Share

61. Seharusnya Kau Mati

Penulis: Ocean Na Vinli
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-03 21:11:11

Lea tak sempat meneruskan ucapan kala tengkuknya dipukul. Dia pingsan di tempat. Secara bersamaan pula sang pelayan masuk bersama pengawal istana. Dalam keadaan temaram, mereka menyipitkan mata, menajamkan penglihatan.

"Berhenti kau!" pekik sang pengawal lalu berlari mendekati si pelaku. Pelayan wanita pun mengekori dari belakang.

Sosok itu hanya menoleh sekilas kemudian secepat kilat menerobos jendela kaca Lea hingga hancur berkeping-keping. Dia berlari lincah bak meteor yang jatuh ke bumi.

"Hei kau!" Sang pengawal kesal setengah mati karena tidak berhasil menangkap si pelaku. Meskipun begitu dia tetap mengabari pengawal lainnya untuk menutup gerbang istana dan berjaga-jaga di sekitar.

Dia pun berencana akan mencari si pelaku dan mengabari pihak kerajaan telah terjadi kejahatan di dalam istana.

"Astaga kasihan Nona Lea," ujar pelayan wanita seketika. Berjongkok sambil menatap penuh iba keadaan luka Lea yang tampak menggenaskan.

Lelaki itu mengalihkan pandangan ke bawah lalu berk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    62. Melarikan Diri

    Lea sangat murka dan kesal. Setiap kali mendengar kata video, dia merasa jijik!"Lihatlah kau memperlihatkan sifatmu sebenarnya," balas Katherine kemudian.Bukannya marah dengan tanggapan Lea. Katherine malah mengulum senyum. Adik tirinya itu telah memperlihatkan sifat aslinya barusan. "Apa maksudmu?" Dengan napas memburu Lea pun bertanya. Dia masih berada di atas ranjang, berbaring dengan posisi setengah duduk. Untuk sesaat Katherine tertawa pelan kemudian secara perlahan melipat tangan di dada."Tadi kau mengatakan aku seperti ular dan memiliki hati yang busuk tapi nyatanya kaulah yang menunjukkan sifat-sifat itu, apa kau tidak sadar mengatai aku jalang dan mengatakan aku pantas mati. Hm aneh, atas dasar apa kau mengatakan aku pantas mati? Apa kau Tuhan sesuka hati mengambil nyawa manusia?" lontar Katherine, pelan dan lembut, dengan senyum manis mengembang di bibir. Lea sempat terdiam. Kendati demikian, sorot matanya yang merah menyala tak memudar. Perubahan suasana hatinya membu

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-04
  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    63. Tembakan

    Setelah menanggapi Logan berlalu pergi dengan sangat cepat, meninggalkan Katherine yang sekarang terlihat terkejut dan mulai cemas.Di lain sisi. Tepatnya di hutan. Karl berlari dengan sangat kencang. Dalam keadaan terluka parah dia menerobos hutan belantara itu. Berkat Zara, dia dapat melarikan diri dari istana tadi. Karl semakin mempercepat gerakan kakinya saat melihat ke belakang sekilas Frederick mengejarnya saat ini.'Sial!' umpat Karl sedikit kesal lalu berlari lebih cepat dari sebelumnya. Meskipun sedikit kesusahan bergerak karena luka yang didapatkan lumayan banyak. Karl tidak patah arang. Sementara itu di belakang Frederick tak melepaskan pandangannya dari depan. Kedua mata birunya itu terlihat menyala-nyala. Sedikit lagi dia akan menggapai tubuh Karl. Begitu melihat Karl berlari dengan lincah, dia bergerak lebih gesit lagi. Dor!Di depan sana Karl baru saja melesatkan timah panas ke arah Fredrick sambil menyeringai tajam.Frederick terperanjat kala hampir saja ditembak.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    64. Belum Ditemukan

    "Pangeran, sepertinya Karl dari arah barat!" pekik Logan seketika sambil berlari kencang menuju sumber suara.Tembakan terdengar lagi. Frederick bersama para pengawal lainnya pun berlari dengan sangat gesit. Tak berselang lama, sampailah mereka di tebing sungai. Frederick mengerutkan dahi kala tak terlihat batang hidung Karl. "Di mana dia?! Sisir semua tempat ini!" perintah Frederick kepada pengawal-pengawal istana. Mereka mengangguk cepat lalu mencari keberadaan Karl, dengan masuk ke hutan dan menengok ke bawah sungai. "Pangeran, kemarilah lihat ini." Logan berjongkok lalu menyipitkan mata tatkala melihat tetesan darah di sekitar tebing. Dia sentuh sedikit darah tersebut dengan jari telunjuknya. Dengan sigap Frederick mendekat. "Ada apa?""Pangeran ini bekas darah, sepertinya ada seseorang yang tertembak?" Logan mendongak sembari mengangkat tangannya, menunjukkan bukti bahwa ada aksi penembakan di sini. Frederick mengerutkan dahi dan menyentuh sejenak darah yang berada di jari

