Katherine terpaku di tempat. Pemandangan di depan membuat dirinya mulai bimbang sekarang. Namun, alam sadarnya mengingatkannya untuk memikirkan kembali permintaan Frederick. Katherine tidak mau mengambil keputusan dengan cepat, yang bisa saja membuatnya terluka lagi. "Katherine, kau mendengarkan aku kan?" Jauh di lubuk hatinya Frederick berharap Katherine mau menuruti perkataannya, meskipun wanita yang entah sejak kapan masuk ke dalam hatinya, tidak mencintainya. Katherine mengerutkan dahi, masih mempertimbangkan permintaan Frederick. "Akan kupikirkan lagi Fred," balas Katherine pada akhirnya membuat Frederick tersenyum sumringah. Sangking senangnya lelaki itu memajukan wajah hendak mengecup pipi Katherine. Namun, Katherine bergerak cepat dengan mundur selangkah. Senyum Frederick langsung menghilang detik itu pula. "Jangan senang dulu Fred, permintaanmu masih kupertimbangkan lagi, bisakah kau keluar dari kamar sekarang, aku mau beristirahat," ujar Katherine dengan raut wajah beg
"Liana, Frederick!" Dalam keadaan muka merah padam, Katherine mendekat sambil melayangkan tatapan tajam pada Liana. "Jangan sentuh anakku!" lanjut Katherine.Pasalnya Liana sedikit lagi mengambil Frederick dari stroller. Sungguh pemandangan yang membuat darahnya naik. Katherine tidak rela, wanita yang pernah menaruh rasa pada Frederick menyentuh anaknya.Terlebih Frederick saat ini tak melarang, justru mempersilakan Liana mendekati stroller. Di mana Alexander tengah tertidur dengan sangat pulas di dalamnya.Mendengar namanya dipanggil, Frederick menoleh ke arah Katherine. Liana juga begitu. "Ada apa Sayang?" tanya Frederick dengan kerutan tajam di dahi. Katherine mendengus lantas mengambil dengan kasar stroller. "Tidak usah memanggilku Sayang!" Katherine melirik tajam Liana. "Dan kau jangan sentuh Alex, kalau mau bermesraan jangan di depan anakku!" sembur Katherine kesal. Liana dan Frederick tampak kebingungan kemudian saling lempar pandang. Liana tanpa sengaja berpapasan dengan
Katherine segera mendorong dada Frederick kemudian memalingkan muka ke samping. Pipinya langsung merah merona, malu, karena Logan melihat mereka berciuman barusan."Ada apa? Kenapa kau suka sekali mengangguku?" kata Frederick sangat ketus. Sebab kegiatannya diganggu barusan dan membuat mood-nya rusak dalam sekejap. Logan tersenyum hambar, baru sadar karena berlebihan dalam menegur Frederick. Kendati demikian dia pun mendekat lalu berkata,"Maafkan aku Pangeran, aku sama sekali tidak bermaksud menganggu kegiataan Anda. Tapi, ada hal penting yang harus aku sampaikan sekarang."Frederick mengeluarkan decakan kesal. "Apa tidak bisa ditunda dulu? Sudah pergi kau sana! Menganggu saja, apa kau iri melihat kami bemesraan hah?!" balas Frederick sambil tersenyum meremehkan. "Tidak bisa Pangeran, ini sangatlah gawat, bisa saja ada penyusup yang berusaha menghancurkan hari bahagia Pangeran dan Putri." Melihat mimik muka Logan yang tampak panik, Frederick mengubah ekspresi wajah. Kini kedua mat
Grace membelalakkan mata tiba-tiba saat mendengar penuturan Xavier. Katherine, Frederick dan Logan juga terlihat terkejut. "Xavier, apa-apaan kau?" bisik Grace sambil melirik ke arah pria tua itu. Grace sangat bingung dengan situasi saat ini. Apa Xavier sudah gila? Mengatakan dia adalah kekasihnya!"Diamlah, bantu aku dulu Grace, aku tidak mau menikah dengan wanita pilihan mama tiriku,"balas Xavier. "Tenanglah, ini hanya kamuflase saja, jangan kau pikirkan."Xavier menggengam erat tangan Grace kemudian. Berharap Robert, tangan kanan papanya percaya dengan perkataannya barusan. Xavier tengah menahan amarahnya karena tatapan Robert sekarang mengingatkan dia pada mama tirinya. Grace yang berdiri di samping dari tadi, merasakan bila Xavier tampak sangat berbeda hari ini. Grace dapat menebak aksi kabur Xavier ada sangkut pautnya dengan kedatangan pihak kerajaan kerajaan Norwegia pagi ini. "Tapi—" "Oh ya ampun, benarkah wanita ini kekasih Anda Pangeran Xavier?" Robert menginterupsi pemb
