Jangan lupa kasi dukungan ke author melalui GEM atau hadiah ya, agar author semangat menulisnya ^_^ terima kasih
Baru saja pintu terbuka. Namun, sudah disambut dengan suara ribut yang berasal dari ponsel Victoria. Mata Frederick dan Katherine langsung melotot. Frederick pun melangkah cepat, menghampiri Victoria. Sekarang, mimik mukanya tampak sangat mengkhawatirkan. "Ada apa denganmu? Mengapa ponselnya dilempar?" tanyanya sembari menatap seksama Victoria. Ada ketakutan yang tersirat dari bola mata Victoria. Namun, dalam hitung detik tatapannya berubah sendu. Diam-diam dia menarik napas lega karena Frederick tidak mendengar perbincangannya barusan.Frederick mengerutkan dahi. Tatkala Victoria tak segera menjawab. Wanita itu malah menatapnya dengan raut wajah sedih. "Victor, ada apa denganmu? Kenapa kau melempar ponsel?" Frederick perlahan duduk di tepi ranjang sambil sesekali melirik Katherine di ujung sana. Masih bergeming dan berdiri tegap di ambang pintu kamar.Victoria memasang wajah ketakutan. "Aku takut Fred. Ada seseorang yang menghubungi aku tadi. Dia mengancamku, sepertinya itu suruh
Katherine berusaha mengingat-ingat kapan terakhir kali dia datang bulan. Matanya membulat sempurna saat menyadari tanggal merahnya sudah lewat. Memikirkan hal itu Katherine reflek tersenyum. Merasa bahagia jika dia memang hamil."Aku harus periksa dulu, apa aku benar-benar hamil atau tidak," gumamnya pelan sambil tersenyum lebar tanpa sadar. Meskipun begitu Katherine harus memastikan dirinya berbadan dua atau tidak. Maka dari itu setelah selesai muntah dan membersihkan bibirnya. Katherine berbaring di atas ranjang, menunggu Airis untuk datang ke kamar. Tak cukup lama wanita yang ditunggu masuk ke dalam sambil membawa nampan berisi teh hangat berserta buah-buahan sehat, seperti apel, anggur dan sebagainya. "Maaf menunggu lama Putri. Ini tehnya minumlah selagi masih hangat." Airis perlahan meletakkan nampan di atas nakas dan sesekali melirik Katherine duduk tegak di tempat tidur sekarang."Terima kasih, Airis apa aku boleh minta tolong padamu?" Airis tersenyum singkat. "Sangat boleh
Frederick terbelalak. Dengan cepat ia menoleh ke arah Katherine. Lelaki itu tak tahu jika beberapa menit sebelumnya, saat mendengar suara gemercik air dari kamar mandi Katherine sudah terbangun. Katherine pun memilih berpura-pura tidur. Niat hati ingin memberi kejutan dengan memberitahu kehamilannya. Malah berujung kekesalan yang dia dapatkan. Victoria mengacaukan semuanya! Dia mendengar semua obrolan antara Frederick dan Victoria tadi. Kebahagiaan yang sempat singgah di hatinya langsung sirna dalam sekejap."Sejak kapan kau terbangun?" Frederick mengerutkan dahi, terheran-heran ternyata Katherine sudah terjaga."Saat kau berada di kamar mandi."Balasan Katherine tentu saja membuat Frederick bertambah bingung. Lelaki itu tak membalas hanya memandang seksama wajah Katherine sekarang. "Kau mau ke mana? Ini sudah malam, beristirahatlah." Katherine membuka suara kembali. Bersikap seolah-olah tidak mendengar. Padahal hatinya hancur berkeping-keping saat ini. Hormon kehamilan, membuat sua
Katherine membelalakan mata ketika Frederick menyerang Logan tiba-tiba."Frederick, apa yang kau lakukan?! Hentikan!" seru Katherine dengan mimik wajah panik. Gelas yang dipegangnya tadi pun berhamburan di lantai. Dengan takut-takut, dia mendekat berusaha melerai. Namun, gerakan Frederick yang cepat membuatnya sedikit ketakutan. Bagaimana tidak, Frederick mendaratkan pukulan di tubuh Logan tanpa jeda. Hal itu membuat darah keluar dari mulut Logan sekarang. Katherine keheranan dan bertanya-tanya, apa yang membuat Frederick berang saat ini. "Diam kau!" balas Frederick. Dengan sorot mata menyala-nyala.Bukannya menuruti perkataan sang istri. Frederick kembali melayangkan pukulan di perut Logan. Hati Frederick terasa amat panas. Melihat kedekatan Katherine dan Logan barusan."Ampun Pangeran, hentikan, apa salahku ...." Logan memohon. Wajahnya mulai tampak lebam-lebam. Hingga mata sebelah kanannya sedikit menyipit akibat pukulan keras Frederick. Sama dengan Katherine, Logan pun kebing