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    65. Lepas Kendali

    Mendengar hal itu mereka bergegas pergi ke kamar Lea. Sementara Lea, di dalam kamar, meraung-raung histeris sambil melempar semua alat kosmetiknya ke lantai. Dia bagai orang kesurupan, menjerit histeris sambil menangis kencang. Sekarang, rambut dan pakaiannya terlihat acak-acakan dan berantakan."Nona hentikan!" Di depan pintu kamar, seorang pelayan wanita berseru nyaring. Berharap Lea berhenti melempar-lempar barang. Terlebih ada pecahan kaca parfum berhamburan di lantai saat ini.Pelayan itu tampak takut-takut, ingin mendekat tapi takut diserang. Jadi, dia berdiri di ambang pintu sambil mencoba berbicara dengan Lea. Meskipun tak ada tanda-tanda Lea akan berhenti. Lea mengacuhkan sang pelayan. Berjalan ke sana kemari, mengambil vas, buku, semua barang-barang yang dapat dijangkaunya. "Tidak mungkin, testpack ini pasti salah!" jeritnya, menangis tersedu-sedan.Sudah beberapa minggu ini Lea merasa ada yang aneh pada tubuhnya. Lea merasa bahwa dia tengah berbadan dua. Karena tak kunju

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-13
  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    66. Percaya

    Mendengar suara yang tak asing, Katherine mengalihkan pandangan, melihat Zara berlari kecil mendekati Lea. Zara tak memberi hormat padanya, raja dan ratu. Sangking panik dia melewati begitu saja orang yang berpengaruh di negara denmark tersebut. "Mama!" Masih duduk di lantai, air mata Lea turun semakin deras. Zara berjongkok kemudian memeluk erat-erat anaknya. "Apa yang terjadi padamu Nak? Tidak mungkin kau ...." Lea tak menjawab, malah menelusupkan wajahnya ke tubuh Zara. Menumpahkan segala kesedihannya pada sang ibu. Pundaknya tampak bergetar kuat sekarang, sampai-sampai Zara ikut menitikkan air mata pula. Pemandangan ini tak luput dari para bangsawan yang baru saja datang ke istana. Mereka berbisik-bisik satu sama lain, heran dan penasaran apa yang terjadi.Zara kendurkan sedikit pelukan lalu kembali bertanya,"Nak, kau tidak mungkin hamil 'kan?"Sudah kedua kalinya Lea tak juga menjawab. Dia masukkan lagi kepalanya ke tubuh Zara. Zara mendengus pelan lalu menoleh ke arah pela

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-14
  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    67. Bumerang

    Situasi semakin tak kondusif. Zara diam-diam tersenyum penuh kemenangan sambil memeluk Lea dengan erat sedari tadi. Sedangkan Katherine menghampiri para bangsawan tiba-tiba sambil melempar senyum tipis. Melihat Katherine mendekat. Para bangsawan mendadak bungkam.Katherine tahu para bangsawan hanya berani mengumpatnya dari kejauhan. Dan sekarang, dia ingin melihat keberanian para bangsawan tersebut ketika berhadapan langsung dengannya. Terlebih sekarang dia melihat Flo berada di kerumunan para bangsawan dan tadi sempat mencelanya juga. "Ulangi sekali lagi," kata Katherine mengedarkan pandangan di sekitar. "Apa kalian punya bukti kalau aku yang menganiaya Lea?"Tak ada tanggapan, mereka saling lempar pandangan. Memandang Katherine dengan bibir terkatup rapat. Para bangsawan tak berkutik dan mulai ketakutan tatkala merasakan atmosfer di sekitar terasa tak sangat nyaman. Katherine menyeringai tipis lalu memandang ke arah Flo dengan sangat dingin. "Flo, tadi kau mengatakan aku pantas

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-15
  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    68. Membalas Balik

