‘Membatalkan pernikahan dengan orang yang sudah mengambil kesucianku? Haruskah?’ Gamang hati Hellena memikirkannya. Gadis yang telah menjadi seorang wanita seutuhnya itu berpikir keras, dan akhirnya ….
“Ini sudah terjadi atas persetujuanmu. Kau tidak bisa menyalahkanku di kemudian hari jika menyesali pernikahan ini!” suara dingin Felix terdengar sangat menyakitkan. Keduanya baru saja mendaftarkan pernikahan di catatan sipil, dan langsung kembali ke mension Felix. Sekarang ini mereka sedang duduk berseberangan di sofa ruang tamu. “Aku paham,” Hellena sudah bertekad menjalani kawin kontrak tersebut, untuk menghindari perjodohan ibu tirinya. “Pernikahan yang kita lakukan itu sah, bukan kepura-puraan. Jadi, mari kita pertegas perjanjian tertulis untuk kawin kontrak kita, kan?” Hellena mengangkat wajahnya dan memberanikan diri untuk menatap ria di depannya. “Lalu apa yang Tuan inginkan dari kawin kontrak kita?” Gadis itu menegakkan punggungnya. Felix menatap lekat wajah cantik di depannya, kejadian pagi hari setelah malam panas saat dirinya terbangun membuatnya terkejut. Ada darah perawan di sprei warna putih. Rasa bersalah membayangi Felix, di mana dirinya telah menghancurkan kehidupan seorang perawan. Hellena yang ditatap kembali menundukkan wajahnya, berusaha menghindari kontak mata dengan pria itu. Sejenak hening, sebelum akhirnya Felix kembali berkata, “Aku hanya ada empat permintaan padamu, untuk menjalani kawin kontrak ini.” “Apa itu?” tanya Hellena dingin. Rupanya rasa takut yang kemarin sudah hilang, berganti dengan sifat aslinya yang dingin dan keras kepala seperti sebelumnya. Felix terlihat menelan ludahnya, mungkin pria itu kebingungan dengan sikap Hellena yang tiba-tiba menjadi sangat dingin, sangat berbeda dari pertama kali bertemu. “Untuk melindungi martabatku, selama kita terikat pernikahan, Kau tidak boleh dekat dengan pria manapun. Tidur satu kamar, tidak boleh pergi tana ijin, dan jangan panggil aku Tuan, tapi panggil suami!” Glek! Kini giliran Hellena yang menelan ludahnya. Dia merasa semua syarat dari perjanjian itu tidak masuk akal bagi mereka yang hanya menjalani kawin kontrak. “Itu bukan seperti syarat untuk kawin kontrak kita. Apakah Anda ingin menjebak saya dalam hubungan kawin kontrak ini?” Hellena balik menatap tajam kepada pria itu, dia tidak mau terintimidasi oleh tatapan Felix. Baginya syarat yang diajukan oleh pria itu sangat memberatkan pihaknya, dan sangat tidak masuk akal. “Tentu saja tidak! Itu baru syarat dariku, Kau masih bisa menambahkan syarat lain dalam perjanjian ini!” jawab Felix, sambil menyerahkan sebuah kertas dan pena. “Baik, tunggu sebentar!” Setelah selesai, Felix menerima kembali kertas tersebut, dan membaca isi dari perjanjian yang ditulis tangan oleh Hellena. Selain syarat-syarat yang diajukan tadi, wanita itu juga menambahkan syarat yang lain. “Tidak boleh ada kontak fisik, tidak boleh bersikap kasar, tidak boleh dekat dengan wanita manapun, dan tidak boleh melarang pihak kedua dalam melakukan apapun, selama itu tidak melanggar syarat dari pihak pertama.” Felix membaca syarat tambahan dari Hellena. Felix menaikan sebelah alis, bagaimana bisa pria dan wanita yang sudah menikah tidak melakukan kontak fisik. “Kenapa tidak boleh ada kontak fisik? Kau istriku!” “Hanya