"Apa yang kau lakukan di sini?!" Grace naik pitam karena Xavier berada di dalam kamarnya sekarang. Ditambah lagi lelaki itu baru saja keluar dari kamar mandi dalam keadaan setengah basah. Handuk putih yang menempel di pinggang Xavier membuat pikiran Grace melayang-layang sekarang. Tanpa muka berdoa Xavier pun menoleh. "Ck, kau tidak lihat aku baru selesai mandi," katanya. "Iya, iya aku tahu kau baru selesai mandi, tapi kenapa di kamarku? Kenapa tidak di kamarmu saja hah?!" Grace berseru dengan sorot mata berapi-api karena sekarang Xavier mengibas-ibaskan rambut ke segala arah membuat wajahnya kecipratan air. "Astaga, apa kau lupa? Kita sudah menjadi suami istri, mulai dari sekarang kita akan sekamar, kalau kita tidak sekamar Pangeran Frederick dan Putri Katherine akan curiga," balas Xavier melangkah cepat menuju walk in closet.Grace terpaku. Baru sadar jika sekarang sudah menjadi istri Xavier. Kini wajahnya berubah panik, memikirkan nasib ke depannya. "Xavier, sampai kapan kita
Dengan sekuat tenaga Katherine mendorong dada Frederick. Semburat merah muncul tiba-tiba di kedua pipi Katherine. Dia sekali-kali melirik Celine dan James yang saat ini mengulum senyum."Frederick malu tahu," kata Katherine sambil menabok pelan pundak Frederick. Lalu menundukkan kepala. Katherine sangat malu karena kedua mertuanya harus menyaksikan kejadian barusan. "Dengan istri sendiri untuk apa malu, benar tidak Pa?" Frederick malah tersenyum angkuh seraya melirik ke arah James."Haha, tidak apa-apa Katherine. Aku malah senang melihat kalian mesra seperti sekarang, aku harap kau dapat mengubah keputusanmu," balas James.Katherine memberanikan diri mengangkat dagu. Lalu melempar senyum hambar. Dia masih dilema dengan keputusannya, apakah bertahan atau berpisah dengan Frederick."Kau dengar itu Sayang, Papa saja tidak marah, sudah jangan malu, sekarang ayo kita sarapan, lihatlah raja kita masih tidur," kata Frederick seraya melirik ke Alexander, masih tertidur pulas di stroller. K
"Aku sangat merindukanmu. Sudah lama aku tidak menciummu."Sebelum mendapatkan protes, Frederick melabuhkan kembali kecupan di bibir Katherine. Begitu lembut dan dalam, hingga Katherine yang semula ingin memberontak, terdiam selama beberapa detik. Katherine akui merindukan Frederick juga. Namun, jauh di lubuk hatinya. Dia masih takut, merajut kembali hubungan, yang dari awal sudah salah. "Aku ingin mengambil hakku,"kata Frederick kembali. Perlahan mengurai pelukan. Kini tatapannya terlihat sendu, berharap Katherine mau mengiyakan permintaannya barusan.Saat ada kesempatan, Katherine mendorong kuat dada Frederick, hingga lelaki itu melebarkan mata. Karena terkejut dengan dorongan sang istri."Jangan Fred, aku baru saja melahirkan, dan masih masa nifas." Katherine menghela napas dengan sorot mata terlihat serius. Mendengar hal itu, terciptalah garis kerutan di tengah dahi Frederick. Lelaki bermata biru tersebut tampak keheranan. "Apa itu nifas? Jangan beralasan Katherine. Aku tahu k
Xavier membelalakkan mata, melihat Grace berada di hadapannya sekarang. Berbeda dengan Frederick tersenyum penuh arti."Tentu saja, aku mencintaimu Grace, tidak mungkin aku menikahimu kalau bukan karena cinta," balas Xavier kemudian. Takut, bila Frederick menaruh curiga padanya dan Grace.Grace menatap Xavier dengan tatapan terpana. Beberapa menit sebelumnya, Grace tak sengaja melintas di sekitar. Dia pun penasaran apa yang dibicarakan Frederick dan Xavier.Saat mendengar Xavier mengatakan, menikah karena cinta, hati Grace langsung berbunga-bunga. Grace tak tahu sejak kapan nama Xavier bertakhta di hatinya. Yang dia ingat ketika tadi pagi sarapan, jantungnya berdetak tidak normal. Grace menyakini telah jatuh cinta pada Xavier. "Benarkah? Aku sangat senang Xavier!" Sangking senangnya Grace memeluk Xavier di hadapan Frederick.Lagi, Xavier terkejut dengan pergerakkan Grace. Pupil matanya melebar kembali. Mulai aneh dengan sikap Grace, karena biasanya wanita ini tak pandai bersandiwara.