    Katherine menyeringai tatkala Zara melototkan matanya sekarang. Tidak hanya itu Lea pun akhirnya berhenti menangis, sinar matanya dipenuhi ketakutan sekarang. Zara tiba-tiba bangkit berdiri lalu menghampiri. "Tidak usah Nak, mama minta maaf karena terlalu emosional tadi, mama akan bertanya pada Lea nanti dan semoga saja orang yang memperkosanya mau bertanggungjawab," kata Zara, air mata masih mengalir perlahan di kedua pipinya. Dia melirik ke kanan dan ke kiri, di mana para bangsawan kembali saling berbisik satu sama lain, tampak penasaran siapa yang menghamili Lea. Katherine masih tersenyum, begitu senang melihat Zara mulai ketakutan dan cemas saat ini. "Apa Mama tidak penasaran dengan pelaku yang hampir memperkosaku?" Zara mengangguk kaku. Masih memainkan perannya sebagai ibu yang perhatian di hadapan semua orang lain. Namun, di dalam hati dia mengutuki Katherine saat ini. "Iya Nak, mama sangat penasaran, untuk saat ini mari kita masuk ke dalam, lihatlah orang mulai

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-16
  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    69. Kabar Buruk

    Di situasi genting seperti ini, William masih sempat memanggil nama putri kandungnya. Katherine, pelabuhan cinta pertama dan jantung hatinya itu. Tembakan masih terdengar di sekitar. Dia berhasil menghindar meski satu peluru kembali menembus kulitnya barusan.William berlari dengan sekuat tenaga, menerobos hutan belantara. Ketiga pria di belakang, masih menembak William sambil tertawa terbahak-bahak."Berhentilah Tuan, buatlah pekerjaan kami kali ini lebih mudah!" teriak salah seorang pria. Menarik pelatuk lagi. Tetapi, William berhasil mengelak.William berdecak sedikit. "Sial, oh come on William, mana kemampuanmu dulu," gumamnya pelan. Sambil berlari dia melirik sekilas kemudian mengarahkan pistol ke belakang dan menembak ke tiga pelaku tersebut. Dulu, ketika masih muda kemampuan menembak William di atas rata-rata. Namun, sekarang karena usianya kian bertambah, kemampuannya dalam menembak agak lambat. Dor!"Argh!" Satu pria langsung tumbang. Peluru menembus di bagian kening. Wil

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-17

Bab terbaru

  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    133. Hari Bahagia - TAMAT

    Benda berbahan kaca itu langsung pecah, mengenai punggung Victor. Victor tak peduli malah makin mempercepat langkah kaki sambil tersenyum puas. Meninggalkan Larisa menjerit-jerit histeris. ...Keesokan harinya, pagi-pagi sekali istana gempar dengan kabar gembira dari Grace. Grace ternyata tengah mengandung. Bukan hanya Grace, Katherine pun juga, mengandung anak kedua. Keduanya sama-sama muntah tadi pagi. Sukacita menyelimuti hati Xavier, Frederick dan Victor. Saat ini mereka tengah sarapan bersama di ruang makan, ada Logan dan Robert juga terlihat duduk bersama. Sementara Larisa memilih sarapan di kamar karena hatinya dalam keadaan buruk sekarang. "Aku tidak sabar dengan kedatangan anakku, Grace. Semoga saja anakku perempuan dan anakmu laki-laki, jadi kalau sudah besar kita bisa menjodohkan mereka," celetuk Katherine setelah selesai menyantap roti. "Iya, amin, semoga saja anakku laki-laki, pasti lucu jika mereka sudah besar nanti," balas Grace tak kalah senang. "Aku setuju, maka

  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    132. Kebenaran

    "Apa kau lupa aku menikahimu karena terpaksa, sampai kapan pun nama Clara tidak akan hilang, kaulah yang membuat aku dan Clara tidak bisa bersama, aku muak dengan sikapmu Larisa!" seru Victor dengan mata berkobar-kobar. Larisa mendekat. "Oh ya? Tapi wanita itu sudah mati sekarang dan kau tidak bisa memilikinya! Akulah yang memilikimu sekarang Victor!" Victor menyeringai tipis. "Kau hanya memiliki ragaku tapi tidak dengan jiwaku!"serunya dengan lantang. Membuat Larisa mengepalkan kedua tangan. Meski Clara sudah meninggal tapi di hati Victor nama Clara masih terus terukir dan tak pernah memudar sekali pun. Dulu, sebelum menikah dengan Larisa. Victor dan Clara sudah terlebih dahulu menjalin hubungan. Kala itu status Victor masih menjadi pangeran, belum menjadi raja. Sementara Clara baru bekerja di istana dan menjadi pelayan pribadi Victor. Karena sering bertatap muka Victor mulai jatuh cinta dengan Clara. Keduanya pun menjalin hubungan tanpa sepengetahuan anggota kerajaan. Akan