ISTRI KONTRAK, harap ingat itu!” Hellena menekankan kata istri kontrak, mencoba mempertahankan harga dirinya. “Aku punya rekaman CCTV saat Kau menyerangku untuk menidurimu, Hellena. Di sini bukan Kau yang mengatur, tapi aku!” Hellena terintimidasi pada tatapan tajam pria yang telah resmi menjadi suaminya itu, “Kau!” Raut ketegangan terlihat di wajah lesu Hellena. Keduanya jadi bersitegang, karena sama-sama keras kepala dan berpegang teguh pada ego masing-masing. Felix menatap tajam wanita di depannya, tetapi dia sangat terkejut karena ternyata Hellena tidak bisa diintimidasi oleh tatapannya. “Tambahkan saja poin, kontak fisik terjadi untuk keadaan mendesak. Tidak ada tawar menawar lagi!” dengus Felix. “Baiklah Tuan!” Cuma jawaban singkat dan tatapan dingin yang Hellena berikan. “Berbicaralah dengan nyaman, Aku bukan atasanmu!” Felix memijat kening, emosinya benar-benar terkuras untuk menghadapi wanita di depannya, tetapi dia berusaha untuk meredamnya. Kalimat sederhana tersebut mampu menggelitik hati Hellena, wanita itu memperhatikan Felix yang sedang membubuhkan tanda tangan di kedua lembar kertas. Pria itu memberikan kertas kepada Hellena selembar, dan dia memegang satunya lagi. Belum selesai mereka berbincang, suara bel pintu berdenting. “Biar aku yang membuka pintu.” Hellena buru-buru berucap, sebelum bibir Felix terbuka. “Sayang, kenapa Kau mengunci pintu ---?” Seorang wanita muda berdiri mematung di depan pintu. Dia sangat terkejut, memandang Hellena yang baru saja membukakan pintu. “Siapa Kau! Mana Felix?” Tanpa menunggu jawaban dari Hellena, wanita tersebut langsung menerobos masuk tanpa pedulikan sang tuan rumah yang berdiri mematung, melihat tamunya yang tidak tau sopan santun. “Sayang,” wanita itu langsung berlari kecil menghampiri Felix, dan hendak memeluknya, akan tetapi Felix langsung berdiri dan menatapnya tajam. “Mau apa Kau kemari?” tanya Felix dingin. Wanita tersebut tersenyum manis, sambil bergelayut manja di lengan Felix. Pria itu mencoba menepis tangannya tetapi bukannya terlepas, tapi malah semakin erat pelukan wanita itu pada tangannya. “Siaa wanita itu Tuan?” Hellena menunjuk wanita yang ada di sebelah Felix. “Aku bisa jelaskan ---” “Hei, Kau pembantu baru, tidak kenal Aku? Aku istri Felix, Queen Hilton!” wanita itu lebih dulu menjawab Hellena, sebelum Felix sempat menyelesaikan ucapannya. “Is … tri?” Terbata Hellena mengulang ucapan wanita itu, dengan mata yang terbelalak kaget. Terkejut sudah pasti, tetapi Hellena berharap itu hanyalah kebohongan. Istri? Bagaimana bisa wanita itu menjadi istri Felix, sedangkan yang baru saja mendaftarkan pernikahan di Catatan Sipil bersama pria tersebut adalah dirinya?Wanita yang bernama Queen tersebut melerai pelukannya pada lengan Felix, lalu menatap wajah dingin pria itu dengan senyum manis di bibirnya, "Bukankah kita mau pergi keluar kota bersama, untuk bulan madu?"'Deg!' Jantung Hellena bagai disambar petir hingga hancur berkeping-keping, saat mendengar suaminya akan pergi bersama dengan wanita lain, untuk bulan madu. "Pergi bulan madu? Apa maksudnya ini?""Lebih baik Kau pergi sekarang Queen, sebelum kesabaranku habis!" ucap Felix pelan dengan ekspresi yang sangat dingin. Lalu pandangan pria itu beralih pada Hellena, "Aku bisa jelaskan - - -""Memangnya apa yang salah, jika suami istri pergi bersama untuk bulan madu?" Queen segera memotong ucapan Felix, hal ini membuat hati Hellena semakin sakit.Felix menatap nyalang wanita di sampingnya dengan raut wajah yang semakin dingin, dan tangan terkepal erat. Sungguh, pria tersebut tidak habis pikir dengan sikap Queen yang sangat tidak tau malu. Sementara Hellena hanya menatap mereka berdua, dengan
