"Katherine!!!" Frederick berteriak kembali hingga urat-urat di sekitar matanya pun muncul. "Kemana kau?!" Ia melangkah tak tentu arah sambil kedua matanya berpendar ke kanan dan ke kiri, masih mencari keberadaan Katherine.Lelaki itu masih meraung histeris hingga membuat para penghuni istana berhamburan mendekati sumber suara, termasuk Celine dan Victoria yang sejak tadi berada di dalam kamar. Sesampainya di sana Victoria terbelalak, lantas dengan cepat menghampiri Frederick."Frederick, kau kenapa?" tanya Victoria keheranan. "Hei kau, perintahkan kepada seluruh pengawal untuk mencari Katherine sekarang!" Alih-alih menanggapi, Frederick malah menunjuk seorang pengawal yang kebetulan berada di sekitar. "Baik Pangeran!" Secepat kilat lelaki bersetelan gelap itu berlari ke depan gerbang. "Sayang, kau kenapa?" Dengan tidak tahu malunya Victoria semakin mendekat, hendak meraih tangan Frederick. Namun, Frederick menepis pergelangan tangannya segera. Victoria lantas terpaku di tempat."J
Kedatangan Victoria membuat Logan langsung terdiam dengan pupil mata melebar sejenak. "Tadi kau bilang apa hah?!" Victoria mendekati Logan lalu berdiri tepat di hadapan lelaki itu. Tangan kanan Frederick itu memilih menundukkan kepala. "Siapa yang memperbolehkan kau masuk Victoria?" Berbeda dengan Frederick. Untuk pertama kalinya sikap lelaki itu berubah terhadap Victoria. Logan merasakan adanya tatapan intimidasi di sekitar. Victoria yang berniat menemui Frederick langsung mengubah ekspresi wajah dan beralih menatap Frederick. Dirinya tak menyangka kedatangannya tak disambut dengan baik. Dia pun heran sendiri mengapa tidak bisa mengontrol emosi saat ini. Bagaimana tidak baru saja masuk ke dalam, sudah mendengar pernyataan dari Logan bila Frederick mencintai Katherine. Tentu saja Victoria merasa was-was dan ketakutan. "Maaf Sayang karena telah lancang masuk ke dalam, dari tadi aku mengetuk pintu tapi kalian tidak mendengar jadi aku masuk, aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu
Di kala Frederick menyesali perbuatannya. Di kala ia merana dan merindukan Katherine. Di lain tempat sosok yang dia sebut namanya, sedang duduk manis di depan rumah sederhana berlapis kayu. Katherine tengah menyambut kedatangan William. Sejak tadi Katherine memandang ke depan dengan tatapan sendu. Berjauhan dengan Frederick membuat dirinya nelangsa. Dia pun sama merindukan lelaki yang tidak peka itu. Hormon kehamilan membuat suasana hatinya mudah berubah-ubah. Katherine kadang kala jengkel pada dirinya sendiri. Masih merindukan lelaki yang sudah melukai hatinya. Tadi pagi, Celine menghubungi dirinya jika sudah memberitahu William atas kepergiannya dari istana. Dari informasi Celine, William tak banyak memberi tanggapan, justru ingin cepat- cepat bertemu dengannya. Dan saat ini William dalam perjalanan menuju ke tempatnya. "Papa!" Katherine spontan berdiri tatkala melihat mobil yang ditumpangi William masuk ke pekarangan rumah. Begitu pintu mobil dibuka, William turun dari mobil.