Di balik pilar Celine perlahan menyembul. Katherine pun menoleh ke samping sambil melebarkan mata sebentar. Katherine bertanya-tanya. Sejak kapan Celine berada di sini. Tak hanya itu pula, apa dia tidak salah mendengar barusan. Celine menanyakan pernikahan kontrak ia dan Frederick masih berlanjut atau tidak. Katherine menghapus cepat air mata kemudian berkata,"Sejak kapan Ratu ada di sini?" Celine mengulum senyum. "Bukankah sudah kukatakan kemarin, jika berduaan denganku panggil aku Mama. Dari tadi aku mengikutimu, sejak ada keributan tadi di depan."Katherine semakin terkejut. Dia mendadak murung. Berarti Celine tahu tentang menikah kontrak dari keribuatan tadi. "Maaf Ratu, maksudku Ma. Aku minta maaf jika selama ini membohongi kalian," ujarnya lalu menundukkan kepala. Air mata yang sudah dihapusnya, kembali menetes dari sudut mata. Celine perlahan berdiri di samping Katherine."Minta maat untuk apa? Aku sudah lama tahu kalau kalian menikah kontrak, apa sih yang aku tidak tahu di
Katherine membeku sejenak. Melihat sosok yang sangat dia kenali berdiri di hadapannya sekarang. Tidak hanya itu di belakang sosok tersebut, ada dua pelayan wanita berdiri tak jauh dari mereka.Dengan raut wajah muram, Celine pun kembali bertanya. "Kau mau pergi?" Katherine tergugu. Apakah harus berkata jujur pada Celine saat ini. Tapi, jika dia mengatakan sebenarnya, apa Celine memperbolehkan dirinya pergi. Katherine mendadak bimbang. "Kalau kau mau pergi, pergilah. Aku tidak bisa menahanmu, maafkan putraku, karena melukai hatimu." Celine bereaksi lagi saat Katherine tak memberi tanggapan. Wanita yang umurnya sudah tua namun masih terlihat cantik tersebut seakan tahu isi pikiran Katherine saat ini. Katherine sedikit terkejut. Respons Celine tak sesuai dugaannya. Bola mata kelabu itu mulai berkaca-kaca, merasa terharu, karena mertua perempuannya ini ternyata begitu baik dan selalu berpihak padanya."Terima kasih." Tas yang dipegangnya pun langsung terjatuh, Katherine berhamburan mem
Frederick belum juga masuk ke dalam. Namun, sudah kebingungan dengan keadaan kamar sekarang. Mimik mukanya mendadak kesal."Apa dia pergi ke rumah papanya bersama Logan ke rumah." Pikiran Frederick segera tertuju pada Logan. Rasa panas kembali merambah tubuhnya. "Aku harus ke sana!" Frederick membalikkan badan dan seketika pandangannya bertemu pada Logan. Di ujung lorong, lelaki itu berjalan cepat ke arahnya. Dengan raut wajah masam Frederick memutuskan menunggu Logan."Selamat pagi Pangeran, soal semalam aku benar-benar minta maaf. Tidak ada apa pun yang terjadi di antara kami." Sedari malam Logan bertanya-tanya apa yang membuat Frederick marah besar padanya. Dugaan awal, Frederick diterpa cemburu. Melihat ketulusan dari mata Logan. Dalam beberapa detik riak muka Frederick berubah menjadi datar. "Untuk apa kau meminta maaf, sudahlah, tak usah diperpanjang lagi, sekarang di mana Katherine?" tanyanya sangat tak sabaran. Kerutan di kening Logan terukir dengan cepat. Ia kebingungan
Sindiran para bangsawan kembali menyapa telinga Frederick. Terasa sangat panas dan membuat perasaannya semakin tak menentu. Secepat kilat ia mendorong dada Victoria. Namun, wanita itu justru menarik kembali pinggangnya.Frederick mulai kesal. "Victoria sadarlah di sekitar kita ada orang, lepaskan aku!" serunya dengan sorot mata agak dingin. Begitu mendengar perintah, Victoria melepas pelukan dan memandang Frederick dengan raut wajah muram.Setelah itu Frederick mengedarkan pandangan di sekitar. Melihat dan mendengar para bangsawan masih menggunjing dirinya dan Victoria. Frederick ingin menanggapi namun tak ada gunanya membalas perkataan mereka. Tak hanya itu ia pun keheranan, bukannya kemarin sudah memberi perintah kepada para penjaga untuk melarang para bangsawan masuk ke dalam ke istana. Namun, mengapa sekarang bangsawan ada di sekitar. Frederick mengalihkan pandangan ke arah Logan tiba-tiba. "Kemana para penjaga, kenapa membiarkan para bangsawan masuk ke istana," kata Freder