“Aku tidak mengizinkanmu pergi sebelum memastikan benihku membuahi rahimmu atau tidak!” Felix yang mengenakan kemeja formal putih berhasil mengejar Hellena dan menghampiri wanita itu. Alasan terdengar konyol hingga membuat Hellena terkekeh dalam keadaan menangis. Tenggorokan rasanya tercekat untuk menjawab perkataan Felix. Pria itu memandang dengan wajah dingin dan abai, yah, bukankah dari awal memang sudah tidak ada kehangatan. Hellena terlalu banyak berkhayal bahagia hingga tidak sadar masuk perangkap pria tidak berperasaan sekejam iblis. “Mari kita buat penawaran, Hellena. Aku menikahimu bukan karena alasan romantis jatuh cinta. Aku tidak menyukaimu sedikit pun kecuali saat kita berhubungan badan. Yeah, benar saat itu terasa menakjubkan.” Mata Hellena melebar mendengar penuturan vulgar Felix, di mana lelaki itu berbicara tanpa peduli sedang berdiri di trotoar jalan. “Aku hanya ingin membuat kakekku berhenti menjodohkan diriku dengan wanita pilihannya.” “Mari kita bercerai dan
Pria tua tersebut masih tertawa sambil terus mengejek Felix, dengan sombongnya dia mengeluarkan ponselnya dan menelpon polisi, “Maaf mengganggu, saya hanya ingin Anda membantu untuk menangani seorang yang ada di kota yang Anda jaga ini!” Setelah menelpon, pria tua itu menatap nyalang Felix. Dengan senyum menghina dia berkata, “Kita lihatlah, sebentar lagi polisi akan menangkapmu, dan kau akan hancur karena aku tidak akan membiarkan orang miskin sepertimu bebas dengan mudah!”Felix tidak merespon ucapan pria tersebut, dia masih berdiri dengan tenang di samping Hellena, matanya menatap tajam pria bodoh di depannya. Sementara Hellena terlihat semakin cemas.“Mana yang katanya panggil orang untuk membereskan aku? Nyatanya sampai sekarang tidak ada satupun yang datang. Dasar bodoh! Kau pikir sandiwaramu itu sudah hebat sekali ya?” pria tua itu kembali tertawa, menganggap lucu Felix yang berpura-pura menelpon seseorang. “waktumu sudah habis, cepat pergi dan serahkan jalang itu padaku sebelu
"Bereskan mereka dari hadapanku!" Felix tidak menjawab salam dari sang Inspektur, melainkan langsung memerintahkan untuk menangkap sang juragan bersama bodyguardnya, dengan tatapan yang terus menyorot tajam ke arah orang-orang yang sudah merendahkannya tadi."Baik, Tuan Alexander!" Dengan patuh, Inspektur langsung memerintahkan anak buahnya untuk menangkap juragan dan bodyguardnya."Hei, apa-apaan ini! Kenapa jadi aku yang ditangkap? Yang membuat keributan pria miskin dan jalang itu, mereka yang seharusnya ditangkap!" Bentak juragan, seraya mengacungkan jari telunjuk ke arah Felix dan Hellena.Melihat pria tua yang melakukan perlawanan, sang Inspektur mendekat. Dengan tegas lalu berkata, "Semua bukti kejahatan yang Kau lalukan sudah berada di tanganku, Pak Tua! Jadi bersikaplah baik dan jangan melawan!" Setelah berbicara demikian, sang Inspektur langsung mengarahkan pandangannya ke anak buah, "Bawa mereka!"Dengan cepat, anak buah Inspektur menangkap juragan dan anak buahnya. Meskipun
