Keadaan udara di sekitar mendadak dingin. Frederick tak segera menjawab. Memandangi Logan tanpa mengedipkan kelopak matanya sama sekali. Logan buru-buru menundukkan kepala. Baru saja menyadari kesalahannya karena telah membuat Frederick marah. Keringat dingin mulai mengalir di telapak tangannya sekarang."Maafkan aku Pangeran, aku tidak bermaksud membuat hati Anda terluka. Namun, tidak ada salahnya menerima kenyataan bila Victoria sudah tiada." Meski takut, Logan memberanikan diri membuka suara kembali. Dia tidak mau melihat sang tuan terlalu lama terjebak di masa lalu. Tak ada tanggapan. Frederick terdiam dengan sorot mata tajam, setajam elang, yang siap memangsa sang lawan."Aku tahu Anda masih mencintai Nona Victoria, tapi tidak salah mencoba membuka hati pada Putri Katherine." Lagi Logan berbicara. Biarlah, dia tak peduli lagi bagaimana reaksi Frederick. Sebagai tangan kanan, tak ada salahnya memberi nasihat sedikit. "Diamlah Logan! Masalah percintaanku biar aku urus sendiri.
Meski suara Frederick terdengar samar Katherine dapat mendengarnya dengan jelas saat ini. Secepat kilat dia mengikuti arah pandangan Frederick. Dari kejauhan melihat seorang wanita membelakangi mereka. Rambut wanita tersebut sangatlah panjang, mirip sepertinya. Wanita itu berdiri di tengah keramaian. Katherine menerka-nerka. Apa benar wanita di depan sana yang wajahnya sama sekali tak dapat dia lihat sekarang adalah Victoria, kekasih alias tunangan Frederick dulu. Memikirkan hal itu degup jantungnya bertambah dua kali lipat sekarang. Ada perasaan aneh menjalar dalam hatinya. Senang, sedih atau apa lah itu. Katherine tak dapat menjabarkan dengan benar. Dalam jarak beberapa meter wanita itu mulai berjalan ke depan. Katherine berpura-pura tidak tahu. Dengan cepat dia pun berkata,"Kau bilang apa tadi?"Frederick menoleh lalu menyambar cepat tangan Katherine. Dia melempar senyum kaku. "Bukan apa-apa, ayo kita ke depan sana."Katherine tersenyum kecut lantas mengangguk samar. Mengikuti la
"Hei, apa kau tidak punya mata hah?!" Suara seorang pria bertubuh gemuk itu terdengar nyaring hingga kumpulan manusia di sekitar memusatkan perhatian ke arah Frederick dan Katherine seketika.Pasangan suami istri itu tampak terkejut saat tak sengaja menabrak seorang pria. Frederick berdecak kesal sambil melirik ke depan sana, di mana wanita itu tak terlihat lagi. Dia ingin berlari namun pria di hadapannya sekarang menghalangi jalannya."Sialan, lihatlah pakaianku kotor!" Lagi dia berteriak. Belum menyadari bila pria dan wanita yang dibentak adalah pangeran dan putri. Karena Frederick dan Katherine memakai penutup kepala. "Aku minta maaf, bisakah minggir sebentar," ujar Katherine. Lalu tersenyum sumringah berharap pria gemuk itu memaafkan mereka. Pria itu malah melototkan mata dengan sangat tajam. "Enak saja, memangnya ini jalan milikmu!" bentaknya sambil berkacak pinggang, bersiap untuk menantang Frederick dan Katherine. Frederick lantas mendengus lalu membuka cepat topi. Berhasil,
Mendengar perkataan Katherine. Pupil mata Victoria langsung melebar. Dengan cepat mengalihkan pandangan ke arah Frederick. Kini raut wajahnya mendadak muram. "Fred, siapa dia? Aku tidak salah mendengar kan barusan?" Frederick membuang napas kasar sejenak kemudia berkata,"Benar, kau tidak salah mendengar, dia memang istriku."Victoria sangat terkejut. Mendapati sang kekasih telah memiliki istri. "Apa? Tidak mungkin ...." Mata kelabu itu mulai berkabut sekarang. Sangking tidak percayanya dia. Victoria terlihat memundurkan langkah kaki, sembari melirik Katherine dan Frederick secara bergantian sekarang. Namun, Frederick dengan gesit meraih tangan Victoria. Membuat air mata Victoria akhirnya meluruh pula. Frederick tampak panik. "Tapi hanya istri kontrak saja, orang tuaku tidak tahu kalau dia istri kontrak, aku menikahinya karena terpaksa juga," papar Frederick kemudian sambil menggenggam erat tangan kanan Victoria. Victoria hendak melepaskan tangan Frederick. Tetapi Frederick menah
