Katherine amat terkejut. Jantungnya hampir saja melompat dari tempat sarangnya. Padahal sudah diingatkan tetapi otak mungilnya ini memang sangat malas mengingatkan sang pemilik tubuh agar tidak bertindak ceroboh. Entah bagaimana ceritanya dia bisa berada di bawah tubuh Frederick sekarang. Yang dia ingat tadi, dalam keadaan tubuh basah dan rambut panjang yang basah pula, ia berlari kecil keluar dari kamar. Akan tetapi, kakinya tergelincir dan tanpa sengaja menabrak punggung belakang Frederick. Karena kehilangan keseimbangan dia spontan menarik tangan Frederick. Alhasil lelaki yang berstatus menjadi suami kontraknya itu di atas tubuhnya kini."Frederick, berdirilah!" Dalam keadaan mata tertutup dan bibir bergetar, Katherine pun berkata.Tak ada pergerakkan, Frederick tertegun, mengamati dengan seksama lekukan tubuh polos Katherine sambil menelan ludahnya berkali-kali. Dia sedang menahan sensasi aneh mulai menjalar di tubuhnya. Dengan jarak yang sangat dekat dan begitu intens, dari tad
"Dasar wanita bermuka dua dan tidak tahu diri!" seru Lea setelah berhasil mendaratkan tamparan di pipi kanan Katherine. Dia sangat marah pada Katherine dan Celine tadi. Ingin melampiaskan kepada Celine. Itu tidak mungkin, sama halnya, dia menggali lubang kematiannya. Maka dari itu Katherine-lah yang pantas dia tampar. Terlebih mengingat sikap Katherine saat di pesta teh tadi. Sangat menjengkelkan dan membuatnya malu.Katherine mengelus perlahan pipinya lalu tersenyum sinis. "Bermuka dua? Tidak tahu diri? Apa kau sedang mengatai dirimu sendiri, uh?" tanyanya dengan mata melotot tajam.Mata hitam Lea semakin melebar. Kobaran dari matanya sejak tadi berkobar-kobar. "Ternyata adikku ini tidak tahu malu, mengatai kakaknya sendiri jalang, padahal dia lebih dari jalang," lanjut Katherine lagi, tenang dan pelan. Namun, menusuk jantung Lea. "Kau!" Lea menggerakkan tangan hendak menampar lagi. Tetapi, Katherine segera menepis dan menangkap dengan cepat pergelangan tangan Lea. Lea terkesiap
Dengan cepat Grace menutup kembali lemari Zara lalu menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari tempat persembunyian. Grace tampak panik, keringat dingin mulai mengucur dari dahinya sekarang. Dia celingak-celinguk ke sembarang arah. Bingung harus bersembunyi di mana. Di luar, tepat di depan pintu, masih terdengar suara Zara berbicara dengan seseorang. "Aku tidak mau tahu, pokoknya rencana kita harus berhasil." Begitulah percakapan Zara terdengar. Seketika pintu didorong dari luar perlahan-lahan.Grace semakin panik, matanya melebar sempurna kala telah menemukan tempat persembunyian. Dalam hitungan detik Grace berjalan cepat menuju tempat tidur Zara dan memutuskan bersembunyi di bawah kolong ranjang.'Akhirnya!' seru Grace sedikit bernapas lega. Kendati demikian perasaannya mulai was-was sekarang. Sebab melupakan lampu kamar yang belum di padamkan. Secara bersamaan Zara pun masuk ke dalam. Langkahnya seketika terhenti, dahinya berkerut sangat kuat. Saat melihat keadaan ruangan dalam kond
Katherine memperhatikan dengan seksama perubahan raut wajah Karl sekarang. Menjadi sebuah senyum penuh arti. "Apa kau cemburu karena tahu aku dan Lea menjalin hubungan?" tanya Karl sambil mengulas senyum. Namun, bagi Katherine senyuman itu adalah sebuah senyuman pria mesum dan tak berperasaan. Bisa-bisanya lelaki di hadapannya ini, menanyakan hal yang tak sepatutnya dipertanyakan. Bukannya merasa bersalah Karl malah mempertegas hubungan mereka. Benar-benar menjijikkan bukan!Jika dulu dia cemburu. Tapi, sekarang tidak sama sekali. Melainkan merasa jijik dan kesal. Kala mengingat semua perlakuan Karl dan Lea dahulu, hanyalah kedok semata."Jangan gila untuk apa aku cemburu denganmu, sadarlah Karl. Kau sudah kucampakkan, apa kau tidak mengerti kalau kau hanyalah barang bekas bagiku," ucap Katherine sambil menyeringai tajam."Barang bekas ini pernah membuat hatimu berbunga-bunga Katherine. Apa yang terjadimu, mengapa kau berubah drastis? Tadi Lea mengatakan padaku kau mengancamnya, ap