Hellena memejamkan matanya untuk menahan air yang akan keluar dari pelupuk matanya. Wanita itu tidak ingin menangis di depan Felix, walaupun hatinya sakit bagai tercabik-cabik, mendengar ucapan dari pria yang sudah menikahinya.Felix melirik wanita di sampingnya, yang sedang tidur membelakangi. Perlahan pria itu bangkit, dan berlalu ke kamar mandi. Tanpa butuh waktu lama, sudah keluar dari kamar mandi dengan wajah yang terlihat lebih segar. Sejenak Felix menatap punggung Hellena, tetapi setelahnya berlalu keluar kamar hotel, tanpa memperdulikan wanita yang sudah memberikannya kepuasan."Marck, bereskan dua jalang itu! Ingat, mereka harus keluar dari rumah itu hari ini juga!" Felix menghubungi seseorang, setelah sampai di luar kamar."Siap Tuan!" jawaban singkat dari seberang telpon.Tanpa banyak bicara lagi, Felix langsung mematikan sambungan telponnya. Tangannya menggenggam erat ponsel, tatapannya dingin tanpa ekspresi. Setelah sejenak berusaha menenangkan diri, akhirnya Felix memili
"Kita pergi sekarang!" Ajak Felix datar tanpa ekspresi.Setelah murka dan memberi pelajaran kepada Sonya, yang sudah berani menampar Hellena di depannya, pria itu segera menghubungi bawahannya untuk segera mengusir Sonya dan Clarissa dari rumah tersebut. Felix berpikir harus gerak cepat, karena dirinya tidak punya banyak waktu untuk meninggalkan pekerjaan."Kemana?" tanya Hellena bingung."Ke kota, aku akan mengajak kau bertemu kakek!""Tidak! Aku tidak mau ikut kau kembali. Aku akan tinggal di sini!" Bantah Hellena cepat.Felix menatap tajam Hellena, emosinya kembali naik karena penolakan Hellena. "Siapa yang mengijinkan Kau tinggal di sini?"Felix yang sudah berjalan beberapa langkah di depan Hellena, kini berbalik arah lalu berjalan mendekati wanita itu. Dengan kasar Felix mencengkram dagu Hellena, sampai wanita itu merintih kesakitan."Akh! Sakit ... Tolong lepaskan." "Aku tidak suka dibantah bitch! Ingat Kau hanya istri kontrak, yang bisa aku buang kapan pun aku bosan!"Dengan k
Mendengar ucapan Hellena, membuat Felix semakin marah, dengan cepat dia mencekik leher wanita itu, membuat Hellena hampir kehabisan napas, dengan mata membelalak. "Kau mau mati kan? Aku kabulkan permintaanmu!"Hellena tidak menjawab ucapan Felix, selain napasnya yang hampir habis, Hellena juga tidak mau memohon. Wanita itu cuma memejamkan mata, pasrah dengan apa yang akan terjadi pada dirinya, hal itu membuat emosi Felix semakin tak terkendali."Minta ampun dan tarik kembali kata-katamu, maka aku akan membiarkan kau hidup!" Dengan mata yang memerah karena marah, Felix terus mencekik leher Hellena tanpa ampun.Hellena hanya menggeleng sebagai jawabannya, membuat Felix frustasi dan melepaskan tangannya dari leher Hellena. "Asal kau tau bitch, Kau satu-satunya wanita yang berani merayuku hingga naik ke ranjang, karena itu aku akan menghukum kau dengan apa yang sudah kau lakukan padaku!"Pria itu bangkit dari atas tubuh Hellena dan berlalu ke kamar mandi dengan wajah yang terlihat menyimp