Celine berteriak dengan sangat lantang membuat seluruh manusia yang berada di istana memusatkan perhatian ke arah mereka. Bahkan asisten istana yang biasanya mengabaikan keributan di sekitar menghentikan kegiatan. Tatkala melihat Frederick, Katherine dan salah seorang wanita yang sangat mereka kenali dimarahi Celine. Ketiga orang tersebut tampak terkejut melihat reaksi Celine. "Kenapa aku tidak boleh membawa Victoria kemari, Ma? Apa salahnya?" ujar Frederick. Kali ini wajah lelaki itu terlihat mulai dingin.Celine tersenyum sinis. "Kau masih bertanya?! Dia wanita rendahan yang sudah lama meninggalkan kau!" serunya lalu mengalihkan pandangan ke arah Celine seketika. "Berani-beraninya kau datang kemari! Masih punya muka kau, pergi kau dari istana ini sekarang juga!"Victoria tersentak. Perlahan, air mata pun membasahi pipinya. Melihat hal itu Frederick mulai emosi. "Mama hentikan!" pekik Frederick. "Apa kau tidak terima?! Lihatlah wanita manja ini berpura-pura menangis, dia sengaja
"Frederick Abraham Edmund!" pekik Celine dengan mata melotot keluar. Nama lengkap putranya langsung disebut. Frederick tentu saja tahu bila sang ibu menyebutkan namanya dengan sangat lengkap. Menandakan Celine tengah marah besar. Namun, lelaki itu tak peduli. Masih menatap dingin Celine saat ini. Ketegangan kian terasa. Sejak tadi kumpulan manusia di sekitar terlihat syok dengan perdebatan ibu dan anak tersebut. Termasuk Katherine yang saat ini memandang Frederick."Kau keterlaluan, apa kau sadar akan tindakanmu barusan?!" sambung Celine kemudian. Sebab untuk pertama kalinya, Celine mendengar Frederick memanggilnya dengan sebutan 'kau'. Semakin mendidih darah Celine. "Aku sadar, dan aku tak peduli, karena kau wanita jahat yang berusaha memisahkan aku dan Victoria!" seru Frederick. "Astaga, kau masih menuduhku. Apa kau punya bukti jika aku yang memisahkan kalian?" Celine tak mau kalah. Dia melirik Victoria sejenak. Melihat wanita itu masih menangis. Celine terlihat mulai muak de
Usai itu Frederick melenggang pergi dari situ. Berlari kencang hendak menyusul Victoria. Sementara Katherine mematung di tempat. Bingung harus memberi bereaksi apa.Dalam hitungan detik. Mulailah terdengar suara-suara para bangsawan di sekitar. "Sebenarnya apa yang terjadi? Bukannya Victoria sudah meninggal beberapa tahun silam?" Salah seorang bangsawan pria, pertama kali memberi komentar. "Iya, aneh sekali dan mengapa Pangeran Frederick mengejar Victoria, bukannya mereka sudah menjadi mantan. Walau bagaimanapun status Pangeran adalah suami dari Putri Katherine." Pria lainnya ikut menimpali. "Entahlah, tapi yang jelas anggota kerajaan mempunyai skandal baru," ujar salah seorang wanita. Dan masih banyak lagi para bangsawan bersenandung kecil di sekitar. Katherine menjadi kian murung. Dia memilih menundukkan kepala. Entah mengapa kepalanya mendadak pusing dan berdenyut kuat sekarang. Hingga pada akhirnya Celine mulai angkat bicara. "Cukup, untuk hari ini istana tidak bisa dimasuki.
Belum sempat Katherine menyentuh Victoria. Frederick tiba-tiba muncul dari samping. Katherine amat terkejut dan membeku di tempat. Tangan kanannya menggantung di udara sekarang. Tatapan Frederick begitu tajam hingga langsung menembus jantungnya."Jangan mendekat kau!" seru Frederick kemudian. Katherine tak berani menjawab, menatap Frederick tanpa mengedipkan mata sama sekali. Lelaki bermata biru tersebut segera berjongkok. Dia tampak panik manakala melihat Victoria pingsan sekarang."Bangunlah Victor," ujar Frederick. Menepuk pelan pipi Victoria. Namun, tak ada tanda adanya pergerakkan. Kepanikan Frederick bertambah dua kali lipat. Saat melihat darah mulai keluar dari kening Victoria secara perlahan. Secepat kilat ia mengangkat Victoria kemudian berlalu pergi tanpa sekali pun melirik ke arah Katherine. Katherine meringis pelan. Dadanya terasa sangat sesak sekarang dan tanpa permisi cairan bening mengalir perlahan dari pelupuk