Belum sempat Katherine menyentuh Victoria. Frederick tiba-tiba muncul dari samping. Katherine amat terkejut dan membeku di tempat. Tangan kanannya menggantung di udara sekarang. Tatapan Frederick begitu tajam hingga langsung menembus jantungnya.
"Jangan mendekat kau!" seru Frederick kemudian.Katherine tak berani menjawab, menatap Frederick tanpa mengedipkan mata sama sekali.Lelaki bermata biru tersebut segera berjongkok. Dia tampak panik manakala melihat Victoria pingsan sekarang."Bangunlah Victor," ujar Frederick. Menepuk pelan pipi Victoria. Namun, tak ada tanda adanya pergerakkan.Kepanikan Frederick bertambah dua kali lipat. Saat melihat darah mulai keluar dari kening Victoria secara perlahan. Secepat kilat ia mengangkat Victoria kemudian berlalu pergi tanpa sekali pun melirik ke arah Katherine.Katherine meringis pelan. Dadanya terasa sangat sesak sekarang dan tanpa permisi cairan bening mengalir perlahan dari pelupukVictoria tak menjawab. Perlahan duduk tegak kemudian menoleh ke kanan dan ke kiri. Benturan di keningnya membuat dia sedikit linglung saat ini. Dengan sabar Katherine menunggu jawaban. Dia sangat penasaran. Apa yang terjadi dengan Victoriq beberapa tahun silam. Lebih baik dia bertanya pada Victoria langsung. Victoria mengeluarkan ringisan sembari memegang kepalanya. "Di mana Frederick?" Bukannya langsung menanggapi. Victoria malah bertanya di mana keberadaan Frederick.Ada rasa cemburu merebak di hati Katherine. Akan tetapi, mengingat statusnya hanya istri kontrak. Katherine berusaha menahan cemburu.Katherine pun tersenyum tipis. "Dia ada di luar, maaf jika aku terlalu ikut campur urusan kalian. Aku sangat penasaran, apa yang terjadi denganmu beberapa tahun silam? Apa Ratu menyakitimu?" Lagi Katherine bertanya. Berharap Victoria mau memberikan menjawab. Sedari tadi pikirannya berkecamuk. Memikirkan apa Celine pelaku di balik perpisahan Frederick dan Victoria. Victoria tersenyum p
Katherine baru saja memutar gagang pintu. Namun, melalui celah sudah disuguhkan dengan pemandangan yang membuat jantungnya ditikam ribuan pedang. Di mana Victoria sedang memeluk Frederick. Tak hanya itu dia juga mendengar kekasih suaminya meminta untuk dicium. Tak mau terlalu lama melihat. Katherine perlahan menutup pintu. Katherine membalikkan badan memilih untuk tak masuk ke dalam kamar. Tanpa permisi air mata pun mengalir pelan dari sudut matanya. Niat hati ingin menguping pembicaraan. Tapi malah menjadi bumerang bagi diri sendiri. "Frederick," lirih Katherine, berlari kencang keluar dari lorong kemudian. Rasa sesak dan sakit bercampur padu menjadi satu. Katherine bingung harus berbuat apa. Dia tidak memiliki hak untuk melarang Frederick. Sedari tadi cairan bening membasahi kedua pipinya. 'Ya Tuhan, hilangkan perasaanku padanya. Cukup Karl saja yang membuat hidupku berantakan dulu. Aku mohon.' Katherine bermonolog di dalam hati. Mengabaikan panggilan para pelayan yang melintas
"Katherine?" panggil Frederick ketika Katherine tak segera menanggapi perkataannya barusan. Katherine terdiam. Memandang Frederick tanpa menampilkan ekspresi sama sekali. Dia tengah menimbang-nimbang. Mengikuti kata hatinya atau tidak sekarang. Tadi, setelah berbincang-bincang dengan Logan. Katherine mendapatkan satu fakta. Meskipun ia dan Frederick menikah kontrak. Tetapi, masyarakat di Denmark tidak tahu akan status mereka. Para warga hanya tahu dialah istri sah Frederick sekaligus ratu di masa depan nanti. Victoria, hanyalah wanita masa lalu Frederick yang tiba-tiba datang dan membuat seluruh istana riuh hari ini. Maka dari itu, Katherine mempunyai andil dalam memperbolehkan wanita yang dicintai Frederick menetap di istana atau tidak."Kalau aku tidak menyetujui Victoria menetap di istana, apa kau marah?" Katherine membuka suara kemudian. Sambil menatap dalam-dalam mata biru itu. Berharap Frederick dapat mengetahui isi hatinya sekarang. Yang akhir-akhir ini mudah rapuh karena u
Di ujung sana Frederick reflek memekik. Barusan, Victoria barusan tak sengaja menumpahkan teh ke tubuhnya sendiri, hingga membuat dress putih selutut tersebut tembus pandang sekarang.Pupil mata Victoria segera melebar. Spontan bangkit berdiri sembari berteriak,"Ah, astaga panas sekali Fred!" Secepat kilat Frederick berdiri sambil mengambil tisu di atas meja. Kemudian menyeka tumpahan teh di tubuh Victoria tepatnya di bagian dada.Melihat hal itu semakin mendidih darah Katherine Bagaimana tidak, bagian dada Victoria terekspos semua sekarang. Katherine heran mengapa Victoria tidak memakai bra. Apa Victoria sengaja? Apa begini perangai Victoria? Katherine mulai bertanya-tanya di dalam benaknya.Katherine segera mendekat. Pelayan yang setia menemaninya dari tadi pun berjalan di belakangnya. "Kau tidak apa-apa?" tanya Katherine. Menahan diri agar tak marah. Walaupun sebenarnya hati terbakar membara saat ini. Frederick dan Victoria spontan menoleh. Frederick terlihat ingin menimpali na