Felix yang cemas, dengan cepat menghubungi Dokter pribadinya, tetapi karena Felix dan Hellena masih di luar kota, maka sang Dokter pribadi membantu Felix untuk menelpon temannya supaya datang ke hotel tempat Felix dan Hellena menginap."Bagaimana kondisinya Dokter?" Felix dengan cepat bertanya, saat sang Dokter selesai memeriksa Hellena."Tidak ada yang perlu dikhawatirkan Tuan, Nyonya cuma kelelahan dan tertekan saja. Sepertinya Nyonya terlalu banyak pikiran akhir-akhir ini.""Tapi kenapa dia belum sadar juga Dokter?""Biarkan Nyonya istirahat dulu Tuan, nanti dia akan bangun sendiri.""Oh, begitu ya Dokter?""Betul Tuan, Saya tuliskan dulu resep obat untuk Nyonya."Felix tidak lagi menjawab ucapan sang Dokter. Dia hanya duduk dan memperhatikan Dokter tersebut menuliskan resep obat untuk Hellena."Ini resepnya Tuan, semoga Nyonya cepat sembuh.""Terima kasih." Tetap dengan wajah datar dan dingin."Sama-sama Tuan, saya permisi."Tanpa menjawab, Felix mengantar sang Dokter sampai ke pi
"Apa ...?" Pekik Hellena, sungguh demi apapun wanita itu sangat terkejut mendengar ucapan Felix."Apa masih kurang jelas, apa yang aku katakan tadi?" dengus Felix kesal. "Tidak perlu berteriak seperti itu, bukankah ini yang kau mau, agar bisa terus menjadi istriku?""Aku tidak sepicik itu!" dengus Hellena. "Lagian selama ini kau yang selalu memaksaku, bahkan kay seperti orang kesetanan saat memaksaku!" Lanjutnya lagi.Felix terdiam, benar apa yang Hellena katakan. Selama ini dia yang selalu memaksakan kehendaknya, bahkan dia seringkali berlaku kasar terhadap Hellena, jika wanita itu menolaknya. Pikiran Felix berkelana ke masa awal pertemuannya dengan wanita itu, hingga akhirnya menikah dengannya. Dan selama dua bulan pernikahan, Felix tidak pernah melewatkan satu malam pun untuk tidak menyentuh istri kontraknya tersebut, kecuali jika saat Hellena kedatangan tamu bulanan.Felix berdiri lalu berkata, "Kau urus saja anak itu jika kau menginginkannya, asal jangan merepotkan aku!" ujar Fel
Berkali-kali Felix memanggil Hellena, tetapi masih saja tidak ada jawaban dari dalam kamar tersebut. Hal itu menimbulkan rasa khawatir dalam hati pria itu. “Elle, buka pintunya!” teriak Felix.Masih juga tak ada pergerakan dari dalam sehingga Felix memutuskan mendobrak pintu tersebut. Sekali dobrak pintu belum berhasil dibuka, dua kali, tiga kali, hingga ke enam kalinya barulah pintu berhasil dibuka.Begitu pintu terbuka, Felix melihat wanita yang dari tadi di panggil tapi tidak ada jawaban, ternyata sedang berdiri termenung di dekat jendela dengan tatapan kosong. “Elle, apa yang terjadi padamu? Dari tadi aku memanggilmu, apa kau tuli sampai tidak mendengar teriakanku? Atau kau bisu sampai tidak bisa menjawab panggilanku?” bentak Felix antara marah dan khawatir.Hellena masih tak bergeming di tempatnya, membuat Felix semakin marah karena sudah dibuat khawatir oleh wanita itu. “Jawab Elle!” teriaknya penuh amarah.Masih tidak ada respon dari Hellena, membuat emosi Felix mencapai puncak
