Pria tua tersebut masih tertawa sambil terus mengejek Felix, dengan sombongnya dia mengeluarkan ponselnya dan menelpon polisi, “Maaf mengganggu, saya hanya ingin Anda membantu untuk menangani seorang yang ada di kota yang Anda jaga ini!” Setelah menelpon, pria tua itu menatap nyalang Felix. Dengan senyum menghina dia berkata, “Kita lihatlah, sebentar lagi polisi akan menangkapmu, dan kau akan hancur karena aku tidak akan membiarkan orang miskin sepertimu bebas dengan mudah!”
Felix tidak merespon ucapan pria tersebut, dia masih berdiri dengan tenang di samping Hellena, matanya menatap tajam pria bodoh di depannya. Sementara Hellena terlihat semakin cemas. “Mana yang katanya panggil orang untuk membereskan aku? Nyatanya sampai sekarang tidak ada satupun yang datang. Dasar bodoh! Kau pikir sandiwaramu itu sudah hebat sekali ya?” pria tua itu kembali tertawa, menganggap lucu Felix yang berpura-pura menelpon seseorang. “waktumu sudah habis, cepat pergi dan serahkan jalang itu padaku sebelum polisi datang menangkapmu!” Benar saja, mobil polisi berhenti di dekat rumah itu. Dua orang turun lalu menghampiri si tua gendut. Senyum menyeringai sinis tergambar puas di wajah Sonya dan Clarissa. Kedua ibu dan anak tersebut merasa si atas angin. “Kalian akan habis!” bisik Clarissa, sang adik tiri yang merasa senang. Penderitaan Hellena adalah kebahagiaan untuknya. Felix masih bersikap tenang tanpa terprovokasi oleh pria tua tersebut. Sekilas Felix melihat ke Hellena, lalu kembali lagi menatap tajam pria tua itu, Sonya sang ibu tiri dan juga Clarissa sang adik tiri Hellena secara bergantian. “Pemuda itu meremehkan diriku, dan jalang itu tidak mau membayar hutangnya lalu membuat ribut!” Si tua bangka sialan itu mengoceh di hadapan polisi. “Baik, kami mengerti.” Seorang polisi menjawab. “Hei, kalian. Ikut kami ke kantor polisi!” Salah seorang polisi menarik paksa Hellena untuk dimasukkan ke dalam mobil. Salah seorang lagi lalu mendorong Felix. “Aku tidak berhutang padanya!" Memang Hellena tidak pernah berhutang kepada juragan tersebut, karena sang ibu tiri lah yang telah berhutang banyak, demi untuk memenuhi gaya hidup anak kandungnya. Sejak ayahnya meninggal, kedua ibu dan anak tersebut selalu bersikap semena-mena terhadap Hellena. “Lepaskan, beraninya kalian menyentuhku!” Felix menepis tangan polisi itu. Mendengar Felix yang hanya berkata seperti itu, seketika ketiga orang yang ditatap Felix itu tertawa. “Hei bodoh, Kau pikir siapa yang akan mendengarkan pria miskin sepertimu ha? Khayalanmu terlalu tinggi bajingan!” teriak Sonya geram. “Hellena, Kau itu terlalu bodoh! Sudah jelas-jelas akan dinikahi orang kaya, tapi kau malah memilih dengan orang miskin seperti dia!” Clarissa bersungut-sungut sambil menunjuk ke arah Felix. “Kau dengar kan jalang? Ibu sama kakakmu saja lebih suka aku yang menikahimu, bukan pria miskin dan bau sepertinya!” pria tua tersebut tak mau kalah untuk menghina Felix, sementara yang dihina masih tetap berdiri dengan tenang, sambil terus menggenggam tangan Hellena. “Kenapa Kau diam saja bajingan! Kau mulai takut kan sekarang?” emosi pria tua itu sudah meluap-luap, karena Felix yang hanya diam saja tanpa mau merespon ucapannya. Dengan langkah lebar pria tua itu mendekati Felix, dan langsung mengayunkan tinjunya hendak memukul pria tampan tersebut. “Berani memukulku, Kau akan mati saat ini juga!” tegas Felix, sambil mencengkram tangan sang juragan dengan sangat kuat, sehingga bandot tua itu meraung kesakitan. Di saat situasi semakin tegang, tiba-tiba datang beberapa mobil mewah yang langsung berhenti di depan rumah tersebut. Semua orang tercengang dengan pemandangan tersebut, kecuali