Berbeda dengan Katherine mengulas senyum karena telah berhasil membuka topeng Victoria barusan. Keringat muncul seketika di dahi Victoria. Wanita itu tak berani menoleh ke belakang atau pun membalikkan badan. Berdiri dengan raut wajah cemas. Frederick mengerutkan dahi. Dari kejauhan merasakan ada ketegangan di sekitar. Dia pun melangkah cepat. Begitu sudah dekat. Dia melempar pandangan ke arah Katherine dan Victoria bergantian. "Victoria, Katherine, ada apa?" Frederick bertanya untuk yang kedua kalinya. Katherine pun beranjak dari kursi dan semakin mengembangkan senyuman. Sebab Frederick sepertinya tidak mendengar apa yang dikatakan Victoria tadi. "Tidak ada, kami hanya berbincang-bincang santai dan tadi membahas drama terpopuler. Kebetulan Victoria menyukainya. Dia sedang berakting barusan menjadi wanita penggoda, benar kan Nona Victoria," kata Katherine. Melirik ke arah Victoria dengan tatapan penuh arti. Katherine berencana akan memberitahu perangai Victoria kepada Frederick
Baru saja pintu terbuka. Namun, sudah disambut dengan suara ribut yang berasal dari ponsel Victoria. Mata Frederick dan Katherine langsung melotot. Frederick pun melangkah cepat, menghampiri Victoria. Sekarang, mimik mukanya tampak sangat mengkhawatirkan. "Ada apa denganmu? Mengapa ponselnya dilempar?" tanyanya sembari menatap seksama Victoria. Ada ketakutan yang tersirat dari bola mata Victoria. Namun, dalam hitung detik tatapannya berubah sendu. Diam-diam dia menarik napas lega karena Frederick tidak mendengar perbincangannya barusan.Frederick mengerutkan dahi. Tatkala Victoria tak segera menjawab. Wanita itu malah menatapnya dengan raut wajah sedih. "Victor, ada apa denganmu? Kenapa kau melempar ponsel?" Frederick perlahan duduk di tepi ranjang sambil sesekali melirik Katherine di ujung sana. Masih bergeming dan berdiri tegap di ambang pintu kamar.Victoria memasang wajah ketakutan. "Aku takut Fred. Ada seseorang yang menghubungi aku tadi. Dia mengancamku, sepertinya itu suruh
Katherine berusaha mengingat-ingat kapan terakhir kali dia datang bulan. Matanya membulat sempurna saat menyadari tanggal merahnya sudah lewat. Memikirkan hal itu Katherine reflek tersenyum. Merasa bahagia jika dia memang hamil."Aku harus periksa dulu, apa aku benar-benar hamil atau tidak," gumamnya pelan sambil tersenyum lebar tanpa sadar. Meskipun begitu Katherine harus memastikan dirinya berbadan dua atau tidak. Maka dari itu setelah selesai muntah dan membersihkan bibirnya. Katherine berbaring di atas ranjang, menunggu Airis untuk datang ke kamar. Tak cukup lama wanita yang ditunggu masuk ke dalam sambil membawa nampan berisi teh hangat berserta buah-buahan sehat, seperti apel, anggur dan sebagainya. "Maaf menunggu lama Putri. Ini tehnya minumlah selagi masih hangat." Airis perlahan meletakkan nampan di atas nakas dan sesekali melirik Katherine duduk tegak di tempat tidur sekarang."Terima kasih, Airis apa aku boleh minta tolong padamu?" Airis tersenyum singkat. "Sangat boleh
Frederick terbelalak. Dengan cepat ia menoleh ke arah Katherine. Lelaki itu tak tahu jika beberapa menit sebelumnya, saat mendengar suara gemercik air dari kamar mandi Katherine sudah terbangun. Katherine pun memilih berpura-pura tidur. Niat hati ingin memberi kejutan dengan memberitahu kehamilannya. Malah berujung kekesalan yang dia dapatkan. Victoria mengacaukan semuanya! Dia mendengar semua obrolan antara Frederick dan Victoria tadi. Kebahagiaan yang sempat singgah di hatinya langsung sirna dalam sekejap."Sejak kapan kau terbangun?" Frederick mengerutkan dahi, terheran-heran ternyata Katherine sudah terjaga."Saat kau berada di kamar mandi."Balasan Katherine tentu saja membuat Frederick bertambah bingung. Lelaki itu tak membalas hanya memandang seksama wajah Katherine sekarang. "Kau mau ke mana? Ini sudah malam, beristirahatlah." Katherine membuka suara kembali. Bersikap seolah-olah tidak mendengar. Padahal hatinya hancur berkeping-keping saat ini. Hormon kehamilan, membuat sua