  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    131. Menerima

    "Diam kau! Kau juga sama seperti mamaku! Bedanya mamaku pelayan istana! Sementara kau jadi anak angkat bangsawan baik hati! Asal-usulmu juga tidak jelas. Jadi jangan menghina mamaku, wanita jalang!" seru Xavier dengan muka Xavier semakin memerah. Dia sudah tidak memikirkan lagi adab dan sopan santunnya di istana. Larisa masih saja menghina mendiang mamanya. Padahal mamanya sudah tidak ada lagi di dunia, Larisa berhati ular dan tidak pantas disebut manusia!"Xavier, cukup! Kau tidak boleh menghina Mamamu!" teriak Victor menggelegar tiba-tiba. Membuat kumpulan manusia di ruangan tertegun. Mereka tak berani membuka suara di antara ayah dan anak itu, memilih diam dan mendengarkan dengan seksama pertikaian yang terjadi di depan mata.Pemegang tinggi di istana, saat ini wajahnya sangat tak bersahabat. Kemarahannya membuat sebagian orang ketakutan, termasuk Grace yang saat ini meneguk ludah berkali-kali. Berbeda dengan Xavier tak ada rasa takut sedikit pun yang terpancar dari bola matanya.

  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    130. Heran

    Mendengar suara teriakan Xavier, seluruh anggota kerajaan Norwegia datang menuju sumber suara, tepatnya di ruang tamu. Sesampainya di ruangan, Larisa dan Sisilia membelalakan mata dengan kedatangan anggota kerajaan Denmark berada di sini. "Apa-apaan ini Xavier?" Victor, raja yang masih menjabat menjadi pemegang kekuasaan di Norwegia langsung bertanya. Kerutan di keningnya mendadak muncul dengan kedatangan tamu yang tak diundang pada malam-malam begini. Xavier tak langsung menjawab, ada secuil kerinduan menjalar di hatinya. Dia sudah lama tidak bertatap muka dengan ayahnya. Terlebih, umur ayahnya sudah tak lagi muda sekarang, ada banyak keriput di wajah dan rambut hitamnya pun sebagian sudah memutih. Akan tetapi, Xavier menghapus cepat kerinduannya tersebut kala mengingat perlakuan Victor selama ini. "Atas nama kerajaan Denmark, aku minta maaf karena datang malam-malam begini ke istana bersama istriku dan Pangeran Xavier." Saat melihat Xavier terdiam, Frederick langsung angkat bica

  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    129. Kerjasama

    "Ayolah Pangeran, keluarlah kami tidak akan mengigit!" Lagi pria itu berseru sambil mengeluarkan tawa keras hingga teman-temannya pun ikut tertawa. Xavier menahan geram. Dadanya bergemuruh kuat seakan-akan meledak juga saat ini. Sampai-sampai Grace menggerakkan sedikit kepalanya ke samping dan membuat salah satu rumput bergerak. Alhasil salah seorang pria yang tak sengaja melihat adanya pergerakkan dari salah satu rumput yang memanjang, mengalihkan pandangan. Dalam sepersekian detik dia pun langsung meloncat tepat di hadapan Grace dan Xavier. "Bah! Dapat kalian!" pekiknya sambil menodongkan pistol ke kepala Grace. Grace langsung memekik histeris,"Tolong!!!" Xavier tak diam, ikut juga menodongkan pistol ke arah kepala si pelaku. Kelima pria lainnya serempak mengarahkan mata ke arah pasangan suami istri itu sambil mengangkat pistol masing-masing. Suasana mendadak tegang. Baik Xavier maupun keenam pria lainnya tak ada yang mau mengalah. "Jangan bunuh kami!" pekik Grace,