Paginya Hellena bangun lebih cepat dari pada Felix. Dengan cepat dia menyiapkan sarapan untuk Felix dan dirinya. Tidak butuh waktu lama untuknya menyiapkan semuanya, hanya dalam waktu sekitar tiga puluh menit, wanita itu sudah menyelesaikan semuanya.Bergegas Hellena kembali ke kamar, untuk membangunkan Felix dan juga membersihkan dirinya. Tapi ketika baru saja memasuki kamar, wanita itu terpaku, melihat Felix yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya."Hari ini aku akan ke luar kota, mungkin untuk dua atau tiga hari. Jangan kemana-mana tanpa ijin dariku!" ucap Felix dingin, memperingati Hellena."Kenapa mendadak?" tanya Hellena takut-takut."Apa masalah buat kau?" Tanya Felix dengan tatapan mengintimidasi."Tidak!""Baguslah!"Tanpa bicara lagi, Felix segera keluar kamar, dengan koper kecil di tangannya. Sementara Hellena segera masuk ke kamar mandi untuk mandi. Hanya butuh waktu sebentar bagi Hellena untuk mandi.Setelah berganti pakaian, dan memoles make up tipis-tipis, Hellena sege
Malamnya, sesuai janji Alice akan membawa Hellena ke tempat kerjanya. Sebelum berangkat Alice mendandani sahabatnya itu secantik mungkin."Kau pakai gaun ini Len," Alice memberikan gaun cantik tanpa lengan, berwarna peach dengan panjang selutut. Tidak terlalu seksi, dan sangat cantik dipakai oleh Hellena. Akan tetapi, Hellena yang belum pernah memakai gaun justru merasa tidak nyaman dengan penampilan barunya."Alice, aku tidak nyaman dengan pakaian ini." ucap Hellena pelan, merasa tak enak hati pada Alice."Kau harus belajar untuk tampil cantik Len, dengan begitu akan mudah mendapatkan pekerjaan."Hellena terdiam, dia berusaha mencerna ucapan Alice. Mungkin memang benar kalau kerja di kota harus berpenampilan cantik, karena itu Hellena akan berusaha untuk merubah penampilannya."Kita berangkat sekarang." Alice segera mengajak Hellena untuk pergi ke tempatnya bekerja."Apa aku akan langsung dapat kerjaan?" tanya Hellena, memecah kebisuan di antara keduanya."Tentu saja, aku sudah mere
Hellena berbaring di tempat tidurnya, matanya menerawang menatap langit-langit kamar tersebut. "Seandainya ibu dan Clarissa tidak berbuat ulah, aku tidak akan terjebak dalam situasi ini. Masa depan yang tidak jelas karena kawin kontrak ini." gumam Hellena.Flashback on"Jadi benar bu kalau besok Juragan akan datang untuk menikahi Hellena?" tanya Clarissa kepada ibunya.Sementara di balik pintu ada seorang gadis yang tidak sengaja sedang mendengarkan obrolan ibu dan anak tersebut. "Apa maksud mereka? Juragan siapa?" gumam gadis di balik pintu."Benar Sayang, ibu sudah memastikan kepada Juragan. Dan kau tau Clarissa? Juragan bersedia memberi kita uang lima ratus juta dan juga hutang-hutang kita dianggap lunas olehnya." Sonya sebagai ibu kandung Clarissa, membenarkan pertanyaan sang anak. Dengan wajah berseri-seri, Sonya menceritakan kesepakatan antara dirinya dengan juragan kaya di daerahnya tersebut. Clarissa membelalakkan matanya, seolah tidak percaya dengan ucapan ibunya."Ibu seriu
Menjelang jam makan siang Hellena, Hellena segera pergi ke dapur. Dia ingin memasak untuk makan siang Felix, karena dia paham benar kebiasaan Felix yang akan pulang untuk makan siang di rumah.“Aku akan memulai dengan memanjakan lidahnya, semoga dengan cara ini pelan-pelan bisa membuatnya jatuh cinta padaku!” gumam Hellena , sambil memilih beberapa jenis bahan-bahan yang akan dia masak untuk suami kontraknya.Dengan cekatan Hellena mengeksekusi semua bahan masakan yang sudah dia pilih, untuk disulap menjadi makanan yang lezat untuk disantap. Sambil bersenandung pelan Hellena fokus memasak, melupakan sejenak pahitnya hidup yang telah menorehkan luka.Tanpa Hellena sadari, ada sepasang mata yang menatapnya tajam dari arah pintu dapur. “Wanita aneh!” gumam Felix, yang sedari tadi memperhatikan Hellena yang sedang sibuk di dapur dengan senandung riangnya. Tanpa menyapa, pria itu langsung berbalik pergi menuju kamarnya. Felix segera membersihkan dirinya, karena tidak ada niat untuk kembal
