Grace dan Xavier mematung di tempat. Melihat Frederick berdiri di hadapan mereka sekarang dalam keadaan basah kuyup.Frederick tak langsung menyapa atau pun melempar senyum. Dia terdiam. Menatap Grace dan Xavier dengan tatapan datar. Akhirnya setelah penantian yang cukup lama. Dia dapat menemukan rumah yang disinyalir tempat persembunyian Katherine. Dan benar saja belum juga dia menggerakkan bibir. Teriakan Katherine dari salah satu ruangan, mengagetkannya. "Grace, Xavier! Bantu aku, aku akan melahirkan sebentar lagi!" pekik Katherine. Pupil mata Frederick semakin melebar. Tanpa bertanya pada Xavier dan Grace. Lelaki itu menyelenong masuk ke dalam rumah dan melangkah cepat menuju sumber suara. Grace dan Xavier bergeming, berdiri tanpa sedikit pun mengedipkan mata. Sedetik kemudian keduanya segera tersadar lantas berlari cepat menuju kamar Katherine. "Katherine!" Bola mata berwarna biru itu semakin membulat. Tatkala melihat sang istri ternyata mengandung dan sebentar lagi akan mel
"Tenanglah dulu Nak. Anakmu bersama Papanya sekarang di istana,"ucap Sonya membuat Katherine mulai gelisah. "Ma, kenapa anakku bersama Frederick. Aku ingin ke istana sekarang." Katherine hendak mencabut selang infus di tangan. Namun, Sonya dengan cepat menahan. "Besok saja, tunggu kau pulih. Tubuhmu masih lemah Katherine."Sonya tak menjawab pertanyaan barusan. Katherine semakin resah. Dia belum mendekap anaknya sama sekali namun sudah dipisahkan. Katherine tidak tahu saja jika Sonya, William dan Frederick membuat rencana agar hati Katherine dapat luluh."Tapi Ma, kenapa anakku dibawa ke istana, aku belum sempat memeluknya, kenapa kalian tega melakukan ini padaku?" Katherine sudah tidak mampu lagi membendung air mata. Berjauhan dengan buah hatinya, membuat dia tersiksa sekarang. Secara perlahan air mata membasahi kedua pipinya."Katherine, setelah kau pulih kau bisa bertemu putramu. Sekarang mama mohon beristirahatlah dulu. Anakmu dalam keadaan baik-baik saja sekarang. Tapi keadaan
Pemandangan yang membuat hatinya mulai menghangat. Di mana Frederick tengah menggendong anaknya sambil mengembangkan senyuman. Kini penampilan Frederick tidak seperti kemarin. Rambut panjangnya sudah dipotong, terlihat bersih dan segar. Akan tetapi, tubuhnya masih tetap kurus. Katherine bertanya-tanya, apa Frederick sekarang sudah berubah tidak seperti dulu, yang kerap kali melukai hatinya dan lebih memilih Victoria dari pada dirinya. Katherine hanya bisa menerka-nerka. Kendati demikian, trauma yang ditorehkan membuat Katherine menutup diri sekarang."Katherine?" Frederick baru sadar jika di dalamnya ada Katherine. Dia mengembangkan senyuman, melihat keadaan Katherine sekarang. Lamunan Katherine mendadak buyar. Dengan cepat dia menggelengkan kepala lalu melangkah cepat, mendekati Frederick."Tubuhmu sudah baikan, kemarilah, lihatlah anak kita malah tidur lagi, padahal tadi sudah diberi susu," kata Frederick lagi seraya melirik buah hatinya yang digendongnya sejak tadi. Bayi mungil
Sentuhan tangan Frederick membuat Katherine tertegun. Sebuah sentuhan yang sudah lama tidak dia rasakan. Rasa rindu di relung hatinya membuncah seketika. Ingin sekali dia memeluk Frederick. Namun, Katherine tak mau menunjukkan rasa rindunya pada Frederick saat ini.Katherine tak menepis sentuhan tersebut. Membiarkan Frederick memegang tangannya saat ini. "Katherine, aku mohon ini demi anak kita. Pikir ulang lagi keputusanmu." Frederick mengulangi perkataannya. Sinar matanya dipenuhi kesedihan. Frederick berharap hati Katherine dapat luluh. "Tapi Fred, aku tidak mencintaimu ...." 'Maafkan aku Frederick. Saat ini aku ingin menjaga diriku sendiri.' Katherine bermonolog di dalam hati sambil mengigit bibir bawah, menahan agar air matanya tak tumpah sekarang. Frederick membeku. Jantungnya terasa akan melompat keluar tatkala mendengar balasan Katherine. Kendati demikian, dia tak peduli jika Katherine tidak membalas perasaannya."Walaupun kau tidak mencintaiku, aku mohon demi anak kita ja
