Mendengar perkataan Katherine. Pupil mata Victoria langsung melebar. Dengan cepat mengalihkan pandangan ke arah Frederick. Kini raut wajahnya mendadak muram. "Fred, siapa dia? Aku tidak salah mendengar kan barusan?" Frederick membuang napas kasar sejenak kemudia berkata,"Benar, kau tidak salah mendengar, dia memang istriku."Victoria sangat terkejut. Mendapati sang kekasih telah memiliki istri. "Apa? Tidak mungkin ...." Mata kelabu itu mulai berkabut sekarang. Sangking tidak percayanya dia. Victoria terlihat memundurkan langkah kaki, sembari melirik Katherine dan Frederick secara bergantian sekarang. Namun, Frederick dengan gesit meraih tangan Victoria. Membuat air mata Victoria akhirnya meluruh pula. Frederick tampak panik. "Tapi hanya istri kontrak saja, orang tuaku tidak tahu kalau dia istri kontrak, aku menikahinya karena terpaksa juga," papar Frederick kemudian sambil menggenggam erat tangan kanan Victoria. Victoria hendak melepaskan tangan Frederick. Tetapi Frederick menah
Celine berteriak dengan sangat lantang membuat seluruh manusia yang berada di istana memusatkan perhatian ke arah mereka. Bahkan asisten istana yang biasanya mengabaikan keributan di sekitar menghentikan kegiatan. Tatkala melihat Frederick, Katherine dan salah seorang wanita yang sangat mereka kenali dimarahi Celine. Ketiga orang tersebut tampak terkejut melihat reaksi Celine. "Kenapa aku tidak boleh membawa Victoria kemari, Ma? Apa salahnya?" ujar Frederick. Kali ini wajah lelaki itu terlihat mulai dingin.Celine tersenyum sinis. "Kau masih bertanya?! Dia wanita rendahan yang sudah lama meninggalkan kau!" serunya lalu mengalihkan pandangan ke arah Celine seketika. "Berani-beraninya kau datang kemari! Masih punya muka kau, pergi kau dari istana ini sekarang juga!"Victoria tersentak. Perlahan, air mata pun membasahi pipinya. Melihat hal itu Frederick mulai emosi. "Mama hentikan!" pekik Frederick. "Apa kau tidak terima?! Lihatlah wanita manja ini berpura-pura menangis, dia sengaja
"Frederick Abraham Edmund!" pekik Celine dengan mata melotot keluar. Nama lengkap putranya langsung disebut. Frederick tentu saja tahu bila sang ibu menyebutkan namanya dengan sangat lengkap. Menandakan Celine tengah marah besar. Namun, lelaki itu tak peduli. Masih menatap dingin Celine saat ini. Ketegangan kian terasa. Sejak tadi kumpulan manusia di sekitar terlihat syok dengan perdebatan ibu dan anak tersebut. Termasuk Katherine yang saat ini memandang Frederick."Kau keterlaluan, apa kau sadar akan tindakanmu barusan?!" sambung Celine kemudian. Sebab untuk pertama kalinya, Celine mendengar Frederick memanggilnya dengan sebutan 'kau'. Semakin mendidih darah Celine. "Aku sadar, dan aku tak peduli, karena kau wanita jahat yang berusaha memisahkan aku dan Victoria!" seru Frederick. "Astaga, kau masih menuduhku. Apa kau punya bukti jika aku yang memisahkan kalian?" Celine tak mau kalah. Dia melirik Victoria sejenak. Melihat wanita itu masih menangis. Celine terlihat mulai muak de
Usai itu Frederick melenggang pergi dari situ. Berlari kencang hendak menyusul Victoria. Sementara Katherine mematung di tempat. Bingung harus memberi bereaksi apa.Dalam hitungan detik. Mulailah terdengar suara-suara para bangsawan di sekitar. "Sebenarnya apa yang terjadi? Bukannya Victoria sudah meninggal beberapa tahun silam?" Salah seorang bangsawan pria, pertama kali memberi komentar. "Iya, aneh sekali dan mengapa Pangeran Frederick mengejar Victoria, bukannya mereka sudah menjadi mantan. Walau bagaimanapun status Pangeran adalah suami dari Putri Katherine." Pria lainnya ikut menimpali. "Entahlah, tapi yang jelas anggota kerajaan mempunyai skandal baru," ujar salah seorang wanita. Dan masih banyak lagi para bangsawan bersenandung kecil di sekitar. Katherine menjadi kian murung. Dia memilih menundukkan kepala. Entah mengapa kepalanya mendadak pusing dan berdenyut kuat sekarang. Hingga pada akhirnya Celine mulai angkat bicara. "Cukup, untuk hari ini istana tidak bisa dimasuki.