Xavier terbelalak, anggota tubuhnya mendadak lumpuh. Dalam hitungan detik, dia dapat merasakan jantungnya mulai berdebar-debar sekarang. Sementara Grace, dengan kesadaran penuh mendorong kuat dada Xavier kemudian melayangkan tamparan di pipi kanan Xavier."Berani-beraninya kau menciumku!" pekik Grace seraya bangkit berdiri. Meskipun dia jatuh hati pada Xavier. Namun, Grace tidak akan luluh dengan pria yang selalu membuatnya kesal. Pupil mata Xavier semakin membola. Secepat kilat ia memegang pipi kanannya yang terasa sangat panas sekarang. Xavier perlahan mendongak, melirik Grace sekilas yang saat ini wajahnya terlihat merah padam."Maaf, aku tidak sengaja, habisnya kau mau menelepon Robert tadi," balas Xavier, kemudian bangkit berdiri, tanpa berniat mengalihkan pandangan dari Grace. Xavier mulai heran dengan organ jantungnya, masih berdetak cepat, seperti genderang tengah ditabuh. Grace mendengus kasar. "Terserah kau! Iya aku memang mau menelepon Robert kalau kau masih memberikan
Dalam satu kali tegukan Xavier minum air jeruk tersebut. Setelah selesai, dia meletakkan kembali gelas ke atas nampan. "Terima kasih," kata Xavier kemudian.Sang pelayan malah tersenyum penuh arti. "Sama-sama Tuan, kalau begitu aku permisi dulu." Xavier mengangguk. Sang pelayan pun berlalu pergi dari lorong itu. Setelahnya Xavier masuk kembali ke kamar sambil berdeham rendah karena tenggorokannya mulai terasa sedikit aneh. Sementara itu, di lain tempat, Katherine dengan sabar menunggu Logan membuka suara. Lama menunggu membuat Katherine mulai sebal. Dengan raut wajah menahan kesal, dia pun melayangkan tatapan tajam pada Xavier seraya bersedekap di dada."Logan, bagaimana berhasil atau tidak, jangan bilang tidak berhasil. Bukankah tadi aku sudah meneleponmu untuk menuruti perintahku! Apa kau tidak kasihan dengan Grace. Dia masih kecil maksudku, dia masih anak gadis dan tidak seharusnya terkena jebakan Frederick," sahut Katherine menggebu-gebu kemudian. Bola mata Katherine memancark
Katherine makin panik. Tangannya bergerak cepat mengapai gagang pintu namun Frederick terlebih dahulu menangkap pergelangan tangannya. Katherine lantas berseru,"Frederick, lepaskan tanganku!""Tidak akan, jangan ikut campur urusan mereka Katherine, mereka sudah sah menjadi suami istri, lagi pula tidak ada salahnya mereka melakukan hubungan badan layaknya suami istri, siapa tahu saja setelah mereka berhubungan, mereka saling jatuh cinta," protes Frederick cepat seraya menarik tubuh Katherine, agar menjauhi pintu kamar Grace. Namun, sorot mata dingin Katherine membuat Frederick hanya mampu menghela napas kasar pada akhirnya. Menandakan istrinya ini tidak setuju dengan pendapatnya barusan. "Diam kau! Jangan banyak alasan, kau sangatlah egois. Kasihan Grace." Katherine begitu kesal dengan sikap Frederick. Pasalnya Xavier akan menggauli Grace bukan karena kemauan melainkan karena obat perangsang yang dibubuhkan. Hal itu sangat berbeda dengan dia dan Frederick dulu, karena sama-sama mau
Mendapat pertanyaan dadakan, tentu saja Xavier sedikit gugup. Keringat mulai mengucur lagi dari keningnya. Namun, Xavier berusaha bersikap tenang. "Aku ingin mencoba hal baru Pangeran, maaf jika keteledoranku membuat kegaduhan di istana," jawab Xavier sesekali melirik Grace. Grace menatap tajam Xavier. Hal itu membuat garis di dahi Xavier terukir sedikit. "Oh begitu, ya tidak apa-apa, tapi sekarang tubuhmu sudah enak, 'kan?" Katherine pun ikut menimpali. Dia—lah yang lebih mengetahui apa yang sebenarnya terjadi saat ini. Katherine pun juga melirik sekilas ke arah Frederick. Memberi kode untuk segera keluar dari kamar mereka sekarang."Aku baik-baik saja Putri. Terima kasih sudah perhatian pada kami, dan sekali lagi aku minta maaf atas keributan malam ini," balas Xavier kemudian. Katherine tersenyum. Inilah yang membuat dia tak tega pada Xavier dan Grace. Keduanya terlampau baik dan mempunyai adab yang bagus. "Iya, tidak apa-apa, makan malam kalian akan diantar ke kamar nanti," u