"Apa yang kau lakukan di sini?!" Grace naik pitam karena Xavier berada di dalam kamarnya sekarang. Ditambah lagi lelaki itu baru saja keluar dari kamar mandi dalam keadaan setengah basah. Handuk putih yang menempel di pinggang Xavier membuat pikiran Grace melayang-layang sekarang. Tanpa muka berdoa Xavier pun menoleh. "Ck, kau tidak lihat aku baru selesai mandi," katanya. "Iya, iya aku tahu kau baru selesai mandi, tapi kenapa di kamarku? Kenapa tidak di kamarmu saja hah?!" Grace berseru dengan sorot mata berapi-api karena sekarang Xavier mengibas-ibaskan rambut ke segala arah membuat wajahnya kecipratan air. "Astaga, apa kau lupa? Kita sudah menjadi suami istri, mulai dari sekarang kita akan sekamar, kalau kita tidak sekamar Pangeran Frederick dan Putri Katherine akan curiga," balas Xavier melangkah cepat menuju walk in closet.Grace terpaku. Baru sadar jika sekarang sudah menjadi istri Xavier. Kini wajahnya berubah panik, memikirkan nasib ke depannya. "Xavier, sampai kapan kita
Dengan sekuat tenaga Katherine mendorong dada Frederick. Semburat merah muncul tiba-tiba di kedua pipi Katherine. Dia sekali-kali melirik Celine dan James yang saat ini mengulum senyum."Frederick malu tahu," kata Katherine sambil menabok pelan pundak Frederick. Lalu menundukkan kepala. Katherine sangat malu karena kedua mertuanya harus menyaksikan kejadian barusan. "Dengan istri sendiri untuk apa malu, benar tidak Pa?" Frederick malah tersenyum angkuh seraya melirik ke arah James."Haha, tidak apa-apa Katherine. Aku malah senang melihat kalian mesra seperti sekarang, aku harap kau dapat mengubah keputusanmu," balas James.Katherine memberanikan diri mengangkat dagu. Lalu melempar senyum hambar. Dia masih dilema dengan keputusannya, apakah bertahan atau berpisah dengan Frederick."Kau dengar itu Sayang, Papa saja tidak marah, sudah jangan malu, sekarang ayo kita sarapan, lihatlah raja kita masih tidur," kata Frederick seraya melirik ke Alexander, masih tertidur pulas di stroller. K
"Aku sangat merindukanmu. Sudah lama aku tidak menciummu."Sebelum mendapatkan protes, Frederick melabuhkan kembali kecupan di bibir Katherine. Begitu lembut dan dalam, hingga Katherine yang semula ingin memberontak, terdiam selama beberapa detik. Katherine akui merindukan Frederick juga. Namun, jauh di lubuk hatinya. Dia masih takut, merajut kembali hubungan, yang dari awal sudah salah. "Aku ingin mengambil hakku,"kata Frederick kembali. Perlahan mengurai pelukan. Kini tatapannya terlihat sendu, berharap Katherine mau mengiyakan permintaannya barusan.Saat ada kesempatan, Katherine mendorong kuat dada Frederick, hingga lelaki itu melebarkan mata. Karena terkejut dengan dorongan sang istri."Jangan Fred, aku baru saja melahirkan, dan masih masa nifas." Katherine menghela napas dengan sorot mata terlihat serius. Mendengar hal itu, terciptalah garis kerutan di tengah dahi Frederick. Lelaki bermata biru tersebut tampak keheranan. "Apa itu nifas? Jangan beralasan Katherine. Aku tahu k
Xavier membelalakkan mata, melihat Grace berada di hadapannya sekarang. Berbeda dengan Frederick tersenyum penuh arti."Tentu saja, aku mencintaimu Grace, tidak mungkin aku menikahimu kalau bukan karena cinta," balas Xavier kemudian. Takut, bila Frederick menaruh curiga padanya dan Grace.Grace menatap Xavier dengan tatapan terpana. Beberapa menit sebelumnya, Grace tak sengaja melintas di sekitar. Dia pun penasaran apa yang dibicarakan Frederick dan Xavier.Saat mendengar Xavier mengatakan, menikah karena cinta, hati Grace langsung berbunga-bunga. Grace tak tahu sejak kapan nama Xavier bertakhta di hatinya. Yang dia ingat ketika tadi pagi sarapan, jantungnya berdetak tidak normal. Grace menyakini telah jatuh cinta pada Xavier. "Benarkah? Aku sangat senang Xavier!" Sangking senangnya Grace memeluk Xavier di hadapan Frederick.Lagi, Xavier terkejut dengan pergerakkan Grace. Pupil matanya melebar kembali. Mulai aneh dengan sikap Grace, karena biasanya wanita ini tak pandai bersandiwara.