahkannya tadi."Baik, Tuan Alexander!" Dengan patuh, Inspektur langsung memerintahkan anak buahnya untuk menangkap juragan dan bodyguardnya."Hei, apa-apaan ini! Kenapa jadi aku yang ditangkap? Yang membuat keributan pria miskin dan jalang itu, mereka yang seharusnya ditangkap!" Bentak juragan, seraya mengacungkan jari telunjuk ke arah Felix dan Hellena.Melihat pria tua yang melakukan perlawanan, sang Inspektur mendekat. Dengan tegas lalu berkata, "Semua bukti kejahatan yang Kau lalukan sudah berada di tanganku, Pak Tua! Jadi bersikaplah baik dan jangan melawan!" Setelah berbicara demikian, sang Inspektur langsung mengarahkan pandangannya ke anak buah, "Bawa mereka!"Dengan cepat, anak buah Inspektur menangkap juragan dan anak buahnya. Meskipun
Hellena memejamkan matanya untuk menahan air yang akan keluar dari pelupuk matanya. Wanita itu tidak ingin menangis di depan Felix, walaupun hatinya sakit bagai tercabik-cabik, mendengar ucapan dari pria yang sudah menikahinya.Felix melirik wanita di sampingnya, yang sedang tidur membelakangi. Perlahan pria itu bangkit, dan berlalu ke kamar mandi. Tanpa butuh waktu lama, sudah keluar dari kamar mandi dengan wajah yang terlihat lebih segar. Sejenak Felix menatap punggung Hellena, tetapi setelahnya berlalu keluar kamar hotel, tanpa memperdulikan wanita yang sudah memberikannya kepuasan."Marck, bereskan dua jalang itu! Ingat, mereka harus keluar dari rumah itu hari ini juga!" Felix menghubungi seseorang, setelah sampai di luar kamar."Siap Tuan!" jawaban singkat dari seberang telpon.Tanpa banyak bicara lagi, Felix langsung mematikan sambungan telponnya. Tangannya menggenggam erat ponsel, tatapannya dingin tanpa ekspresi. Setelah sejenak berusaha menenangkan diri, akhirnya Felix memili
"Kita pergi sekarang!" Ajak Felix datar tanpa ekspresi.Setelah murka dan memberi pelajaran kepada Sonya, yang sudah berani menampar Hellena di depannya, pria itu segera menghubungi bawahannya untuk segera mengusir Sonya dan Clarissa dari rumah tersebut. Felix berpikir harus gerak cepat, karena dirinya tidak punya banyak waktu untuk meninggalkan pekerjaan."Kemana?" tanya Hellena bingung."Ke kota, aku akan mengajak kau bertemu kakek!""Tidak! Aku tidak mau ikut kau kembali. Aku akan tinggal di sini!" Bantah Hellena cepat.Felix menatap tajam Hellena, emosinya kembali naik karena penolakan Hellena. "Siapa yang mengijinkan Kau tinggal di sini?"Felix yang sudah berjalan beberapa langkah di depan Hellena, kini berbalik arah lalu berjalan mendekati wanita itu. Dengan kasar Felix mencengkram dagu Hellena, sampai wanita itu merintih kesakitan."Akh! Sakit ... Tolong lepaskan." "Aku tidak suka dibantah bitch! Ingat Kau hanya istri kontrak, yang bisa aku buang kapan pun aku bosan!"Dengan k
Felix terus memanggil dan mengguncang tubuh Hellena, berharap istri kontraknya itu segera bangun. Tapi usahanya sia-sia, Hellena masih juga tertidur lelap tanpa mau membuka matanya. “Elle bangun!” panggilnya lagi, sambil terus mengguncangkan tubuh Hellena. “Kau harus cepat bangun Elle, bangunlah!” teriak Felix frustasi.Pria itu mengingat kembali semua yang sudah dia lakukan kepada Hellena semalam, emosi yang tidak terkontrol membuatnya lepas kendali berbuat kasar kepada wanita yang sedang mengandung anaknya itu. “Ah shit! Kenapa semalam aku harus lupakan fakta itu!”Degan cepat Felix membuka selimut yang menutupi tubuh polos Hellena, dan seketika matanya melebar dalam kepanikan yang luar biasa, saat melihat ada darah yang mengalir dari pangkal paha wanita itu. “Damn it! Aku terlalu emosi, sampai melupakan keselamatan calon anakku sendiri!”Dalam kepanikan, Felix terus berusaha membangunkan Hellena dari pingsannya dengan terus menggoyangkan tubuh istri kontraknya tersebut. Tapi semua