Felix yang tetap dengan ekspresi dinginnya. Beberapa pria berbadan tegap dengan pakaian serba hitam turun dari mobil mewah tersebut, membuat sang juragan mengernyit bingung melihat kedatangan orang-orang tersebut. Tapi itu hanya sebentar, karena sedetik kemudian bibirnya menyunggingkan senyum lebar, ketika melihat seorang pria berseragam dengan pangkat Inspektur ikut turun dari salah satu mobil mewah tersebut. "Kau lihatlah, Pak Inspektur sendiri yang ikut turun tangan untuk menangkap kau dan jalang itu!" Sarkas sang juragan, dengan penuh percaya dirinya, dengan wajah angkuh dia menghempaskan tangan Felix yang masih mencengkram lengannya. Dengan langkah lebar, pria tua itu menghampiri sang Inspektur dan menyambutnya dengan penuh rasa hormat. "Selamat datang Inspektur, terima kasih Anda sudah datang ke sini." Dengan badan sedikit membungkuk, juragan tersebut memberi salam. Akan tetapi sang Inspektur tidak melihat sedikitpun ke arahnya, Pria berseragam tersebut justru dengan tergesa melangkah ke arah Felix yang masih berdiri di tempat dengan wajah yang sangat datar. "Selamat siang Tuan Alexander, maaf Saya datang terlambat." 'Deg!' Juragan terkejut melihat sikap hormat sang Inspektur terhadap Felix, begitu juga dengan Sonya dan Clarissa yang hanya bisa terpaku dengan pemandangan tersebut."Bereskan mereka dari hadapanku!" Felix tidak menjawab salam dari sang Inspektur, melainkan langsung memerintahkan untuk menangkap sang juragan bersama bodyguardnya, dengan tatapan yang terus menyorot tajam ke arah orang-orang yang sudah merendahkannya tadi."Baik, Tuan Alexander!" Dengan patuh, Inspektur langsung memerintahkan anak buahnya untuk menangkap juragan dan bodyguardnya."Hei, apa-apaan ini! Kenapa jadi aku yang ditangkap? Yang membuat keributan pria miskin dan jalang itu, mereka yang seharusnya ditangkap!" Bentak juragan, seraya mengacungkan jari telunjuk ke arah Felix dan Hellena.Melihat pria tua yang melakukan perlawanan, sang Inspektur mendekat. Dengan tegas lalu berkata, "Semua bukti kejahatan yang Kau lalukan sudah berada di tanganku, Pak Tua! Jadi bersikaplah baik dan jangan melawan!" Setelah berbicara demikian, sang Inspektur langsung mengarahkan pandangannya ke anak buah, "Bawa mereka!"Dengan cepat, anak buah Inspektur menangkap juragan dan anak buahnya. Meskipun
Hellena memejamkan matanya untuk menahan air yang akan keluar dari pelupuk matanya. Wanita itu tidak ingin menangis di depan Felix, walaupun hatinya sakit bagai tercabik-cabik, mendengar ucapan dari pria yang sudah menikahinya.Felix melirik wanita di sampingnya, yang sedang tidur membelakangi. Perlahan pria itu bangkit, dan berlalu ke kamar mandi. Tanpa butuh waktu lama, sudah keluar dari kamar mandi dengan wajah yang terlihat lebih segar. Sejenak Felix menatap punggung Hellena, tetapi setelahnya berlalu keluar kamar hotel, tanpa memperdulikan wanita yang sudah memberikannya kepuasan."Marck, bereskan dua jalang itu! Ingat, mereka harus keluar dari rumah itu hari ini juga!" Felix menghubungi seseorang, setelah sampai di luar kamar."Siap Tuan!" jawaban singkat dari seberang telpon.Tanpa banyak bicara lagi, Felix langsung mematikan sambungan telponnya. Tangannya menggenggam erat ponsel, tatapannya dingin tanpa ekspresi. Setelah sejenak berusaha menenangkan diri, akhirnya Felix memili