Katherine dan Frederick terkejut sekaligus keheranan. Dengan cepat mengurai pelukan lalu serempak menoleh ke sumber suara. Melihat seorang wanita berlari kencang ke arah mereka sambil membawa bayi. Para bangsawan yang lalu lalang di istana pun memusatkan perhatian ke arah sosok tersebut. Celine dan James kebetulan melintas di sekitar mengalihkan pandangan. "Pangeran, Puteri Katherine, tolonglah aku," jerit sang wanita. Pakaiannya compang-camping dan tubuhnya terlihat kotor. Bayi perempuan yang didekapnya pun tidak mengeluarkan suara atau pun menangis. "Pangeran maafkan kami, wanita ini tiba-tiba masuk ke istana!" pekik salah satu penjaga, mengejar dari belakang. "Tidak apa-apa, ada apa Lady?" tanya Frederick sambil berjalan cepat, mendekati wanita yang sepertinya harus dibantu itu. Katherine mengekorinya dari belakang.Belum juga ia menjawab, seorang pria asing di belakang tiba-tiba berseru,"Hei, ke sini kau!"Wanita itu tampak ketakutan dengan cepat berlindung di antara Frederic
Dia langsung menghentikan langkah kaki. Sekarang, keringat dingin mulai timbul di keningnya. "Maafkan aku Puteri," katanya lagi.Katherine melirik sekilas lalu menoleh ke depan kembali. "Simpan kata maafmu itu, biarkan suamimu menjelaskan. Lanjutkan Tuan Simon, katamu istrimu berselingkuh. Lalu kau selama ini ada di mana?" tanya Katherine, melanjutkan interogasi. "Ya dia berselingkuh, selama ini aku memang berkerja di luar kota, dan tadi subuh saat datang ke rumah melihat bayiku terbujur kaku di tempat tidur. Aku mencari dia ke sana kemari, tapi kata tetanggaku, istriku sudah berhari-hari tidak pulang ke rumah, pergi bersama selingkuhannya. Aku berencana akan mengubur anakku nanti siang, tapi di saat aku sedang tidur, dia mengambil anakku dan berlari ke sini," balasnya, tak ada kebohongan yang terpancar dari matanya. Mendengar hal itu sang wanita tampak mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Secara diam-diam Katherine melihat gerak-geriknya. "Baiklah, sekarang giliranmu," kata Kath
Penasaran? Cucu? Mendengar komentar Celine barusan, mata Katherine berkedip berulang kali.'Apa aku tidak salah mendengar sekarang?' batin Katherine seraya melirik ke samping kemudian melempar senyum kaku, hendak memastikan apa yang dikatakan Celine tadi benar atau tidak.Frederick membalas dengan sebuah senyuman penuh arti pula. Untuk beberapa detik keduanya saling berbicara, melalui sorot mata. Katherine tampak terkejut saat Frederick memberi kode. Mengatakan apa yang didengarnya tadi, semuanya benar."Aku bertanya padamu Katherine, kenapa kau diam?" Celine membuka suara kembali.Sangking terkejutnya dan masih dalam mode tak percaya, Katherine sampai lupa pertanyaan tadi ditujukan padanya. Secepat kilat menoleh ke depan. Namun, belum juga bibirnya bergerak, Frederick langsung menyela. "Masih dalam proses, Mama tenang saja, aku dan Katherine akan segera memberikan Mama dan Papa cucu, benar kan Katherine?" balas Frederick sambil menyenggol pelan lengan Katherine.Katherine mengelu
Katherine semakin terkejut saat mengikuti arah mata Celine. Matanya memicing, melihat Frederick ternyata di luar gazebo. Lelaki bermata biru tersebut berjalan bersama James mendekati mereka sekarang. Entah sejak kapan kedua pria itu berada di sekitar. Sesampainya di dalam, Frederick segera duduk di samping Katherine. James pun melakukan hal yang sama, duduk di sebelah Celine. "Aku tahu, Ma. Mama tenang saja. Bukankah sudah kukatakan tadi, masih dalam proses, benar tidak Katherine?" Frederick tiba-tiba menoleh ke samping, menatap dalam mata Katherine sambil meraih tangan sang istri lalu mengenggamnya erat-erat. Katherine kembali membeku. Lidahnya mendadak kelu. Sebuah tatapan aneh sekali lagi dia dapatkan. Tidak mungkin Frederick melupakan perjanjian kontrak menikah mereka bukan. Di mana tak ada cinta dan tak ada sentuhan-sentuhan di antar kedua belah pihak di atas ranjang. Ya, walaupun sebenarnya ia dan Frederick sudah saling bersentuhan. Namun, dalam tahap wajar. Itu pun akiba