"Marquis William?" Frederick keheranan melihat William berdiri di hadapannya dengan tangan terkepal erat. Sejak tadi tangan kanannya bergerak di depan wajah William. Sementara William baru saja berkhayal mendaratkan pukulan di wajah Frederick. Bagaimana tidak, sambutan kepadanya di luar dugaan. Di saat Katherine menghilang, Frederick masih bisa tersenyum seperti tadi. Sebagai seorang ayah, sungguh sakit hati William. Lelaki tua itu tak tahu saja, Frederick pun ketar-ketir saat ini. Apakah William sudah mengetahui kepergian Katherine dari istana atau tidak. Namun, untuk sekarang dia berusaha untuk tetap tenang. Akan tetapi, ekspresi William membuatnya makin gelisah. Dia dapat melihat sinar mata William dipenuhi kebencian. William tak menyahut, masih tenggelam dengan imajinasinya. Sampai pada akhirnya Frederick menepuk pelan pundak William."Marquis, Anda tidak apa-apa, 'kan?" tanya Frederick.William lantas tersadar, mengeluarkan dehaman kecil sejenak lalu berkata,"Aku tidak apa-apa
"Kau masih mengatakan rindu aku atau tidak Victoria?!" teriak Frederick dengan napas memburu bak badai di tengah gurun pasir. Pupil mata Victoria kian melebar. Tampak syok dan lidahnya mendadak lumpuh sekarang. "Sayang, pria ini tidak pantas untukmu, akulah yang pantas, mari kita rajut lagi hubungan kita, lihatlah anak kita di rumah merindukanmu," ujar lelaki itu dengan tatapan memelas. Kedua tangannya diborgol di belakang. Sekarang Victoria tak mampu berkata apa-apa lagi.Dia membeku di tempat tanpa mengedipkan mata sejak tadi.Kesunyian menerpa sekitar. Dalam sebulan ini Frederick tidak hanya mencari tahu keberadaan Katherine. Dia juga mencari apa yang terjadi pada Victoria beberapa tahun silam.Berdasarkan informasi dari seorang mata-mata, Frederick mendapatkan kabar mengejutkan bila selama ini Victoria berselingkuh dengan pria lain sampai-sampai wanita itu mengandung. Victoria berpura-pura terjun dari kapal, seolah-olah dia bunuh diri. Padahal tidak.Kala itu, ketika mendengar
Frederick masih mencoba. Mengamati wajah sosok di hadapannya sekarang. Sosok yang sudah lama dia cari-cari, siapa lagi kalau bukan Grace.Grace berdiri mematung, melihat lelaki yang dia hindari dalam beberapa bulan ini.'Aduh bagaimana ini?' batin Grace sejenak, tengah memutar otak agar bisa kabur. "Kau Grace kan? Ternyata kau masih hidup–""Maaf Tuan, sepertinya Anda salah orang! Aku permisi!" Dengan kecepatan cahaya Grace berlari sangat kencang dari Frederick. Frederick membelalakan mata lantas dengan tergesa-gesa mengejar Grace di tengah-tengah kerumuman manusia."Hei Grace berhenti! Mau ke mana kau?!" Entah mengapa perasaannya mulai tertuju pada Katherine sekarang. Frederick menyakini bila Grace saat ini tahu di mana Katherine. Frederick semakin mempercepat langkah kaki namun tiba-tiba Grace hilang dari pandangannya dan hilang di antara kumpulan manusia. "Argh! Sial!" umpat Frederick sambil menoleh ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Grace. Tak jauh dari Frederick berdiri
Frederick dan Logan mengikuti William secara diam-diam dari belakang. Namun, sungguh malang untuk kedua kalinya Frederick kehilangan jejak. William sangat gesit seperti ular. Sesudah masuk gang kecil, ada gang lagi yang dimasuki. Bukan hanya satu melainkan ada empat gang sekaligus. Meskipun begitu Frederick tetap memberi perintah pada Logan dan para pengawalnya mencari William dengan masuk ke semua gang. "Aku yakin Marquis William pasti tahu di mana Katherine!" celetuk Frederick, menyugar sesaat rambut panjangnya tersebut. Frederick sangat frustrasi. Katherine begitu sulit ditemukan, seakan-akan dia selalu diberi hambatan untuk mencari sang istri. Sementara itu, William yang menyadari telah diikuti membuang napas pelan karena telah berhasil melarikan diri dan sekarang dia tengah mengambil rute yang aman untuk sampai ke tempat persembunyian Katherine.Tak berselang lama, William telah sampai di rumah berlapis kayu tersebut dan langsung disambut Sonya serta Katherine di ruang tamu.
Grace dan Xavier mematung di tempat. Melihat Frederick berdiri di hadapan mereka sekarang dalam keadaan basah kuyup.Frederick tak langsung menyapa atau pun melempar senyum. Dia terdiam. Menatap Grace dan Xavier dengan tatapan datar. Akhirnya setelah penantian yang cukup lama. Dia dapat menemukan rumah yang disinyalir tempat persembunyian Katherine. Dan benar saja belum juga dia menggerakkan bibir. Teriakan Katherine dari salah satu ruangan, mengagetkannya. "Grace, Xavier! Bantu aku, aku akan melahirkan sebentar lagi!" pekik Katherine. Pupil mata Frederick semakin melebar. Tanpa bertanya pada Xavier dan Grace. Lelaki itu menyelenong masuk ke dalam rumah dan melangkah cepat menuju sumber suara. Grace dan Xavier bergeming, berdiri tanpa sedikit pun mengedipkan mata. Sedetik kemudian keduanya segera tersadar lantas berlari cepat menuju kamar Katherine. "Katherine!" Bola mata berwarna biru itu semakin membulat. Tatkala melihat sang istri ternyata mengandung dan sebentar lagi akan mel