Katherine membeku sejenak. Melihat sosok yang sangat dia kenali berdiri di hadapannya sekarang. Tidak hanya itu di belakang sosok tersebut, ada dua pelayan wanita berdiri tak jauh dari mereka.Dengan raut wajah muram, Celine pun kembali bertanya. "Kau mau pergi?" Katherine tergugu. Apakah harus berkata jujur pada Celine saat ini. Tapi, jika dia mengatakan sebenarnya, apa Celine memperbolehkan dirinya pergi. Katherine mendadak bimbang. "Kalau kau mau pergi, pergilah. Aku tidak bisa menahanmu, maafkan putraku, karena melukai hatimu." Celine bereaksi lagi saat Katherine tak memberi tanggapan. Wanita yang umurnya sudah tua namun masih terlihat cantik tersebut seakan tahu isi pikiran Katherine saat ini. Katherine sedikit terkejut. Respons Celine tak sesuai dugaannya. Bola mata kelabu itu mulai berkaca-kaca, merasa terharu, karena mertua perempuannya ini ternyata begitu baik dan selalu berpihak padanya."Terima kasih." Tas yang dipegangnya pun langsung terjatuh, Katherine berhamburan mem
Frederick belum juga masuk ke dalam. Namun, sudah kebingungan dengan keadaan kamar sekarang. Mimik mukanya mendadak kesal."Apa dia pergi ke rumah papanya bersama Logan ke rumah." Pikiran Frederick segera tertuju pada Logan. Rasa panas kembali merambah tubuhnya. "Aku harus ke sana!" Frederick membalikkan badan dan seketika pandangannya bertemu pada Logan. Di ujung lorong, lelaki itu berjalan cepat ke arahnya. Dengan raut wajah masam Frederick memutuskan menunggu Logan."Selamat pagi Pangeran, soal semalam aku benar-benar minta maaf. Tidak ada apa pun yang terjadi di antara kami." Sedari malam Logan bertanya-tanya apa yang membuat Frederick marah besar padanya. Dugaan awal, Frederick diterpa cemburu. Melihat ketulusan dari mata Logan. Dalam beberapa detik riak muka Frederick berubah menjadi datar. "Untuk apa kau meminta maaf, sudahlah, tak usah diperpanjang lagi, sekarang di mana Katherine?" tanyanya sangat tak sabaran. Kerutan di kening Logan terukir dengan cepat. Ia kebingungan
Sindiran para bangsawan kembali menyapa telinga Frederick. Terasa sangat panas dan membuat perasaannya semakin tak menentu. Secepat kilat ia mendorong dada Victoria. Namun, wanita itu justru menarik kembali pinggangnya.Frederick mulai kesal. "Victoria sadarlah di sekitar kita ada orang, lepaskan aku!" serunya dengan sorot mata agak dingin. Begitu mendengar perintah, Victoria melepas pelukan dan memandang Frederick dengan raut wajah muram.Setelah itu Frederick mengedarkan pandangan di sekitar. Melihat dan mendengar para bangsawan masih menggunjing dirinya dan Victoria. Frederick ingin menanggapi namun tak ada gunanya membalas perkataan mereka. Tak hanya itu ia pun keheranan, bukannya kemarin sudah memberi perintah kepada para penjaga untuk melarang para bangsawan masuk ke dalam ke istana. Namun, mengapa sekarang bangsawan ada di sekitar. Frederick mengalihkan pandangan ke arah Logan tiba-tiba. "Kemana para penjaga, kenapa membiarkan para bangsawan masuk ke istana," kata Freder
"Suami gila! Kau sama saja seperti Karl!" Lagi, Celine berseru nyaring.Jawaban yang didengar membuat Frederick terdiam dengan bibir terkunci rapat. Rahangnya mulai mengendur, tatapan pun kali ini berubah datar. Frederick mulai menyadari kesalahannya. Tidak salah Celine mengatakan dia suami gila. "Kau lebih mementingkan Victoria dari pada Katherine!" sambung Celine kembali. Saat ini dadanya bergemuruh kuat. Dia tak mengira kedatangan Frederick kemari bukan untuk menanyakan Katherine melainkan mempermasalahkan para bangsawan yang masuk ke istana atas mandatnya tadi pagi. Semua itu Celine lakukan agar Frederick tidak terlena-lena dengan kebersamaannya dengan Victoria. Jadi dia mengirimkan para bangsawan yang suka berjulid dan menggunjing itu. "Aku minta maaf tapi ketahuilah aku dan Katherine ...." Lidah Frederick mendadak sulit digerakkan sekarang. Seolah-olah menyuruhnya untuk tidak memberitahu kebenaran pada Celine jika dia dan Katherine hanya menikah kontrak saja. "Apa? Kau dan