Dengan langkah lebar Felix memasuki apartemen, tempatnya tinggal bersama Hellena selama ini. “Hellenaaa … di mana Kau!” teriaknya, saat pintu sudah tertutup.“Nyonya sedang istirahat Tuan, tadi sempat pingsan.” ucap bu Serly, saat menyambut kepulangan Tuannya. Tapi seketika tubuh wanita paruh baya itu bergidik ngeri melihat aura kemarahan dari sang Tuan.Tanpa berkata apa pun lagi, Felix langsung menuju kamarnya. Seketika raut wajahnya semakin gelap, saat melihat Hellena sedang tidur dengan nyenyaknya. Tanpa kata, dia langsung menarik kasar selimut yang sedang menutupi tubuh Hellena.“Bangun kau wanita sialan!” bentak Felix, seraya menarik paksa tubuh Hellena agar bangun.“A … da apa?” tanya Hellena, antara takut dan terkejut.‘Plak!’ satu tamparan satu tamparan mendarat di pipi kanan Hellena yang mulus. “Ini untuk sikap tidak sopan kau pada kakek!” Hellena hanya bisa menjerit tertahan, saat merasakan sakit pada pipi dan sudut bibirnya akibat tamparan Felix. Wanita itu tidak tau apa
“Kau …!” pekik Hellena, sangat terkejut saat melihat yang datang bukanlah Felix, melainkan seorang wanita cantik dengan pakaian seksi yang memperlihatkan bagian tubuhnya yang menonjol.“Ya, ini aku! Kenapa? Kaget ya?” dengan angkuhnya wanita itu menjawab ucapan Hellena. “Minggir! Aku ingin ketemu Felix, haari ini dia pulang kan?” sambungnya dengan senyum sinis tersungging di bibirnya.Hellena tak bergeming di tempatnya, dia tidak ingin wanita itu masuk sehingga dia tidak mau memberi jqalan untuk wanita itu. Begitu juga dengan bu Serly, yang juga ikut berdiri di samping Hellena untuk menutup jalan masuk.“Minggir jalang!” bentak wanita itu, seraya mendorong tubuh Hellena sehingga tubuhnya limbung dan hampir jatuh, beruntung bu Serly sigap menangkapnya sehingga Hellena selamat.Hellena segera berdiri dan langsung menyeimbangkan tubuhnya, supaya tidak limbung lagi. Tanpa berkata apa-apa, Hellena langsung mendorong tubuh wanita itu dengan keras, agar keluar dari pintu apartemennya.“Helle
Seminggu sudah Felix melakukan perjalanan bisnis, dan hari ini dia sudah bersiap untuk pulang. Akan tetapi ada yang terlupakan dalam ingatannya, sehingga merasa ada yang mengganjal dalam hatinya. “Seperti ada yang kurang, tapi apa ya?” gumam Felix seorang diri.Pria itu pun berjalan mondar mandir sambil tangan kanannya memegang dagu, seolah sedang berpikir keras untuk mengingat apa yang kurang untuk perjalanan pulangnya. Hingga tiba-tiba langkahnya terhenti dan matanya melebar karena mengingat sesuatu, “Astaga! Aku lupa tidak membelikan oleh-oleh untuk Elle!” serunya kaget.Bergegas felix keluar dari kamar hotel tempatnya menginap, di depan pintu tidak sengaja bertemu dengan Mark, yang memang sengaja ingin menemui Felix. “Mark, kebetulan sekali kau ke sini. Reschedule jadwal penerbangan kita!”Mark mengernyitkan alisnya, “Apa ada sesuatu yang terjadi Tuan?”“Tidak! Aku hanya belum membelikan istriku oleh-oleh.” Felix secara tidak sadar sudah mengakui Hellena sebagai istrinya di depan
Hellena masih terpaku di depan pintu, dengan tubuh yang bergetar dan wajah pucatnya tanda kalau dia tidak sedang baik-baik saja. Serly yang melihat perubahan pada raut wajah sang majikan, akhirnya mendekat dan ikut mengintip keluar ingin tau siapa yang datang dan membuat sang nyonya ketakutan seperti itu.“Siapa yang datang Nyonya?” tanya bu Serly.“I … itu, a … ada kakek Cristian di depan.” gugup Hellena menjawab pertanyaan Bu Serly.“Biar saya saja yang buka Nyonya.”“Tapi Bu Serly, aku takut.”Bu Serly tersenyum, lalu dengan perlahan mengelus lengan Hellena agar tidak terlalu takut. “Biar saya yang buka pintunya Nyonya, percayalah, saya akan melindungi Nyonya seperti pesan Tuan Muda.”Perlahan Hellena mengangguk, meskipun dengan hati yang berdebar kencang. Bu Serly membuka pintu, sedangkan Hellena memilih untuk sedikit menyingkir memberi jalan untuk Bu Serly.“Tuan besar,” sapa Serly dengan sopan.“Serly, ternyata bocah nakal itu membawamu ke sini,” ucap Cristian sambil terkekeh, s