"Kita pergi sekarang!" Ajak Felix datar tanpa ekspresi.Setelah murka dan memberi pelajaran kepada Sonya, yang sudah berani menampar Hellena di depannya, pria itu segera menghubungi bawahannya untuk segera mengusir Sonya dan Clarissa dari rumah tersebut. Felix berpikir harus gerak cepat, karena dirinya tidak punya banyak waktu untuk meninggalkan pekerjaan."Kemana?" tanya Hellena bingung."Ke kota, aku akan mengajak kau bertemu kakek!""Tidak! Aku tidak mau ikut kau kembali. Aku akan tinggal di sini!" Bantah Hellena cepat.Felix menatap tajam Hellena, emosinya kembali naik karena penolakan Hellena. "Siapa yang mengijinkan Kau tinggal di sini?"Felix yang sudah berjalan beberapa langkah di depan Hellena, kini berbalik arah lalu berjalan mendekati wanita itu. Dengan kasar Felix mencengkram dagu Hellena, sampai wanita itu merintih kesakitan."Akh! Sakit ... Tolong lepaskan." "Aku tidak suka dibantah bitch! Ingat Kau hanya istri kontrak, yang bisa aku buang kapan pun aku bosan!"Dengan k
Mendengar ucapan Hellena, membuat Felix semakin marah, dengan cepat dia mencekik leher wanita itu, membuat Hellena hampir kehabisan napas, dengan mata membelalak. "Kau mau mati kan? Aku kabulkan permintaanmu!"Hellena tidak menjawab ucapan Felix, selain napasnya yang hampir habis, Hellena juga tidak mau memohon. Wanita itu cuma memejamkan mata, pasrah dengan apa yang akan terjadi pada dirinya, hal itu membuat emosi Felix semakin tak terkendali."Minta ampun dan tarik kembali kata-katamu, maka aku akan membiarkan kau hidup!" Dengan mata yang memerah karena marah, Felix terus mencekik leher Hellena tanpa ampun.Hellena hanya menggeleng sebagai jawabannya, membuat Felix frustasi dan melepaskan tangannya dari leher Hellena. "Asal kau tau bitch, Kau satu-satunya wanita yang berani merayuku hingga naik ke ranjang, karena itu aku akan menghukum kau dengan apa yang sudah kau lakukan padaku!"Pria itu bangkit dari atas tubuh Hellena dan berlalu ke kamar mandi dengan wajah yang terlihat menyimp
Felix yang cemas, dengan cepat menghubungi Dokter pribadinya, tetapi karena Felix dan Hellena masih di luar kota, maka sang Dokter pribadi membantu Felix untuk menelpon temannya supaya datang ke hotel tempat Felix dan Hellena menginap."Bagaimana kondisinya Dokter?" Felix dengan cepat bertanya, saat sang Dokter selesai memeriksa Hellena."Tidak ada yang perlu dikhawatirkan Tuan, Nyonya cuma kelelahan dan tertekan saja. Sepertinya Nyonya terlalu banyak pikiran akhir-akhir ini.""Tapi kenapa dia belum sadar juga Dokter?""Biarkan Nyonya istirahat dulu Tuan, nanti dia akan bangun sendiri.""Oh, begitu ya Dokter?""Betul Tuan, Saya tuliskan dulu resep obat untuk Nyonya."Felix tidak lagi menjawab ucapan sang Dokter. Dia hanya duduk dan memperhatikan Dokter tersebut menuliskan resep obat untuk Hellena."Ini resepnya Tuan, semoga Nyonya cepat sembuh.""Terima kasih." Tetap dengan wajah datar dan dingin."Sama-sama Tuan, saya permisi."Tanpa menjawab, Felix mengantar sang Dokter sampai ke pi
Hellena memilih untuk diam dan memejamkan mata,. Kepalanya terasa sangat pusing, sedangkan darah terus menetes dari keningnya. Felix yang ingin membantu, tapi ditolak oleh Hellena karena masih sakit hati dengan pria itu."Sampai rumah sakit, obati dulu lukamu! Tidak mungkin kau menemui kakek dengan luka itu." Felix akhirnya mengambil keputusan itu, karena Hellena yang tak mau dia sentuh.Hellena masih diam dengan pandangan keluar jendela mobil."Kau dengar Elle?" Felix kembali berbicara, karena Hellena tidak juga menjawab ucapannya."Hmmm," hanya gumaman yang Hellena keluarkan, untuk menjawab ucapan Felix.Felix hanya menatap tajam wanita itu, dia sangat tidak menyukai jawaban seperti itu. Ingin rasanya dia memaki wanita itu, akan tetapi dia harus bersikap baik padanya, agar mau diajak menemui kakek Cristian.Hellena masih terus menatap keluar jendela, malas untuk bertemu pandang dengan Felix. Hatinya terlalu sakit, dengan semua yang Felix ucapkan dan lakukan padanya.Perjalanan menja
