Di ujung sana Frederick reflek memekik. Barusan, Victoria barusan tak sengaja menumpahkan teh ke tubuhnya sendiri, hingga membuat dress putih selutut tersebut tembus pandang sekarang.Pupil mata Victoria segera melebar. Spontan bangkit berdiri sembari berteriak,"Ah, astaga panas sekali Fred!" Secepat kilat Frederick berdiri sambil mengambil tisu di atas meja. Kemudian menyeka tumpahan teh di tubuh Victoria tepatnya di bagian dada.Melihat hal itu semakin mendidih darah Katherine Bagaimana tidak, bagian dada Victoria terekspos semua sekarang. Katherine heran mengapa Victoria tidak memakai bra. Apa Victoria sengaja? Apa begini perangai Victoria? Katherine mulai bertanya-tanya di dalam benaknya.Katherine segera mendekat. Pelayan yang setia menemaninya dari tadi pun berjalan di belakangnya. "Kau tidak apa-apa?" tanya Katherine. Menahan diri agar tak marah. Walaupun sebenarnya hati terbakar membara saat ini. Frederick dan Victoria spontan menoleh. Frederick terlihat ingin menimpali na
Berbeda dengan Katherine mengulas senyum karena telah berhasil membuka topeng Victoria barusan. Keringat muncul seketika di dahi Victoria. Wanita itu tak berani menoleh ke belakang atau pun membalikkan badan. Berdiri dengan raut wajah cemas. Frederick mengerutkan dahi. Dari kejauhan merasakan ada ketegangan di sekitar. Dia pun melangkah cepat. Begitu sudah dekat. Dia melempar pandangan ke arah Katherine dan Victoria bergantian. "Victoria, Katherine, ada apa?" Frederick bertanya untuk yang kedua kalinya. Katherine pun beranjak dari kursi dan semakin mengembangkan senyuman. Sebab Frederick sepertinya tidak mendengar apa yang dikatakan Victoria tadi. "Tidak ada, kami hanya berbincang-bincang santai dan tadi membahas drama terpopuler. Kebetulan Victoria menyukainya. Dia sedang berakting barusan menjadi wanita penggoda, benar kan Nona Victoria," kata Katherine. Melirik ke arah Victoria dengan tatapan penuh arti. Katherine berencana akan memberitahu perangai Victoria kepada Frederick
Baru saja pintu terbuka. Namun, sudah disambut dengan suara ribut yang berasal dari ponsel Victoria. Mata Frederick dan Katherine langsung melotot. Frederick pun melangkah cepat, menghampiri Victoria. Sekarang, mimik mukanya tampak sangat mengkhawatirkan. "Ada apa denganmu? Mengapa ponselnya dilempar?" tanyanya sembari menatap seksama Victoria. Ada ketakutan yang tersirat dari bola mata Victoria. Namun, dalam hitung detik tatapannya berubah sendu. Diam-diam dia menarik napas lega karena Frederick tidak mendengar perbincangannya barusan.Frederick mengerutkan dahi. Tatkala Victoria tak segera menjawab. Wanita itu malah menatapnya dengan raut wajah sedih. "Victor, ada apa denganmu? Kenapa kau melempar ponsel?" Frederick perlahan duduk di tepi ranjang sambil sesekali melirik Katherine di ujung sana. Masih bergeming dan berdiri tegap di ambang pintu kamar.Victoria memasang wajah ketakutan. "Aku takut Fred. Ada seseorang yang menghubungi aku tadi. Dia mengancamku, sepertinya itu suruh
Katherine berusaha mengingat-ingat kapan terakhir kali dia datang bulan. Matanya membulat sempurna saat menyadari tanggal merahnya sudah lewat. Memikirkan hal itu Katherine reflek tersenyum. Merasa bahagia jika dia memang hamil."Aku harus periksa dulu, apa aku benar-benar hamil atau tidak," gumamnya pelan sambil tersenyum lebar tanpa sadar. Meskipun begitu Katherine harus memastikan dirinya berbadan dua atau tidak. Maka dari itu setelah selesai muntah dan membersihkan bibirnya. Katherine berbaring di atas ranjang, menunggu Airis untuk datang ke kamar. Tak cukup lama wanita yang ditunggu masuk ke dalam sambil membawa nampan berisi teh hangat berserta buah-buahan sehat, seperti apel, anggur dan sebagainya. "Maaf menunggu lama Putri. Ini tehnya minumlah selagi masih hangat." Airis perlahan meletakkan nampan di atas nakas dan sesekali melirik Katherine duduk tegak di tempat tidur sekarang."Terima kasih, Airis apa aku boleh minta tolong padamu?" Airis tersenyum singkat. "Sangat boleh