“Tuan, tadi setelah kita pergi, Nona Queen datang menemui Nyonya dan membuat keributan di sana!” lapor Mark, setelah mereka sampai ke tempat tujuan yang pertama.Felix yang sedang fokus menatap laptop, menoleh menatap sang asisten lalu mengernyit. “Lalu apa yang terjadi selanjutnya?”“Nyonya bisa melawan, dan pada akhirnya Nona Queen pergi. Dengan penuh amarah dia menemui Tuan besar!”“Apa tanggapan kakek?”“Tuan besar sedang kurang sehat, tapi Nona Queen terus memaksa ingin bicara, hal ini membuat Tuan besar marah dan mengusirnya!”“Baguslah, setidaknya untuk beberapa hari ini Elle tidak ada yang mengganggu!” ucap Felix lega, sambil kembali fokus ke laptopnya. “Awasi terus Queen, jangan sampai dia mencelakai Elle!” lanjutnya.“Baik Tuan!”Mark langsung menelpon anak buahnya, agar mengirim orang untuk menjaga Hellena. Dia tidak mau kecolongan sedikitpun tentang keselamatan istri tuannya tersebut.“Mark, kasih sedikit shok terapi buat dia!” baru selesai menelpon, tiba-tiba Felix kembal
Queen melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Hatinya masih diliputi emosi karena berseteru dengan Hellena tadi. Beberapa menit yang lalu Hellena berdiri dengan tenang di hadapannya, dan orang-orang penghuni unit apartemen tersebut. "Kalian mau tau, siapa wanita ini?" dengan tenang Hellena bertanya kepada semuanya."Wanita ini adalah calon tunangan suamiku!" terang Hellena dengan sangat yakin. Sementara beberapa orang yang ada di tempat itu terperangah."Dia adalah orang yang bisa melakukan apapun demi untuk mencapai keinginannya, termasuk menggunakan hartanya untuk bisa mendapatkan suamiku!" lanjut Hellena dengan tegas dan suara sedikit keras."Diam kau jalang sialan!" Teriak Queen, sangat marah."Jalang teriak jalang, sungguh tidak tau malu!" Ucap salah seorang di antara mereka."Diam kalian, dasar orang miskin tidak tau etika!" Queen ingin sekali menjambak rambut orang tersebut, akan tetapi cengkraman dari dua orang yang sedang memeganginya, membuat dirinya tak mampu untuk me
Hellena baru mau membuka pintu kamarnya, ketika tiba-tiba bel apartemennya berbunyi. Ibu Serly segera berjalan menghampiri Hellena yang sudah berbalik badan hendak menuju pintu apartemennya."Nyonya, kata Tuan, kita tidak boleh membuka pintu untuk siapapun yang datang, selama Tuan belum pulang." ucap Ibu Serly, dengan sopan dan penuh kelembutan."Iya Bu, aku mengerti. Cuma mau tau saja siapa yang datang." jawab Hellena ramah.Belum sempat Serly dan Hellena sampai ke pintu, suara teriakan dari luar sudah terdengar, "Hellena, buka pintunya kau jalang!"Hellena dan Bu Serly saling pandang, tanpa membuka pintu, Hellena sudah tau siapa yang datang."Itu siapa Nyonya?" tanya Serly, penasaran."Sepertinya itu Nona Queen Bu. Wanita yang akan dijodohkan dengan Felix." terang Hellena.Serly mengernyit bingung dengan apa yang diberitahukan oleh Hellena. "Tuan kan sudah punya istri, lalu kenapa harus dijodohkan lagi? Memangnya Tuan Felix akan memiliki berapa istri?""Entahlah bu." pungkas Hellena
Felix tertegun mendengar ucapan Hellena, dalam hati dia berkata, ‘Apakah benar aku akan membuang wanita itu? Seorang istri kontrak yang saat ini sedang mengandung benihku. Apa aku sejahat itu untuk menelantarkan darah daging sendiri? Sejahat itukah diriku selama ini, sehingga di hadapanku saat ini sedang ada seorang wanita hamil yang selalu ketakutan jika di dekatku, sedangkan wanita itu adalah calon ibu dari generasi penerusku nanti?’Berbagai pertanyaan muncul dalam hatinya, hingga akhirnya dia menyadari satu hal ternyata dia sudah terlalu egois, dan banyak menuntut terhadap Hellena. Tanpa sadar Felix sudah membuat Hellena trauma jika berada di dekatnya.Felix mengusap wajahnya gusar, bingung dengan apa yang harus dia lakukan. Di satu sisi, Felix gembira mengetahui Hellena mengandung darah dagingnya. Di sisi lainnya, Felix tidak mencintai Hellena. Apa lagi jika sikap egoisnya datang, wanita itu hanyalah sebuah pelampiasan di saat Felix butuh. Perlahan Felix beringsut menjauh dari H