"Aku ingin pergi sejauh mungkin, ke suatu tempat yang tak seorangpun mengenali." Wajah datar Hellena sudah mewakili perasaannya. Ya, Hellena ingin pergi menjauh dari Felix. Hellena hanya ingin hidup tenang dan nyaman, bukan kehidupan yang seperti saat ini dia jalani."Kau pikir akan mampu?" Felix meremehkan Hellena, karena menurutnya Hellena hanya gadis kampung yang tidak tau apa-apa."Aku yakin dengan diriku sendiri!"Perlahan Felix mendekatkan wajahnya ke wajah sang istri. Perlahan dia berbisik, "Sayangnya aku tidak akan memberimu kesempatan untuk itu!"Hellena mengepalkan tangannya, sungguh Hellena sudah sangat muak berada di dekat pria yang suka menyiksa itu. Hellena tidak mau berdebat lagi dengan Felix, karena ujung-ujungnya Hellena akan tetap kalah."Kita pergi dari sini!" ucap Felix, tegas dan mengintimidasi.Hellena tidak merespon ucapan Felix lagi, dia memilih diam dan menurut saat Felix menggenggam tangannya, dan membawa pergi dari rumah sakit tersebut.Felix terus menggengg
Felix keluar dari kamar dengan wajah yang terlihat segar. Pria itu berjalan menuju pintu dan melewati Hellena begitu saja, seolah tak terlihat. “Aku pergi, tidak usah menunggu karena aku belum tentu akan pulang! Tapi ingat, jangan coba-coba pergi tanpa ijin dariku!”Setelah di ambang pintu, Felix baru berbicara pada Hellena, tanpa mau menatap wanita itu. Hellena tidak menjawab ucapan pria yang bergelar suami tersebut, sungguh hatinya terasa hancur. Awalnya Hellena berharap hanya akan menikah sekali seumur hidupnya, hingga saat terjebak kawin kontrak dengan Felix, dia masih berharap aka nada perasaan yang tumbuh di antara mereka. Tapi sekarang, semua sudah tidak mungkin lagi, selain kakek Cristian yang tidak setuju dengan pernikahan mereka, masih ada Queen yang dijodohkan dengan Felix. Dan kenyataan yang paling menyakitkan adalah ada satu nama wanita lain dalam hati Felix yang tidak mungkin bisa digeserkan oleh seorang Hellena.“Aku yang salah karena sudah terlalu berharap pada kebaika
"Apa ...?" Pekik Hellena, sungguh demi apapun wanita itu sangat terkejut mendengar ucapan Felix."Apa masih kurang jelas, apa yang aku katakan tadi?" dengus Felix kesal. "Tidak perlu berteriak seperti itu, bukankah ini yang kau mau, agar bisa terus menjadi istriku?""Aku tidak sepicik itu!" dengus Hellena. "Lagian selama ini kau yang selalu memaksaku, bahkan kay seperti orang kesetanan saat memaksaku!" Lanjutnya lagi.Felix terdiam, benar apa yang Hellena katakan. Selama ini dia yang selalu memaksakan kehendaknya, bahkan dia seringkali berlaku kasar terhadap Hellena, jika wanita itu menolaknya. Pikiran Felix berkelana ke masa awal pertemuannya dengan wanita itu, hingga akhirnya menikah dengannya. Dan selama dua bulan pernikahan, Felix tidak pernah melewatkan satu malam pun untuk tidak menyentuh istri kontraknya tersebut, kecuali jika saat Hellena kedatangan tamu bulanan.Felix berdiri lalu berkata, "Kau urus saja anak itu jika kau menginginkannya, asal jangan merepotkan aku!" ujar Fel
Berkali-kali Felix memanggil Hellena, tetapi masih saja tidak ada jawaban dari dalam kamar tersebut. Hal itu menimbulkan rasa khawatir dalam hati pria itu. “Elle, buka pintunya!” teriak Felix.Masih juga tak ada pergerakan dari dalam sehingga Felix memutuskan mendobrak pintu tersebut. Sekali dobrak pintu belum berhasil dibuka, dua kali, tiga kali, hingga ke enam kalinya barulah pintu berhasil dibuka.Begitu pintu terbuka, Felix melihat wanita yang dari tadi di panggil tapi tidak ada jawaban, ternyata sedang berdiri termenung di dekat jendela dengan tatapan kosong. “Elle, apa yang terjadi padamu? Dari tadi aku memanggilmu, apa kau tuli sampai tidak mendengar teriakanku? Atau kau bisu sampai tidak bisa menjawab panggilanku?” bentak Felix antara marah dan khawatir.Hellena masih tak bergeming di tempatnya, membuat Felix semakin marah karena sudah dibuat khawatir oleh wanita itu. “Jawab Elle!” teriaknya penuh amarah.Masih tidak ada respon dari Hellena, membuat emosi Felix mencapai puncak