Frederick terbelalak. Dengan cepat ia menoleh ke arah Katherine. Lelaki itu tak tahu jika beberapa menit sebelumnya, saat mendengar suara gemercik air dari kamar mandi Katherine sudah terbangun. Katherine pun memilih berpura-pura tidur. Niat hati ingin memberi kejutan dengan memberitahu kehamilannya. Malah berujung kekesalan yang dia dapatkan. Victoria mengacaukan semuanya! Dia mendengar semua obrolan antara Frederick dan Victoria tadi. Kebahagiaan yang sempat singgah di hatinya langsung sirna dalam sekejap."Sejak kapan kau terbangun?" Frederick mengerutkan dahi, terheran-heran ternyata Katherine sudah terjaga."Saat kau berada di kamar mandi."Balasan Katherine tentu saja membuat Frederick bertambah bingung. Lelaki itu tak membalas hanya memandang seksama wajah Katherine sekarang. "Kau mau ke mana? Ini sudah malam, beristirahatlah." Katherine membuka suara kembali. Bersikap seolah-olah tidak mendengar. Padahal hatinya hancur berkeping-keping saat ini. Hormon kehamilan, membuat sua
Katherine membelalakan mata ketika Frederick menyerang Logan tiba-tiba."Frederick, apa yang kau lakukan?! Hentikan!" seru Katherine dengan mimik wajah panik. Gelas yang dipegangnya tadi pun berhamburan di lantai. Dengan takut-takut, dia mendekat berusaha melerai. Namun, gerakan Frederick yang cepat membuatnya sedikit ketakutan. Bagaimana tidak, Frederick mendaratkan pukulan di tubuh Logan tanpa jeda. Hal itu membuat darah keluar dari mulut Logan sekarang. Katherine keheranan dan bertanya-tanya, apa yang membuat Frederick berang saat ini. "Diam kau!" balas Frederick. Dengan sorot mata menyala-nyala.Bukannya menuruti perkataan sang istri. Frederick kembali melayangkan pukulan di perut Logan. Hati Frederick terasa amat panas. Melihat kedekatan Katherine dan Logan barusan."Ampun Pangeran, hentikan, apa salahku ...." Logan memohon. Wajahnya mulai tampak lebam-lebam. Hingga mata sebelah kanannya sedikit menyipit akibat pukulan keras Frederick. Sama dengan Katherine, Logan pun kebing
Di balik pilar Celine perlahan menyembul. Katherine pun menoleh ke samping sambil melebarkan mata sebentar. Katherine bertanya-tanya. Sejak kapan Celine berada di sini. Tak hanya itu pula, apa dia tidak salah mendengar barusan. Celine menanyakan pernikahan kontrak ia dan Frederick masih berlanjut atau tidak. Katherine menghapus cepat air mata kemudian berkata,"Sejak kapan Ratu ada di sini?" Celine mengulum senyum. "Bukankah sudah kukatakan kemarin, jika berduaan denganku panggil aku Mama. Dari tadi aku mengikutimu, sejak ada keributan tadi di depan."Katherine semakin terkejut. Dia mendadak murung. Berarti Celine tahu tentang menikah kontrak dari keribuatan tadi. "Maaf Ratu, maksudku Ma. Aku minta maaf jika selama ini membohongi kalian," ujarnya lalu menundukkan kepala. Air mata yang sudah dihapusnya, kembali menetes dari sudut mata. Celine perlahan berdiri di samping Katherine."Minta maat untuk apa? Aku sudah lama tahu kalau kalian menikah kontrak, apa sih yang aku tidak tahu di
Katherine membeku sejenak. Melihat sosok yang sangat dia kenali berdiri di hadapannya sekarang. Tidak hanya itu di belakang sosok tersebut, ada dua pelayan wanita berdiri tak jauh dari mereka.Dengan raut wajah muram, Celine pun kembali bertanya. "Kau mau pergi?" Katherine tergugu. Apakah harus berkata jujur pada Celine saat ini. Tapi, jika dia mengatakan sebenarnya, apa Celine memperbolehkan dirinya pergi. Katherine mendadak bimbang. "Kalau kau mau pergi, pergilah. Aku tidak bisa menahanmu, maafkan putraku, karena melukai hatimu." Celine bereaksi lagi saat Katherine tak memberi tanggapan. Wanita yang umurnya sudah tua namun masih terlihat cantik tersebut seakan tahu isi pikiran Katherine saat ini. Katherine sedikit terkejut. Respons Celine tak sesuai dugaannya. Bola mata kelabu itu mulai berkaca-kaca, merasa terharu, karena mertua perempuannya ini ternyata begitu baik dan selalu berpihak padanya."Terima kasih." Tas yang dipegangnya pun langsung terjatuh, Katherine berhamburan mem