Felix mengerjap, matanya terasa silau oleh sinar matahari yang menerobos masuk lewat jendela. Secepat kilat dia bangun dari tidurnya dan hendak pergi ke kamar mandi. Dia harus cepat-cepat pergi ke perusahaan, karena pagi ini ada meeting penting."Akh ... Kenapa kepalaku pusing sekali?" Baru saja Felix hendak berdiri, tetapi badannya limbung dan akhirnya kembali terduduk di tepi ranjang."Sial! Ini semua gara-gara minuman laknat itu!" Gumamnya lagi. Kepalanya menengok ke kanan dan kiri, matanya awas mencari sesuatu. "Di mana wanita itu?"Ya, Hellena yang sedang Felix cari, karena sejak dia terbangun, wanita itu sudah tidak ada di kamar tersebut. Semalam, saat Felix pulang dalam keadaan mabuk sehingga mulutnya menceracau tidak jelas, membuat Hellena mengambil keputusan untuk tidur di sofa ruang tamu.Hellena tidak mau tidur satu kamar dengan Felix yang sedang mabuk, ditambah lagi mulutnya yang terus memanggil nama wanita lain. Meskipun belum ada cinta dalam hatinya, tapi rasa sakit itu
Felix keluar dari kamar dengan wajah yang terlihat segar. Pria itu berjalan menuju pintu dan melewati Hellena begitu saja, seolah tak terlihat. “Aku pergi, tidak usah menunggu karena aku belum tentu akan pulang! Tapi ingat, jangan coba-coba pergi tanpa ijin dariku!”Setelah di ambang pintu, Felix baru berbicara pada Hellena, tanpa mau menatap wanita itu. Hellena tidak menjawab ucapan pria yang bergelar suami tersebut, sungguh hatinya terasa hancur. Awalnya Hellena berharap hanya akan menikah sekali seumur hidupnya, hingga saat terjebak kawin kontrak dengan Felix, dia masih berharap aka nada perasaan yang tumbuh di antara mereka. Tapi sekarang, semua sudah tidak mungkin lagi, selain kakek Cristian yang tidak setuju dengan pernikahan mereka, masih ada Queen yang dijodohkan dengan Felix. Dan kenyataan yang paling menyakitkan adalah ada satu nama wanita lain dalam hati Felix yang tidak mungkin bisa digeserkan oleh seorang Hellena.“Aku yang salah karena sudah terlalu berharap pada kebaika
"Aku ingin pergi sejauh mungkin, ke suatu tempat yang tak seorangpun mengenali." Wajah datar Hellena sudah mewakili perasaannya. Ya, Hellena ingin pergi menjauh dari Felix. Hellena hanya ingin hidup tenang dan nyaman, bukan kehidupan yang seperti saat ini dia jalani."Kau pikir akan mampu?" Felix meremehkan Hellena, karena menurutnya Hellena hanya gadis kampung yang tidak tau apa-apa."Aku yakin dengan diriku sendiri!"Perlahan Felix mendekatkan wajahnya ke wajah sang istri. Perlahan dia berbisik, "Sayangnya aku tidak akan memberimu kesempatan untuk itu!"Hellena mengepalkan tangannya, sungguh Hellena sudah sangat muak berada di dekat pria yang suka menyiksa itu. Hellena tidak mau berdebat lagi dengan Felix, karena ujung-ujungnya Hellena akan tetap kalah."Kita pergi dari sini!" ucap Felix, tegas dan mengintimidasi.Hellena tidak merespon ucapan Felix lagi, dia memilih diam dan menurut saat Felix menggenggam tangannya, dan membawa pergi dari rumah sakit tersebut.Felix terus menggengg