Katherine terpaku di tempat. Pemandangan di depan membuat dirinya mulai bimbang sekarang. Namun, alam sadarnya mengingatkannya untuk memikirkan kembali permintaan Frederick. Katherine tidak mau mengambil keputusan dengan cepat, yang bisa saja membuatnya terluka lagi. "Katherine, kau mendengarkan aku kan?" Jauh di lubuk hatinya Frederick berharap Katherine mau menuruti perkataannya, meskipun wanita yang entah sejak kapan masuk ke dalam hatinya, tidak mencintainya. Katherine mengerutkan dahi, masih mempertimbangkan permintaan Frederick. "Akan kupikirkan lagi Fred," balas Katherine pada akhirnya membuat Frederick tersenyum sumringah. Sangking senangnya lelaki itu memajukan wajah hendak mengecup pipi Katherine. Namun, Katherine bergerak cepat dengan mundur selangkah. Senyum Frederick langsung menghilang detik itu pula. "Jangan senang dulu Fred, permintaanmu masih kupertimbangkan lagi, bisakah kau keluar dari kamar sekarang, aku mau beristirahat," ujar Katherine dengan raut wajah beg
"Liana, Frederick!" Dalam keadaan muka merah padam, Katherine mendekat sambil melayangkan tatapan tajam pada Liana. "Jangan sentuh anakku!" lanjut Katherine.Pasalnya Liana sedikit lagi mengambil Frederick dari stroller. Sungguh pemandangan yang membuat darahnya naik. Katherine tidak rela, wanita yang pernah menaruh rasa pada Frederick menyentuh anaknya.Terlebih Frederick saat ini tak melarang, justru mempersilakan Liana mendekati stroller. Di mana Alexander tengah tertidur dengan sangat pulas di dalamnya.Mendengar namanya dipanggil, Frederick menoleh ke arah Katherine. Liana juga begitu. "Ada apa Sayang?" tanya Frederick dengan kerutan tajam di dahi. Katherine mendengus lantas mengambil dengan kasar stroller. "Tidak usah memanggilku Sayang!" Katherine melirik tajam Liana. "Dan kau jangan sentuh Alex, kalau mau bermesraan jangan di depan anakku!" sembur Katherine kesal. Liana dan Frederick tampak kebingungan kemudian saling lempar pandang. Liana tanpa sengaja berpapasan dengan
Katherine segera mendorong dada Frederick kemudian memalingkan muka ke samping. Pipinya langsung merah merona, malu, karena Logan melihat mereka berciuman barusan."Ada apa? Kenapa kau suka sekali mengangguku?" kata Frederick sangat ketus. Sebab kegiatannya diganggu barusan dan membuat mood-nya rusak dalam sekejap. Logan tersenyum hambar, baru sadar karena berlebihan dalam menegur Frederick. Kendati demikian dia pun mendekat lalu berkata,"Maafkan aku Pangeran, aku sama sekali tidak bermaksud menganggu kegiataan Anda. Tapi, ada hal penting yang harus aku sampaikan sekarang."Frederick mengeluarkan decakan kesal. "Apa tidak bisa ditunda dulu? Sudah pergi kau sana! Menganggu saja, apa kau iri melihat kami bemesraan hah?!" balas Frederick sambil tersenyum meremehkan. "Tidak bisa Pangeran, ini sangatlah gawat, bisa saja ada penyusup yang berusaha menghancurkan hari bahagia Pangeran dan Putri." Melihat mimik muka Logan yang tampak panik, Frederick mengubah ekspresi wajah. Kini kedua mat
Grace membelalakkan mata tiba-tiba saat mendengar penuturan Xavier. Katherine, Frederick dan Logan juga terlihat terkejut. "Xavier, apa-apaan kau?" bisik Grace sambil melirik ke arah pria tua itu. Grace sangat bingung dengan situasi saat ini. Apa Xavier sudah gila? Mengatakan dia adalah kekasihnya!"Diamlah, bantu aku dulu Grace, aku tidak mau menikah dengan wanita pilihan mama tiriku,"balas Xavier. "Tenanglah, ini hanya kamuflase saja, jangan kau pikirkan."Xavier menggengam erat tangan Grace kemudian. Berharap Robert, tangan kanan papanya percaya dengan perkataannya barusan. Xavier tengah menahan amarahnya karena tatapan Robert sekarang mengingatkan dia pada mama tirinya. Grace yang berdiri di samping dari tadi, merasakan bila Xavier tampak sangat berbeda hari ini. Grace dapat menebak aksi kabur Xavier ada sangkut pautnya dengan kedatangan pihak kerajaan kerajaan Norwegia pagi ini. "Tapi—" "Oh ya ampun, benarkah wanita ini kekasih Anda Pangeran Xavier?" Robert menginterupsi pemb