Paginya Hellena bangun lebih cepat dari pada Felix. Dengan cepat dia menyiapkan sarapan untuk Felix dan dirinya. Tidak butuh waktu lama untuknya menyiapkan semuanya, hanya dalam waktu sekitar tiga puluh menit, wanita itu sudah menyelesaikan semuanya.Bergegas Hellena kembali ke kamar, untuk membangunkan Felix dan juga membersihkan dirinya. Tapi ketika baru saja memasuki kamar, wanita itu terpaku, melihat Felix yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya."Hari ini aku akan ke luar kota, mungkin untuk dua atau tiga hari. Jangan kemana-mana tanpa ijin dariku!" ucap Felix dingin, memperingati Hellena."Kenapa mendadak?" tanya Hellena takut-takut."Apa masalah buat kau?" Tanya Felix dengan tatapan mengintimidasi."Tidak!""Baguslah!"Tanpa bicara lagi, Felix segera keluar kamar, dengan koper kecil di tangannya. Sementara Hellena segera masuk ke kamar mandi untuk mandi. Hanya butuh waktu sebentar bagi Hellena untuk mandi.Setelah berganti pakaian, dan memoles make up tipis-tipis, Hellena sege
Malamnya, sesuai janji Alice akan membawa Hellena ke tempat kerjanya. Sebelum berangkat Alice mendandani sahabatnya itu secantik mungkin."Kau pakai gaun ini Len," Alice memberikan gaun cantik tanpa lengan, berwarna peach dengan panjang selutut. Tidak terlalu seksi, dan sangat cantik dipakai oleh Hellena. Akan tetapi, Hellena yang belum pernah memakai gaun justru merasa tidak nyaman dengan penampilan barunya."Alice, aku tidak nyaman dengan pakaian ini." ucap Hellena pelan, merasa tak enak hati pada Alice."Kau harus belajar untuk tampil cantik Len, dengan begitu akan mudah mendapatkan pekerjaan."Hellena terdiam, dia berusaha mencerna ucapan Alice. Mungkin memang benar kalau kerja di kota harus berpenampilan cantik, karena itu Hellena akan berusaha untuk merubah penampilannya."Kita berangkat sekarang." Alice segera mengajak Hellena untuk pergi ke tempatnya bekerja."Apa aku akan langsung dapat kerjaan?" tanya Hellena, memecah kebisuan di antara keduanya."Tentu saja, aku sudah mere
Hellena berbaring di tempat tidurnya, matanya menerawang menatap langit-langit kamar tersebut. "Seandainya ibu dan Clarissa tidak berbuat ulah, aku tidak akan terjebak dalam situasi ini. Masa depan yang tidak jelas karena kawin kontrak ini." gumam Hellena.Flashback on"Jadi benar bu kalau besok Juragan akan datang untuk menikahi Hellena?" tanya Clarissa kepada ibunya.Sementara di balik pintu ada seorang gadis yang tidak sengaja sedang mendengarkan obrolan ibu dan anak tersebut. "Apa maksud mereka? Juragan siapa?" gumam gadis di balik pintu."Benar Sayang, ibu sudah memastikan kepada Juragan. Dan kau tau Clarissa? Juragan bersedia memberi kita uang lima ratus juta dan juga hutang-hutang kita dianggap lunas olehnya." Sonya sebagai ibu kandung Clarissa, membenarkan pertanyaan sang anak. Dengan wajah berseri-seri, Sonya menceritakan kesepakatan antara dirinya dengan juragan kaya di daerahnya tersebut. Clarissa membelalakkan matanya, seolah tidak percaya dengan ucapan ibunya."Ibu seriu