Belum sempat Katherine menyentuh Victoria. Frederick tiba-tiba muncul dari samping. Katherine amat terkejut dan membeku di tempat. Tangan kanannya menggantung di udara sekarang. Tatapan Frederick begitu tajam hingga langsung menembus jantungnya."Jangan mendekat kau!" seru Frederick kemudian. Katherine tak berani menjawab, menatap Frederick tanpa mengedipkan mata sama sekali. Lelaki bermata biru tersebut segera berjongkok. Dia tampak panik manakala melihat Victoria pingsan sekarang."Bangunlah Victor," ujar Frederick. Menepuk pelan pipi Victoria. Namun, tak ada tanda adanya pergerakkan. Kepanikan Frederick bertambah dua kali lipat. Saat melihat darah mulai keluar dari kening Victoria secara perlahan. Secepat kilat ia mengangkat Victoria kemudian berlalu pergi tanpa sekali pun melirik ke arah Katherine. Katherine meringis pelan. Dadanya terasa sangat sesak sekarang dan tanpa permisi cairan bening mengalir perlahan dari pelupuk
Victoria tak menjawab. Perlahan duduk tegak kemudian menoleh ke kanan dan ke kiri. Benturan di keningnya membuat dia sedikit linglung saat ini. Dengan sabar Katherine menunggu jawaban. Dia sangat penasaran. Apa yang terjadi dengan Victoriq beberapa tahun silam. Lebih baik dia bertanya pada Victoria langsung. Victoria mengeluarkan ringisan sembari memegang kepalanya. "Di mana Frederick?" Bukannya langsung menanggapi. Victoria malah bertanya di mana keberadaan Frederick.Ada rasa cemburu merebak di hati Katherine. Akan tetapi, mengingat statusnya hanya istri kontrak. Katherine berusaha menahan cemburu.Katherine pun tersenyum tipis. "Dia ada di luar, maaf jika aku terlalu ikut campur urusan kalian. Aku sangat penasaran, apa yang terjadi denganmu beberapa tahun silam? Apa Ratu menyakitimu?" Lagi Katherine bertanya. Berharap Victoria mau memberikan menjawab. Sedari tadi pikirannya berkecamuk. Memikirkan apa Celine pelaku di balik perpisahan Frederick dan Victoria. Victoria tersenyum p
Katherine baru saja memutar gagang pintu. Namun, melalui celah sudah disuguhkan dengan pemandangan yang membuat jantungnya ditikam ribuan pedang. Di mana Victoria sedang memeluk Frederick. Tak hanya itu dia juga mendengar kekasih suaminya meminta untuk dicium. Tak mau terlalu lama melihat. Katherine perlahan menutup pintu. Katherine membalikkan badan memilih untuk tak masuk ke dalam kamar. Tanpa permisi air mata pun mengalir pelan dari sudut matanya. Niat hati ingin menguping pembicaraan. Tapi malah menjadi bumerang bagi diri sendiri. "Frederick," lirih Katherine, berlari kencang keluar dari lorong kemudian. Rasa sesak dan sakit bercampur padu menjadi satu. Katherine bingung harus berbuat apa. Dia tidak memiliki hak untuk melarang Frederick. Sedari tadi cairan bening membasahi kedua pipinya. 'Ya Tuhan, hilangkan perasaanku padanya. Cukup Karl saja yang membuat hidupku berantakan dulu. Aku mohon.' Katherine bermonolog di dalam hati. Mengabaikan panggilan para pelayan yang melintas
"Katherine?" panggil Frederick ketika Katherine tak segera menanggapi perkataannya barusan. Katherine terdiam. Memandang Frederick tanpa menampilkan ekspresi sama sekali. Dia tengah menimbang-nimbang. Mengikuti kata hatinya atau tidak sekarang. Tadi, setelah berbincang-bincang dengan Logan. Katherine mendapatkan satu fakta. Meskipun ia dan Frederick menikah kontrak. Tetapi, masyarakat di Denmark tidak tahu akan status mereka. Para warga hanya tahu dialah istri sah Frederick sekaligus ratu di masa depan nanti. Victoria, hanyalah wanita masa lalu Frederick yang tiba-tiba datang dan membuat seluruh istana riuh hari ini. Maka dari itu, Katherine mempunyai andil dalam memperbolehkan wanita yang dicintai Frederick menetap di istana atau tidak."Kalau aku tidak menyetujui Victoria menetap di istana, apa kau marah?" Katherine membuka suara kemudian. Sambil menatap dalam-dalam mata biru itu. Berharap Frederick dapat mengetahui isi hatinya sekarang. Yang akhir-akhir ini mudah rapuh karena u