"Katherine!!!" Frederick berteriak kembali hingga urat-urat di sekitar matanya pun muncul. "Kemana kau?!" Ia melangkah tak tentu arah sambil kedua matanya berpendar ke kanan dan ke kiri, masih mencari keberadaan Katherine.Lelaki itu masih meraung histeris hingga membuat para penghuni istana berhamburan mendekati sumber suara, termasuk Celine dan Victoria yang sejak tadi berada di dalam kamar. Sesampainya di sana Victoria terbelalak, lantas dengan cepat menghampiri Frederick."Frederick, kau kenapa?" tanya Victoria keheranan. "Hei kau, perintahkan kepada seluruh pengawal untuk mencari Katherine sekarang!" Alih-alih menanggapi, Frederick malah menunjuk seorang pengawal yang kebetulan berada di sekitar. "Baik Pangeran!" Secepat kilat lelaki bersetelan gelap itu berlari ke depan gerbang. "Sayang, kau kenapa?" Dengan tidak tahu malunya Victoria semakin mendekat, hendak meraih tangan Frederick. Namun, Frederick menepis pergelangan tangannya segera. Victoria lantas terpaku di tempat."J
Kedatangan Victoria membuat Logan langsung terdiam dengan pupil mata melebar sejenak. "Tadi kau bilang apa hah?!" Victoria mendekati Logan lalu berdiri tepat di hadapan lelaki itu. Tangan kanan Frederick itu memilih menundukkan kepala. "Siapa yang memperbolehkan kau masuk Victoria?" Berbeda dengan Frederick. Untuk pertama kalinya sikap lelaki itu berubah terhadap Victoria. Logan merasakan adanya tatapan intimidasi di sekitar. Victoria yang berniat menemui Frederick langsung mengubah ekspresi wajah dan beralih menatap Frederick. Dirinya tak menyangka kedatangannya tak disambut dengan baik. Dia pun heran sendiri mengapa tidak bisa mengontrol emosi saat ini. Bagaimana tidak baru saja masuk ke dalam, sudah mendengar pernyataan dari Logan bila Frederick mencintai Katherine. Tentu saja Victoria merasa was-was dan ketakutan. "Maaf Sayang karena telah lancang masuk ke dalam, dari tadi aku mengetuk pintu tapi kalian tidak mendengar jadi aku masuk, aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu
Di kala Frederick menyesali perbuatannya. Di kala ia merana dan merindukan Katherine. Di lain tempat sosok yang dia sebut namanya, sedang duduk manis di depan rumah sederhana berlapis kayu. Katherine tengah menyambut kedatangan William. Sejak tadi Katherine memandang ke depan dengan tatapan sendu. Berjauhan dengan Frederick membuat dirinya nelangsa. Dia pun sama merindukan lelaki yang tidak peka itu. Hormon kehamilan membuat suasana hatinya mudah berubah-ubah. Katherine kadang kala jengkel pada dirinya sendiri. Masih merindukan lelaki yang sudah melukai hatinya. Tadi pagi, Celine menghubungi dirinya jika sudah memberitahu William atas kepergiannya dari istana. Dari informasi Celine, William tak banyak memberi tanggapan, justru ingin cepat- cepat bertemu dengannya. Dan saat ini William dalam perjalanan menuju ke tempatnya. "Papa!" Katherine spontan berdiri tatkala melihat mobil yang ditumpangi William masuk ke pekarangan rumah. Begitu pintu mobil dibuka, William turun dari mobil.
"Marquis William?" Frederick keheranan melihat William berdiri di hadapannya dengan tangan terkepal erat. Sejak tadi tangan kanannya bergerak di depan wajah William. Sementara William baru saja berkhayal mendaratkan pukulan di wajah Frederick. Bagaimana tidak, sambutan kepadanya di luar dugaan. Di saat Katherine menghilang, Frederick masih bisa tersenyum seperti tadi. Sebagai seorang ayah, sungguh sakit hati William. Lelaki tua itu tak tahu saja, Frederick pun ketar-ketir saat ini. Apakah William sudah mengetahui kepergian Katherine dari istana atau tidak. Namun, untuk sekarang dia berusaha untuk tetap tenang. Akan tetapi, ekspresi William membuatnya makin gelisah. Dia dapat melihat sinar mata William dipenuhi kebencian. William tak menyahut, masih tenggelam dengan imajinasinya. Sampai pada akhirnya Frederick menepuk pelan pundak William."Marquis, Anda tidak apa-apa, 'kan?" tanya Frederick.William lantas tersadar, mengeluarkan dehaman kecil sejenak lalu berkata,"Aku tidak apa-apa