Menjelang jam makan siang Hellena, Hellena segera pergi ke dapur. Dia ingin memasak untuk makan siang Felix, karena dia paham benar kebiasaan Felix yang akan pulang untuk makan siang di rumah.“Aku akan memulai dengan memanjakan lidahnya, semoga dengan cara ini pelan-pelan bisa membuatnya jatuh cinta padaku!” gumam Hellena , sambil memilih beberapa jenis bahan-bahan yang akan dia masak untuk suami kontraknya.Dengan cekatan Hellena mengeksekusi semua bahan masakan yang sudah dia pilih, untuk disulap menjadi makanan yang lezat untuk disantap. Sambil bersenandung pelan Hellena fokus memasak, melupakan sejenak pahitnya hidup yang telah menorehkan luka.Tanpa Hellena sadari, ada sepasang mata yang menatapnya tajam dari arah pintu dapur. “Wanita aneh!” gumam Felix, yang sedari tadi memperhatikan Hellena yang sedang sibuk di dapur dengan senandung riangnya. Tanpa menyapa, pria itu langsung berbalik pergi menuju kamarnya. Felix segera membersihkan dirinya, karena tidak ada niat untuk kembal
Felix mengerjap, matanya terasa silau oleh sinar matahari yang menerobos masuk lewat jendela. Secepat kilat dia bangun dari tidurnya dan hendak pergi ke kamar mandi. Dia harus cepat-cepat pergi ke perusahaan, karena pagi ini ada meeting penting."Akh ... Kenapa kepalaku pusing sekali?" Baru saja Felix hendak berdiri, tetapi badannya limbung dan akhirnya kembali terduduk di tepi ranjang."Sial! Ini semua gara-gara minuman laknat itu!" Gumamnya lagi. Kepalanya menengok ke kanan dan kiri, matanya awas mencari sesuatu. "Di mana wanita itu?"Ya, Hellena yang sedang Felix cari, karena sejak dia terbangun, wanita itu sudah tidak ada di kamar tersebut. Semalam, saat Felix pulang dalam keadaan mabuk sehingga mulutnya menceracau tidak jelas, membuat Hellena mengambil keputusan untuk tidur di sofa ruang tamu.Hellena tidak mau tidur satu kamar dengan Felix yang sedang mabuk, ditambah lagi mulutnya yang terus memanggil nama wanita lain. Meskipun belum ada cinta dalam hatinya, tapi rasa sakit itu
Felix keluar dari kamar dengan wajah yang terlihat segar. Pria itu berjalan menuju pintu dan melewati Hellena begitu saja, seolah tak terlihat. “Aku pergi, tidak usah menunggu karena aku belum tentu akan pulang! Tapi ingat, jangan coba-coba pergi tanpa ijin dariku!”Setelah di ambang pintu, Felix baru berbicara pada Hellena, tanpa mau menatap wanita itu. Hellena tidak menjawab ucapan pria yang bergelar suami tersebut, sungguh hatinya terasa hancur. Awalnya Hellena berharap hanya akan menikah sekali seumur hidupnya, hingga saat terjebak kawin kontrak dengan Felix, dia masih berharap aka nada perasaan yang tumbuh di antara mereka. Tapi sekarang, semua sudah tidak mungkin lagi, selain kakek Cristian yang tidak setuju dengan pernikahan mereka, masih ada Queen yang dijodohkan dengan Felix. Dan kenyataan yang paling menyakitkan adalah ada satu nama wanita lain dalam hati Felix yang tidak mungkin bisa digeserkan oleh seorang Hellena.“Aku yang salah karena sudah terlalu berharap pada kebaika
"Aku ingin pergi sejauh mungkin, ke suatu tempat yang tak seorangpun mengenali." Wajah datar Hellena sudah mewakili perasaannya. Ya, Hellena ingin pergi menjauh dari Felix. Hellena hanya ingin hidup tenang dan nyaman, bukan kehidupan yang seperti saat ini dia jalani."Kau pikir akan mampu?" Felix meremehkan Hellena, karena menurutnya Hellena hanya gadis kampung yang tidak tau apa-apa."Aku yakin dengan diriku sendiri!"Perlahan Felix mendekatkan wajahnya ke wajah sang istri. Perlahan dia berbisik, "Sayangnya aku tidak akan memberimu kesempatan untuk itu!"Hellena mengepalkan tangannya, sungguh Hellena sudah sangat muak berada di dekat pria yang suka menyiksa itu. Hellena tidak mau berdebat lagi dengan Felix, karena ujung-ujungnya Hellena akan tetap kalah."Kita pergi dari sini!" ucap Felix, tegas dan mengintimidasi.Hellena tidak merespon ucapan Felix lagi, dia memilih diam dan menurut saat Felix menggenggam tangannya, dan membawa pergi dari rumah sakit tersebut.Felix terus menggengg