  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    128. Melarikan Diri

    Grace terbelalak ketika melihat enam orang pria keluar dari mobil sambil menodongkan pistol ke arah mereka sekarang. Pria-pria asing itu tampangnya sangat menyeramkan, seperti preman pasar, ada tato-tato di tangan dan muka, bahkan terlihat tindik pula di hidung. "Keluar kalian!" teriak salah seorang pria dari luar lalu melempar senyum smirk. Grace makin panik. Dengan cepat menoleh ke samping kembali. "Xavier, bagaimana ini?" Dia sedikit heran mengapa Xavier sama sekali tak panik. Suaminya itu hanya menampilkan ekspresi datar namun tanpa sepengetahuan Grace, mata elang Xavier memandang ke arah kumpulan pria tersebut dengan sorot mata tajam. Tanpa menoleh ke samping, Xavier pun berkata,"Jangan lepas sabuk pengamanmu."Grace hendak bertanya namun belum juga lidahnya bergerak, Xavier melajukan mobil dalam kecepatan di atas rata-rata. Alhasil enam orang pria tersebut melesatkan timah ke arah mereka. Akan tetapi, Xavier berhasil mengelak dan menabrak pula kedua mobil yang menjadi pengha

  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    127. Keluar Dari Istana

    "Kenapa kalian ingin keluar istana? Apa ada seseorang yang menyakiti kalian?" Dengan sorot mata merah menyala, Katherine lantas beranjak dari kursi. Riak mukanya pun berubah tak enak pandang sekarang. Mendengar tanggapan Katherine, Xavier dan Grace saling lempar sesaat dengan dahi mengerut samar. "Tidak ada Putri, ini kulakukan karena kami ingin hidup tenang dan jauh dari hiruk pikuk,"jawab Xavier. Tadi malam Xavier dan Grace telah mempertimbangkan rencana dengan matang. Keduanya ingin hidup tenang dan menetap di desa terpencil, hanya berdua dan suatu saat nanti tinggal bersama buah hati mereka. Bukan hanya alasan itu, Xavier juga tak enak hati dengan kedatangan Robert dan Sisilia akhir-akhir ini. "Tidak bisa! Aku tidak mengizinkan kalian keluar istana!" seru Katherine kemudian. Xavier melebarkan mata, tampak terkejut dengan respons Katherine. "Tapi Putri, kami—""Aku bilang tidak, ya tidak–""Sayang, tenangkan dirimu dulu, hei duduklah." Frederick langsung menyela saat kondisi d

  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    126. Perketat Keamanan

    "Fred." Katherine merasa ada yang tidak beres lantas mendorong pelan dada Frederick. Frederick pun merasakan hal yang sama. Sungguh aneh, malam-malam begini malah terdengar bunyi pecahan kaca. Katherine dan Frederick serempak melirik jendela, memastikan apa jendelanya yang rusak. Akan tetapi, setelah diamati, jendela kamar dalam keadaan aman. Kerutan di kening Katherine dan Frederick makin bertambah. Pasangan suami istri tersebut menyudahi kegiatan panasnya lalu beringsut dari kasur dan memakai pakaian dengan tergesa-gesa. Begitu pula dengan Xavier dan Grace menghentikan kegiatannya, memilih keluar hendak memeriksa apa yang telah terjadi. Keduanya tanpa sengaja berpapasan dengan Frederick dan Katherine di lantai satu. "Ada apa ini Pangeran?" tanya Xavier dengan kening mengerut kuat. "Entahlah, aku juga tidak tahu, aku pikir dari jendela kamar kalian?" Frederick pun bertanya. Jika bukan berasal dari kamarnya bisa jadi bunyi pecahan dari kamar Grace. Sebab kamar Grace tepat berada

  • Istri Kontrak Pangeran Frederick    125. Kami Tahu

    Katherine dan Frederick saling melirik satu sama lain, tengah menahan senyum sekaligus merasa bersalah atas perbuatan mereka tempo lalu. "Untuk apa meminta maaf Xavier?" Frederick memberi tanggapan terlebih dahulu, perasaan bersalah mulai memenuhi hatinya. Sebab demi egonya dia menjebak Xavier dengan obat perangsang kala itu. "Sudah seharusnya kami meminta maaf pada Pangeran dan Putri karena telah berbohong selama ini, aku juga minta maaf." Grace ikut menimpali. "Kalian tidak salah Grace, Xavier. Itu masalah kalian, dan setidaknya buah dari kebohongan kalian menghasilkan sebuah rasa, 'kan?" ujar Katherine, ikut berkomentar. Grace malah cengengesan. Merasa pasangan suami istri di hadapannya ini, terlampau baik. Hal yang wajar jika Katherine dan Frederick marah. Namun, reaksi keduanya di luar perkiraan. Xavier pun memiliki pikiran yang sama dengan Grace. Secara perlahan menatap kembali pasangan tersebut."Iy—a Putri, tapi terimalah permohonan maaf dari kami, hatiku rasanya mengganj

DMCA.com Protection Status